CHAPTER 07

14.5K 2K 122
                                    

"Izinkan saya melihat hal teristimewa darimu maisa."

🍁🍁🍁

Maisa duduk di samping gus Arsyaq yang sedang melantunkan surah Ar-Rahman yang begitu merdu, membuat siapapun akan tersentuh.

"Shadaqallahul'azim."

Gus Arsyaq menoleh ke arah maisa yang sedang menunduk dan menangis, ia mendekati istri kecil nya lalu menghapus air matanya.

"Jangan menangis istriku."

Maisa menghapus air matanya lalu menyalim tangan suaminya dan gus Arsyaq mencium ubun ubun maisa.

"Terimakasih sudah menjadi Muhammad, dan menjadi kan ku khadijah." Ucap maisa dengan suara bergetar.

"Tetaplah bersama saya, dan kita jalani semua dengan niat yang baik, awali hidup mu bersama saya, suka duka kita lalui bersama, jadi lah obat di saat saya sedih ataupun gembira." Bisik gus Arsyaq membuat air mata maisa luruh.

🍁🍁🍁

Acara selesai tepat pukul 9 malam, keluarga gus Arsyaq sudah pulang duluan, dan sekarang maisa dan gus Arsyaq berada dalam satu kamar, membuat suasana begitu canggung.

Gus Arsyaq berdiri ingin ke kamar mandi, namun tangannya di tahan oleh maisa. "U-ustadz mau mandi?." Tanya nya.

Gus Arsyaq mengangguk lalu mengusap pipi maisa. "Mau mandi bareng saya?."

Mata maisa membulat mendengar jawaban gus Arsyaq, dengan cepat maisa mendorong suami nya agar masuk ke kamar mandi.

"Ngadi ngadi tadz!!." Teriak maisa.

Maisa mondar mandir di kamarnya, ia ingin mengganti baju nya, namun ia takut jika gus Arsyaq keluar dari kamar mandi dan melihat tubuhnya.

"Aaa deg deg-an huwaaa." Gumam maisa memegang jantungnya.

Gus Arsyaq keluar dari kamar mandi, lalu memeluk erat pinggang maisa . "Gak ganti baju hmmm?."

Maisa melepaskan pelukan suami nya, lalu menunduk membuat gus Arsyaq tersenyum. "Jangan menunduk sayang, liat mata saya."

Maisa tidak menatap gus Arsyaq sama sekali bahkan ia memejamkan matanya. "U-ustadz b-bisa jauh dikit?." Tanya maisa gugup.

Gus Arsyaq semakin mendekati istrinya, sehingga hidung mereka bertemu. "Kalau saya tidak mau?."

Jantung maisa benar benar sangat aneh saat ini, seakan akan cacing di perut nya seperti menggelitik. "Aaa maluu tadz." Ucap maisa lalu mendorong sedikit tubuh gus Arsyaq.

Maisa membuka matanya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah mata yang indah alis yang begitu tebal dan bulu mata yang begitu lintik, membuat maisa semakin deg deg-an.

"Izinkan saya melihat hal teristimewa darimu maisa." Ucap gys Arsyaq.

"M-maksud ustadz?."

"Lepaskan hijab mu."

Maisa menutup wajahnya dengan telapak tangan lalu menjawab. "Malu tadz, rambut saya gak bagus."

"Saya tidak melihat kekurangan mu, saya hanya ingin melihat yang sudah menjadi hak saya, apa kamu izinkan?."

Maisa membuka perlahan matanya, lalu mengangguk. "I-iya, tapi jangan di buly ya?."

Saat ingin membuka hijabnya, gus Arsyaq menahan tangan maisa. "Biar saya saja." Bisiknya membuat maisa merinding, lalu mengangguk.

Gus Arsyaq terkekeh, perlahan lahan ia membuka hijab yang di pakai maisa, hijab itu jatuh sempurna memperlihatkan rambut hitam dan tebal membuat gus Arsyaq merintihkan air matanya. "MasyaAllah khumairah." Ucap gus Arsyaq lalu mencium kedua mata istri kecilnya.

YA HABIBATI [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang