Beomgyu melirik beberapa kali pada jam tangan putih yang melingkar ditangan kanannya. Sesekali turut menekan tombol power pada ponselnya untuk menilik notifikasi yang mungkin saja masuk untuknya. Musim dingin kali ini terasa jauh lebih dingin dari tahun tahun sebelumnya. Sangat. Bagaimana tidak, derajatnya sampai minus. Ia tidak bisa percaya apakah manusia tropis dapat bertahan dimari. Beomgyu membuang napas yang membuat sebuah kepulan uap dingin. Beruntung Beomgyu memilih berada di bawah atap stasiun. Bagaimana ika ia lebih memilih berdiam di luar tadi? Mana hanya dibawah pohon saja. Dingin iya, mungkin nanti ia jadi bola salju disana karena sering dijatuhi tumpukan salju yang menumpuk di dahan pohon.
Beomgyu bukan tanpa alasan berada di mari. Rela mengorban diri serta waktunya untuk menunggui kedatangan seseorang yang berjanji datang padanya di tanggal dua puluh bulan ini. Pesan itu masuk padanya pada awal bulan Desember.
"Taehyun-ah.." senyum Beomgyu merekah tipis. Kepalanya menunduk. Senyum tipis tadi disembunyikannya di kepala yang menunduk memandangi dua kakinya yang memainkan salju merekah kian lebar. "Apa dia mendapatkan perubahan fisik?"
"Perubahan fisik apa?"
Suara yang familiar tiba tiba menyela gumamannya. Saat mendongak. Mata bulat menggemaskan Beomgyu bertemu tatap dengan Taehyun. Pria dua puluh dua tahun yang tengah ditungguinya kini.
"Aaaaaa." Beomgyu berteriak girang dan menubruk tubuh ringkih itu cepat. Memeluknya dengan erat, sampai Taehyun sungguh rada tercekik. Tapi Taehyun tak ingin mengutarakannya pada Beomgyu. Hyung yang jadi kekasihnya tiga tahun lamanya ini sangat-sangat memiliki perasaan yang rapuh. Di pembukaan pertemuan mereka. Taehyun tak ingin merusak mood baik kekasihnya.
"Sudah lama?"
Beomgyu melepas pelukannya. Mengangguk angguk kepala semangat. "Beberapa menit lamanya." Beomgyu menahan gurat senyumnya. Dengan malu-malu ia berucap. "Aku senang kau mengunjungiku."
Taehyun tergelak tawa. "Hadiah untukmu."
Beomgyu menggerut alis. "Hadiah?"
Taehyun mengangguk membalas. Beomgyu mengendarkan pandangannya ke Taehyun yang berdiri dihadapannya. Lalu berujar heran. "Apa? Kau tidak bawa barang. Hanya dirimu sendiri. Tanpa barang."
Taehyun tergelak tawa renyah. Diusaknya puncak kepala Beomgyu gemas. "Iya. Hadiahnya kebersamaan kita berdua hyung." Tekannya dengan tutur kata lembut. "Aku memang tidak membawa hadiah apapun. Kedatanganku adalah hadiah untukmu."
Beomgyu akhirnya mengerti. Dia beroh panjang. "Tapi.."
Taehyun menunggu. Yang lebih tua memerhatikan puncak kepala lama. "Ada apa?"
Tanya Taehyun akhirnya.
"Kau.." Beomgyu menggantungkan ucapannya. "Sedikit lebih tinggi dari tahun lalu."
"Benarkah?"
Beomgyu mengangguk. "Dulu kau beberapa centi dibawahku. Lalu sekarang." Tatapan Beomgyu sedikit melebar. Tercenung tak percaya. Lalu sedetik kemudian berubah menjadi teriakan kegirangan. Ia memeluk Taehyun begitu erat untuk kedua kalinya. Tidak memperdulikan pandangan mata sekitar yang menatap keduanya penuh tanda tanya.
"Aku senang harapanku dikabulkan." Ia bercerita penuh girang. "Aku akan berdonasi nanti." Ucapnya menambahi. Taehyun pasrah saja dengan tingkah ceria itu. Selagi keduanya melangkah pergi. Taehyun mengesampingkan kebenaran. Bahwa sesungguhnya, hadiah boneka beruang putih yang dibawanya ternyata tertinggal di gerbong kereta lain. Ah~ ia jadi harus berasan begini pada Beomgyu. Tak apalah. Selama kekasihnya ceria. Taehyun akan melakukan semua hal untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
02. White Christmas || TAEGYU ||
FanfictionKolaborasi menulis dalam rangka musim dingin dan perayaan tahun baru