Udara malam menyelimuti sepasang kekasih halal yang tengah bersiap di kamar. Setelah pengakuan sang istri di kafe tadi pagi, Gus Lutfi terus dihantui rasa bersalah. Bahkan pemuda itu menjadi canggung pada sang istri. Padahal Maira sudah mengatakan untuk bersikap seperti sebelumnya.
"Ra, pakai jaketnya! Dingin di luar." titah Gus Lutfi.
"Nggih, Gus." Maira menuruti perintah suaminya. Gadis itu melapisi gamis tebalnya dengan jaket oversize.
Setelah selesai dengan urusannya, Maira dibuat terkejut dengan penampilan suaminya. Gus Lutfi terlihat bukan seperti seorang Gus pesantren. Melainkan pemuda milenial yang tampan.
"Kenapa?" Sadar diperhatikan, Gus Lutfi bertanya.
"Gus seperti bukan Gus Lutfi yang aku kenal." jawab Maira sejujurnya.
"Ra, dengar ya! Gus, santri, bahkan kyai, juga bisa berpenampilan seperti orang di luar sana. Baru lihat seperti ini. Kamu belum pernah 'kan lihat Abi menemui klien kantornya? Kalau kamu lihat penampilan Abi, bisa-bisa kamu ngga ngenalin kalau itu adalah Kyai pesantrenmu sendiri. Saya juga awalnya pangling si." jelas Gus Lutfi.
"Kamu waktu ketemu di kafe pas ta'aruf juga beda. Beda banget sama waktu saya ketemu pertama kali." tambah pemuda itu.
"Karena aku selalu diajari Bunda, kalau berpakaian itu harus menyesuaikan tempat. Jika ke kafe atau mau ketemu teman yang bukan santri, ya berpakaianlah selayaknya mereka. Namun, jangan sampai melampaui batas sebagai seorang muslimah. Jangan sampai membuka aurat. Seperti saya waktu di kafe. Tidak harus memakai gamis, namun aurat tetap tertutup." Tak mau kalah penjelasan, Maira ikut membalas penjelasan dari sang suami.
"Sekarang kalau pergi sama teman, tetap pakai gamis ya! Karena sebaik-baiknya seorang istri dalam bepergian, adalah memakai pakaian yang tidak menarik perhatian." nasihat Gus Lutfi.
"Baik, Gus." jawab Maira mengangguk patuh.
"Ayo keluar!" ajak Gus Lutfi mengulurkan tangannya.
Maira meraih slingbagnya dan menerima uluran tangan sang suami. Keduanya melangkah berdampingan menuju ruang keluarga. Di sana ada Abi Ghaffar dan Ummi Hasna. Mereka terlihat bahagia melihat putra dan menantunya selalu berdampingan.
"Abi, Ummi, kami pamit pergi dulu. Satu jam lagi take off, takut gugup." ucap Gus Lutfi.
"Hati-hati ya, Mas. Dijaga istrinya! Nak Maira, titip putra ummi ya!" ucap Ummi Hasna.
"Nggih, Ummi." jawab Gus Lutfi dan Maira bersamaan.
"Kami permisi, Assalamualaikum, Abi, Ummi." Gus Lutfi dan Maira menyalami Abi Ghaffar dan Ummi Hasna.
"Fi amanillah, Nak. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Abi Ghaffar dan Ummi Hasna.
Gus Lutfi menggandeng sang istri keluar ndalem. Mereka akan diantar santri putra kepercayaan Abi Ghaffar. Tak ada pembicaraan apapun di mobil. Perlu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di bandara. Santri yang mengantar tadi, langsung pulang menyisakan sepasang kekasih yang tengah menunggu pesawat take off.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi&Humaira [HIATUS]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] [ROMANCE] ------------------------- Dipaksa pulang saat menempuh pendidikan? Itu yang dialami seorang gus muda. Muhammad Lutfi Al-Ghaffar. Sosok gus muda yang harus menghentikan pendidikan terlebih dahulu, untuk menjalani pern...