Awal Pertemuan

29 3 0
                                    

"Kalo kita udah besar nanti, tetap jadi Nayaka Riswan yang aku kenal ya Na. Jangan pernah berubah, selama nya kamu adalah teman ku. Gimanapun keadaan nya, kamu jadi satu-satunya yang akan aku cari saat aku ga mampu lagi untuk kemana aku harus melangkah. Karena hanya kamu, Na. Hanya kamu rumah untuk ku pulang."

******
Saya tidak tau kalau itu akan terjadi dalam hidup saya, bisa menjadi orang yang dekat dengan hidup seseorang yang begitu sangat sempurna jika di sandingkan dengan saya yang sekira nya bukan ada apa-apa nya ini. Tapi saya cukup bersyukur bisa menjadi orang yang akan jadi tempat untuk Renjani pulang. Walau hanya sekedar berteduh dalam rumah yang saya buat, walau sesingkat itu diri nya akan pergi meninggalkan rumah itu kembali. Saya tetap bersyukur karena Jani masih tidak lupa cara bagaimana dia pulang, pada rumah yang saya buat sejak dulu untuk nya.

Rumah yang nyaman dan hangat, yang jarang sekali saya tunggu kehadiran nya setiap saat seperti dulu. Rumah yang kini terasa dingin dengan waktu yang cukup lama dan terasa hangat dalam waktu singkat.

Pada Renjani saya akan menunggu, walaupun dinding rumah ini sebagian retak, bagaimana didalam nya terasa begitu hampa namun saya memiliki pondasi yang cukup kuat untuk menunggu nya kembali. Mencintai kamu dengan hati yang saya punya Jani, tapi mengapa itu terasa berat? Saya membuka pintu gerbang nya untuk kamu yang hanya diam di depan sana. Tidak bisa kah untuk kamu masuk kedalam rumah sederahana ini? Untuk mu, Ersya Renjani.

11 November 2017, Hujan belum juga berhenti. Walau Senja sudah berganti dengan langit malam yang gelap, saya hampir menunggu nya diacara festival kembang api malam ini. Sebenernya cukup bodoh memang, kenapa saya berdiri dibawah pohon mapel dengan payung transparant yang saya genggam erat karena takut-takut payung ini terbang dari genggaman saya. Angin cukup kuat saat itu menelusup hingga pada pori-pori kulit putih pucat saya, sast ini saya menatap pada ujung sepatu yang terkena bercak tanah. Berfikir bagaimana ada laki-laki bodoh datang ke festival kembang api saat hujan seperti ini. Hehehe, ini semua sebenarnya bentuk saya menepati janji yang dibuat oleh jani 1 minggu yang lalu. Gadis itu bilang sama saya kalau dia ingin lihat festival kembang api setiap awal bulan pada November.

Jani bilang kalau ia ingin saya menemaninya, sekaligus berburu makanan pedagang khas kaki lima di taman kota. Tentu saya tidak menolak nya, keinginan Renjani akan selalu menjadi hal penting yang harus saya lakukan. Bahkan dengan hujan seperti sekarang, saya tau festival ini tentu tidak akan jadi di buka. Mana ada orang yang mau melihat kembang api disaat hujan turun seperti saya ini.

Tapi sekali lagi, janji saya untuk renjani akan selalu saya tepati. Walau sekarang saya menatap ponsel layar dengan mata kosong.

Form : Jani 🌹
To : Nayaka
19.45 Wib
————————
Na maaf aku nggak bisa ke festival kembang api, sekarang ini aku sedang dirumah kak mark. Kamu harus tau, orang yang dimaksud ibu ku waktu itu ternyata kak Mahen. Aku berasa mimpi indah sekarang, kalo tau anak nya temen ibu ku itu dia. Tentu aja aku nggak akan nolak buat dekat pelan-pelan sama dia dalam perjodohan ini. Na, kamu harus tau aku seneng bgt. Diluar dingin, jangan lupa pake jaket kamu ya. Seduh coklat anget aku ga suka kamu minum kopi lagi. 💛"
————————

Dan hal itu, membuat dada saya terasa nyeri membaca pesan nya.

********

"Malam seperti terlalu lelah
Rembulan pun terlihat kelabu
Dingin pun datang menjemputku
Memelukku

Hampa seperti terlalu sepi
Dan semakin menjadi kosong
′Ku bergumam di atas diamku
Di bawah resahku" - Elegi (Sedikit Keluh malam ini)

Ujung RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang