Kota modern tanpa nama. Mendengar kata modern, langsung terlintas hal-hal keren dan baik. Tapi nyatanya tidak.
Kota Tanpa Nama merupakan tempat paling tak nyaman bagi Saki. Kota kelahiran yang terasa kota orang ini penuh dengan perselisihan dan perdebatan. Banyak orang besar mementingkan keinginannya dan memanipulasi orang-orang untuk membantunya mencapai keinginannya.
Suara bising barang-barang modern dan perdebatan tak penting dari dalam kota bisa terdengar sampai di luar kota. Banyak polusi seperti polusi suara, udara, tanah, dan sebagainya.
Orang-orang periang di dalam kota banyak menguarkan aura suram. Anak-anak sibuk bermain dengan teknologi yang terlihat menyenangkan, tapi batin mereka tak terhibur sama sekali. Orang dewasa yang seharusnya mengenalkan dunia nyata pada anaknya, dikengkang oleh kesibukan.
Saki menginginkan tempat yang damai, seperti tempat di masa dulu. Tempatnya yang ini sudah banyak berubah. Perubahan yang tak ia suka.
Satu-satunya tempat yang kini ia percaya sebagai tempat terdamai hanyalah di bawah pohon besar di luar kota. Satu-satunya tempat indah yang berhasil bertahan hidup. Selama enam tahun terakhir ia selalu ke sini untuk sekedar terapi, atau mengenang kehidupannya yang dulu.
Di dunia ini dia tak sendiri, Saki memiliki seorang sahabat laki-laki yang satu pemikiran dan senasib dengannya. Sahabatnya ini unik, tak ada seorang pun yang dapat mengimitasinya.
Zrrt!
"Hai, Saki!"
Ya, yang berucap barusan adalah sahabat Saki, Ru. Dia memiliki semacam kekuatan teleportasi, tapi saat akan berpindah dia sedikit mengalami glitch. Laki-laki seumuran dengan Saki, yakni 10 tahun, sudah memiliki kekuatan itu sejak umur 1 tahun.
Kini Ru sudah duduk di sampingnya. Kakinya bersila, kedua tangannya memegang pergelangan kaki, punggungnya bersandar pada pohon.
"Maaf terlambat, ada acara kena omelan tadi."
"Miss Diana protes perihal jemuran?" tebak Saki.
Ru mengangkat bahu sembari menjawab, "Iya, memangnya apa lagi?"
Keduanya tertawa ringan.
Ru satu-satunya sahabat Saki. Mereka senasib, sulit mendapatkan teman dan tinggal di panti. Kedua orang tua mereka tak ada yang tahu dan mereka juga tak ingin tahu. Ru tak dapat teman karena kekuatannya, sementara Saki karena ceritanya. Tapi, karena nasib malang itu mereka bertemu dan menjadi kawan baik.
"Aku tak mendengar langkahmu. Berpindah dari mana kau?" tanya Saki.
"Dari dekat gerbang kota. Jauh, kan?" Ru berucap dengan bangga.
"Semakin lama kekuatanmu semakin hebat."
Ru mendekatkan wajahnya ke Saki dan berujar dengan antusias, "Aku tahu! Padahal tak ada latihan keras!"
Ru memakai tudung jaket birunya dan kembali bersandar pada pohon, kembali pada jarak sebelumnya. Mereka hanya terdiam sembari menatap langit abu-abu yang berhias beberapa awan. Awan-awan berbentuk abstrak bergerak perlahan mengikuti arus angin. Ini aktivitas pertama mereka saat datang ke sini.
Saki melirik sejenak wajah samping Ru. Ia teringat tentang pertemuan mereka. Saat itu ia berusia 8 tahun, ia tersesat di kota karena nekat jalan-jalan seorang diri. Terpojok di gang sepi oleh beberapa pria dewasa yang berniat menculiknya. Ia sangat ketakutan saat itu, Saki pikir hidupnya berakhir secepat itu.
Tapi untungnya Ru tiba-tiba muncul di tengah mereka. Menyambar tangan Saki dan langsung berteleportasi pergi dari sana. Jarak teleportasi Ru saat itu tak sejauh sekarang, hanya sekitar 5 meter. Jadi setelah Ru meneleportasikan, mereka langsung lari menjauh dan pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Terdamai (SELESAI)
Fantasy[Oneshoot] Tinggal di tempat terdamai adalah impian setiap orang, tak terkecuali Ru dan Saki.