Saikon

22 2 0
                                    


Malam ini adalah malam terakhir Izayoi menyandang status lajang. Wanita itu pun terlihat sangat resah, gugup, dan kurang percaya diri. Upacara pernikahannya beberapa menit lagi akan dilangsungkan. Pernikahan beda dunia, antara Ningen dengan Youkai.

Izayoi termenung, menatap dirinya sendiri dihadapan cermin. Balutan kimono putih mewah terbiasa dari arah cermin. Rambut yang tergerai sudah disanggul rapi dilengkapi tusuk rambut berhias permata pink.

“Izayoi-sama, apakah Hamba mengganggu?” sapa seorang dayang istana memasuki kamarnya.

“Tidak. Ada apa, Arika?” Izayoi tersentak dari lamunannya. Dia membalikkan badan ke arah sang dayang.

Sumimasen! Tapi ... Izayoi-sama sudah ditunggu oleh Tuan Besar di luar,” ujarnya.

“Ah ... ya. Aku akan menemuinya sebentar lagi, Arika,” ucapnya.

“Baiklah, Izayoi-sama. Hamba permisi.”

Apakah seperti ini rasanya pernikahan? Tapi ... ada sesuatu yang membuatku takut. Dan aku tidak tahu apa itu, batin Izayoi.

“Putriku, kau sudah siap?” Gintamashi yang sudah tak sabar kini muncul di dalam kamar sang putri. Dia menggeser pintu kamar menghampiri Izayoi.

Izayoi kembali tersentak kaget, lalu berdiri panik merapikan kimono dan menarik tudungnya ke atas kepala. “Aku siap, Otou-sama,” jawabnya tersenyum paksa.

Kaisar Gintamashi tersenyum dalam tangis haru. Dia memeluk erat putrinya. “Putriku, kau sangat cantik dengan kimono ini! Tapi kenapa dengan wajahmu itu? Kau sepertinya tampak ketakutan?”

“Entahlah, Otou-sama. Aku hanya merasa takut saja. Ah! Mungkin ini hanya kegugupanku saja,” tutur Izayoi.

Sang ayah mengelus sayang surai hitam Izayoi penuh cinta. Dia mengumbar senyum lembut. “Putriku. Aku harap, kau akan bahagia bersama dengan Inu-Taisho. Aku sangat ingin melihat kau mempunyai seorang cucu untukku. Dan ... jika umurku panjang, aku sangat ingin melihat dia menjadi raja terhebat di negeri ini.”

“Tentu, Otou-sama. Kau akan mendapatkan semua itu. Jadi, mengapa kita masih di sini? Ayo, kita ke Altar!” ajak Izayoi tersenyum bahagia.

Kaisar Gintamashi dan Izayoi berjalan bergandengan menuju tempat Altar Kekkon. Ketika mereka sampai di sana, terlihat beberapa pelayan menyambut kedatangan mereka  dengan puluhan lampion warna warni yang mereka bawa di samping kiri-kanan.

Di sisi kiri, Arika sang dayang istana datang menghampiri Izayoi untuk menyerahkan payung kertas persyaratan Kekkon untuk dipakai. Payung kertas putih dengan ukiran sakura pink begitu selaras dengan kimono yang dikenakan Izayoi.

Kaisar Gintamashi mulai melepaskan kaitan lengannya pada sang putri. Dia membiarkan putrinya pergi, berjalan di tengah-tengah menapaki karpet merah mendatangi calon suaminya.

Jauh berjalan di tengah cahaya lampion, akhirnya Izayoi menemukan calon suaminya. Inu-Taisho, Sang Daiyoukai Penguasa Dataran Barat  tampak sangat tampan dalam sosok manusianya. Setelan Montsuki hitam dan Hakama serta Haori sangat melengkapi menambah ketampanan Inu-Taisho. Pipi Izayoi merona merah melihat semua itu.

“Izayoi ... kau ... sangat mempesona,” ucap Inu-Taisho terperangah, tak mampu mengedipkan mata. Rasanya dia kembali jatuh hati lagi dengan sosok manusia cantik ini.

“Kau ... juga sangat tampan dan gagah, Inu-Taisho,” balas Izayoi malu-malu.

Inu-Taisho dengan mesra meraih dan menggenggam erat tangan kanan Izayoi. Keduanya melangkah naik ke panggung menuju pendeta dengan penuh kebahagiaan.

Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang