Halus bagaikan selimut sutra. Sangat kuat dan nyaman seperti berada di dalam kuil Dewa. Pelukan itu bagaikan mimpi yang jadi kenyataan.“Izayoi.”
“Iya, Anata?”
Suara lembut itu keluar dari bibir manis Izayoi. Panggilan mesra Inu-Taisho seolah memaksanya untuk terjaga.
“Izayoi, Istriku Tersayang. Aku punya sesuatu yang sangat penting yang belum kubicarakan denganmu,” ucap Inu-Taisho serius.
“Apa itu, Anata? Katakanlah.” Izayoi berbalik badan, mendongak penasaran.
“Baiklah. Istriku, sebenarnya ... aku ini ... mandul. Aku tidak bisa memberikan keturunan untukmu,” aku Inu-Taisho.
Izayoi tersentak tidak percaya. Dia pun bergerak menjauh melepaskan dekapan sang suami, lalu menarik selimut menutupi tubuhnya yang tengah bugil. Dia tidur menyamping menghadap kiri membelakangi Inu-Taisho.
“Kau ... pasti bercanda, ‘kan, suamiku ...?”
Inu-Taisho mendengar suara terisak dari sang istri.
“Aku sangat serius, Izayoi. Gomene ....,” terang Inu-Taisho sedih.
“Tidak mungkin! B-bagaimana bisa?! Kau bahkan bisa memberikan seorang putra pada istri pertamamu itu! Kau Bohong!” teriak Izayoi frustasi.
Inu-Taisho mendesah. Dia menggapai pundak Izayoi yang terdapat kissmak, lalu membalikkan tubuhnya menatap lekat mata sang istri. “Dengar, Istriku. Inu-Kimi adalah seorang siluman yang mempunyai dua kelamin. Maksudku ... dia itu ... Alpha-Omega. Dia bisa mengandung dengan menyebarkan benihnya pada indung telurnya sendiri. Maka dari itu, dia bisa melahirkan putra kami yang secara genetik adalah putranya bukan putraku.”
“Tapi ... ini ....”
Lidah Izayoi membeku tak sanggup berkata lagi. Dia bukan menyesal telah menikahi seorang pria mandul. Izayoi juga tidak menyesali tidak mempunyai keturunan, tetapi ... dia hanya sangat sedih karena tidak bisa mewujudkan impian mendiang ayahnya, yakni mendapatkan cucu.
“Izayoi, gomene ....”
Inu-Taisho beringsut maju hendak memeluk Izayoi. Namun, Izayoi menjauh tidak ingin menatap wajah suaminya. Inu-Taisho lagi-lagi berbuat salah. Dia ingin memaki dirinya sendiri karena lupa untuk memberitahu hal yang begitu penting ini pada Izayoi. Terpaksa, Inu-Taisho mengalah menarik diri dari kamar mereka. Memakai kimono tidurnya meninggalkan Izayoi seorang diri.
Di atas jembatan kayu berwarna merah melengkung di taman belakang istana, Inu-Taisho berdiri. Bersandar mencengkeram pinggir jembatan. Angin bertiup kencang menghantarkan rasa dingin di tubuh, tetapi tak membuat Inu-Taisho bergerak pergi. Dalam keheningan malam, Inu-Taisho merenung menatap bulan purnama. Dia kembali mengingat kesalahannya ribuan tahun lalu.
°°°°
Bunyi ayunan pedang Tessaiga terdengar dari kejauhan. Jurus tebasan Kaze no Kizu sangat dashyat, memporak-porandakan dunia paling bawah Naraku (a/n: bukan Naraku siluman ya).
Inu-Taisho, youkai Inu berbaju besi itu masih sanggup menebas seratus siluman dari neraka yang menjadi penjaga sebuah pedang bernama SOUNGA. Pedang yang sangat kuat melebihi pedang miliknya, Tessaiga dan Tensaiga.
Hingga akhirnya, Inu-Taisho berhasil berdiri di antara tumpukan bangkai para siluman. Dia mantap melangkahkan kaki menuju ke bongkahan batu semerah darah dan sepanas bara api di ujung gua. Di sanalah, Sounga terbujur membentang menunjukkan kegagahannya.
“Akhirnya! Aku ... Inu-Taisho akan menjadi penguasa dunia yang terhebat!” serunya senang seraya tertawa puas.
Inu-Taisho baru hendak memegang Sounga, tetapi tangannya melepuh karena mencoba menyentuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fanfiction#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...