#MERCY - GANJARAN SERUPA

27 6 0
                                    

"Tolong menjauh dari garis polisi!"

Huru-hara mulai terdengar dari tempat pembuangan sampah terbesar di daerah ini. Garis polisi dipasang mengelilingi tempat itu, pun dengan para warga yang kian membuat ramai di sekitarnya.

Sebab penemuan tubuh manusia yang tertimbun bersama sampah-sampah berhasil membuat gempar para warga pemukiman. Mobil polisi dengan sirine yang masih berbunyi baru saja menghampiri tempat kejadian perkara, membuat warga menepi sejenak.

"Masih hidup?" tanya Hendra setelah menuruni mobil polisi yang dikendarainya. Ia tampak tak bertenaga untuk melangkahkan kaki saat ini.

Bagaimana tidak, belum usai kasus yang dipegangnya selama dua minggu ini, kasus baru kembali meruak dalam benaknya. Sebab kasus baru kali ini terkait dengan putri semata wayang kepala yayasan Seni Rhode, Alindra.

"Masih, Bripka!" seru yang termuda sedang membenarkan tubuh korban.

"Ambulans sedang dalam perjalanan, mungkin akan memakan waktu sekitar lima menit lagi. Sampai saat itu, pastikan ia masih tetap bernapas," titah Hendra dibalas anggukan dari juniornya.

Sebab tindakan cepat dari para polisi, serta kerja sama yang tercipta baik antara warga setempat dan pihak kepolisian, akhirnya evakuasi dapat dilakukan dengan mudah.

Elvin, pria yang sempat dikabarkan menghilang sejak dua minggu lalu itu akhirnya ditemukan selamat, walau tubuhnya penuh dengan luka sayatan serta lebam. Pun ditemukan beberapa lakban hitam yang melilit tubuhnya dengan kuat.

Berselang perawatan selama tiga hari, kini Elvin memberanikan diri untuk membuka suara. Ia bahkan bersedia mengikuti beberapa tahapan pemeriksaan dari pihak kepolisian dan kejaksaan. Sebab kasus ini telah diserahkan kembali, maka Hendra akan turun tangan sebelum pihak kejaksaan.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Hendra membuka pembicaraan. Walau masih terasa perih untuk bergerak, Elvin menyempatkan diri untuk duduk dengan sopan. "Mulai membaik, Pak," jawab Elvin.

"Syukurlah. Apakah kamu masih ingat wajah orang yang menculikmu?" tanya Hendra kembali seraya mengeluarkan secercah kertas putih yang masih terlipat serta sebuah pensil dari saku celananya.

Raut wajah Elvin mulai tak sedap, keningnya mengerut, belah ranumnya kembali mengatup, bola matanya mulai bergetar. Terlihat jelas rasa ketakutan Elvin terhadap kejadian ini sangat besar. Ia sangat takut sampai tak dapat menjawab lagi.

Melihat korban yang bergeming di tempat, Hendra dengan sigap mengalihkan topik pembicaraan dengan berkata, "Kudengar kamu kabur dari orang tuamu, benarkah itu?"

Elvin mengangguk dengan cepat. Semakin jelas terlihat Elvin tak lagi mau membuka suara untuk ini. Ia terlalu takut pada akibat yang akan diterimanya kemudian hari.

"Mengapa harus kabur ke Indonesia?"

Elvin lagi-lagi bungkam, memilih mengatupkan belah ranumnya. "Orang tuamu pasti khawatir," ucap yang tertua semakin mendekati inti pembicaraan.

"Setelah selesai menyingkap semua faktanya, saya janji akan mengirim kamu kembali ke Australia dengan selamat," lanjutnya meyakinkan Elvin.

Memang benar bahwa Elvin telah kabur sejak satu tahun silam, orang tuanya pun tak ia biarkan untuk berkunjung menemuinya.

Ia memilih hidup susah, dibanding harus terus menerus hidup dalam hekangan orang tua yang kian menyiksa batinnya. Namun, saat ini ia malah menyesali perbuatannya.

Elvin mulai meringkuk lesu di atas bangsal usai menggambar sketsa wajah seseorang di atas selembar kertas yang diberikan oleh polisi yang menemuinya belum lama ini.

MERCY (Tanpa Ampun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang