22

104 13 3
                                    

Desember. Bulan yang identik dengan Natal. Jalanan yang penuh dengan lampu-lampu hias, ornamen-ornamen Natal yang mulai dijual, lagu-lagu Natal yang terputar sepanjang jalan dan masih banyak lagi. Suasana Natal sudah begitu terasa di sepanjang jalan. Semakin mengingatkan jika tak lama lagi Natal akan tiba.

Meng Yao menatap keluar jendela dan memutuskan sudah waktunya dia menutup tokonya. Salju sudah mulai turun dan udara menjadi lebih dingin. Sebaiknya dia segera pulang dan memastikan penghangat di rumahnya bekerja dengan baik. Meng Yao tak ingin membeku malam ini. Ketika dirinya mulai mengangkat pot-pot bunga satu per satu ke dalam toko, Meng Yao melihat pria tersebut.

Pria muda tampan yang memegang kamera. Dia dia menatap pada salah satu pot bunga yang ada di depan toko Meng Yao.

"Apa kau ingin memotretnya?" Meng Yao bertanya. Mengejutkan pria tersebut. Dia cukup kikuk dengan badannya yang besar. Meng Yao menebak pria ini mungkin memiliki tinggi 180 lebih dengan tubuh yang terlatih dengan baik.

"Uh... um.. bolehkah aku?"

Mata Meng Yao menyipit dan dia tertawa. Saat itu dia yakin melihat kilatan lampu kamera tetapi memilih mengabaikannya dan menganggap sebagai bagian dari pikiran lelahnya. Pria di depannya terlihat lebih kikuk dari sebelumnya. Bahkan jika Meng Yao boleh mengatakannya, dia terlihat salah tingkah.

"Tentu boleh. Kau bisa masuk ke dalam jika ingin menemukan lebih banyak bunga."

"Tidak. Tidak. Aku tak ingin mengganggu mu bekerja. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu dan aku akan memotret di luar."

"Baiklah. Namaku Meng Yao. Panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu."

Pria tersebut menganggukkan kepalanya, "Namaku Lan XiChen. Terima kasih, Meng Yao."

Meng Yao memberikan senyuman ramah sebelum meninggalkan Lan XiChen. Meng Yao tak begitu memperhatikan apa yang Lan XiChen lakukan karena dirinya sibuk memeriksa bunga-bunganya. Tetapi beberapa kali dia bisa melihat kilatan dari lampu kamera. Saat Meng Yao akan selesai mengatur tokonya, Lan XiChen masuk ke dalam toko dan mengucapkan terima kasih. Pria itu benar-benar terlihat lucu dengan sifat kikuknya.

"Tidak masalah. Aku senang karena bisa membantu." Ucap Meng Yao dengan senyuman lembut.

Lan XiChen balas tersenyum padanya dan Meng Yao akan mengakui jika pria di hadapannya sangat tampan. Dan Meng Yao tak akan terkejut jika dia mengatakan dia seorang model.

"Apa kau seorang fotografer?" Tanya Meng Yao sembari mengatur pot bunga di dalam toko nya. Lan XiChen membantu untuk mengangkat beberapa pot.

"Bukan, memotret hanya menjadi hobi bagi ku."

"Oh? Bolehkah aku melihat hasil foto mu?"

"Tentu."

Lan XiChen mengambil kamera nya, memperlihatkan hasil tangkapannya pada Meng Yao. Dan menurut Meng Yao, Lan XiChen cukup berbakat. Hasil tangkapannya bagus dan dia bisa mengatur agar menangkap gambar dari sudut yang baik. Meng Yao bahkan tak sadar jika bunga-bunga yang dijualnya sangat indah jika dipotret.

"Um.. Meng Yao.. apa kau tidak keberatan.. aku memotretmu?"

Pertanyaan Lan XiChen jujur saja cukup mengejutkan bagi Meng Yao. Dia tidak merasa dirinya menarik sampai-sampai akan ada orang yang ingin memotret nya.

"Aku agak berantakan. Apakah tidak masalah?"

"Tidak. Tentu tidak. Kau terlihat cantik—maksudku.. kau luar biasa.. tidak! Ya, kau luar biasa dan kau cant-maafkan aku." Lan XiChen menundukkan kepalanya. Wajah pria itu memerah dan Meng Yao menemukan itu cukup imut. Jujur saja sebelum dia bertemu Lan XiChen, dia tak akan menyatukan seorang pria setinggi 180 lebih—mungkin hampir 190—dengan kata imut. Dia selalu berpikir pria setinggi itu pasti akan berperilaku jantan dan sedikit menakutkan.

"Um.. bolehkah aku?" Lan XiChen kembali bertanya.

"Tentu. Ini menjadi kehormatan bagiku."

Dengan itu, Meng Yao mendapati dirinya menerima arahan dari Lan XiChen tentang pose apa saja yang harus dia lakukan. Tentu saja dia merasa terlalu kaku melakukannya dan pasti hasil jepretan Lan XiChen tak akan sebagus sebelumnya. Tanpa sadar dia merasa bersalah karena sudah mengacaukan hasil pria itu.

Tetapi Meng Yao telah salah menduga. Nyatanya kemampuan Lan XiChen dalam fotografi sangat tinggi karena hasil tangkapan pria itu sangat bagus bak seorang profesional. Sungguh disayangkan dia hanya melakukannya demi hobi semata.

"Hasilnya sungguh menakjubkan! Aku tak tahu aku bisa terlihat seperti itu." Meng Yao berseru.

Lan XiChen tersenyum malu-malu padanya, "Ya. Memang menakjubkan."

"Bisakah kau mengirimiku hasilnya?"

"Oh-oh. Tentu saja! Apakah kau miliki email? Aku akan mengirimkannya lewat email setelah mengeditnya sedikit."

"Ah, aku tak memiliki email pribadi. Hanya email untuk tokoku."

Meng Yao hanya diam memperhatikan saat wajah Lan XiChen entah mengapa mulai bersemu kemerahan. Pria tersebut nampak sangat malu dan juga ragu-ragu, yang mana tak dimengerti oleh Meng Yao. Bahkan dia tak berani untuk menatap mata Meng Yao saat berbicara.

"Jika begitu, apa kau tak keberatan aku meminta nomor pribadimu?" Suara Lan XiChen terdengar sangat lembut dan ekspresi wajahnya yang malu hanya membuat Meng Yao merasa jika pria di hadapannya ini memang sangat menggemaskan. Lan XiChen telah mengulurkan ponselnya pada Meng Yao yang segera diambilnya untuk memasukkan nomornya.

Ada momen hening sejenak setelah Meng Yao selesai memasukkan nomornya dan memberikan kembali ponsel Lan XiChen. Meski demikian Meng Yao merasa nyaman dengan keheningan itu dan rasanya dia bisa bertahan selamanya dalam keheningan itu bersama dengan Lan XiChen. Tetapi bagian kewarasan pada otaknya telah menjerit sejak tadi jika dirinya harus segera pulang dan mulai memastikan pemanas ruangannya menyala agar dia tidak membeku malam ini. Dan sepertinya dorongan untuk bertahan hidup jauh lebih besar dibanding keinginannya untuk terus menatap wajah tampan Lan XiChen. Meng Yao menjadi orang yang memecah kesunyian dengan beralasan jika dia harus kembali bekerja dan membebaskan Lan XiChen untuk tetap memotret disekitar toko kecilnya.

"Sepertinya aku harus segera pergi. Maaf telah menyita waktumu seperti ini." Ujar Lan XiChen. Ada raut penyesalan yang tulus pada wajah pria itu dan Meng Yao tahu dengan pasti jika Lan XiChen pastilah seorang pria yang begitu baik hati. 

Walau Lan XiChen mengatakan akan segera pergi, nyatanya dia masih membantu Meng Yao mengangkat beberapa pot bunga ke dalam toko dan membantu Meng Yao menutup tokonya bahkan mengantarnya ke halter bus.

"Terima kasih banyak. Padahal kau tak perlu melakukannya."

"Tolong jangan sungkan. Aku telah menyita waktumu, sudah sewajarnya aku membantumu." Lan XiChen melirik arlojinya lalu kembali menatap Meng Yao, "Kurasa kita berpisah disini. Sekali lagi terima kasih untuk keramahanmu."

Dan dengan itu, Meng Yao melambaikan tangannya pada pria yang membuat harinya menjadi menarik. Dia berpikir kapan dia bisa bertemu dengan pria itu lagi?

Meng Yao masih berada di halte bus saat menerima pesan dari nomor tak dikenal. Dipikirnya apakah itu salah satu suruhan istri sah ayahnya yang kembali memaki-makinya? Tetapi yang mengejutkan itu adalah pesan dari Lan XiChen. Pria itu menanyakan apakah Meng Yao telah tiba di rumah dengan selamat atau masih dalam perjalanan. Dia juga mengirimkan beberapa hasil fotonya yang telah diedit dengan baik.

Sungguh menyenangkan dapat mengenal pria seperti Lan XiChen.

Mungkin saja dia bisa mengajak pria itu pergi berkencan saat Natal?

Siapa yang tahu kan?


05 Desember 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Xiyao DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang