You never lose by loving. You always lose by holding back. – Barbara de Angelis
"Lo itu gak cantik jadi ga pantes masuk TimKes sekolah!"
Kalimat menyakitkan itu masih terngiang dikepalaku walau sudah hampir 2 tahun peristiwa menyakitkan itu berlalu.
Setelah mencoba untuk menenangkan diri dan pikiran,
aku memberanikan diri untuk kembali mendaftar pada salah satu ekstrakulikuler sekolah yang aku sudah sukai sejak awal perkenalan saat MOS SMA lalu.
Memegang selembar kertas formulir dengan tangan yang sedikit gemetar dan ragu.
Keringatku juga ikut bercucuran seraya berjalan menyusuri selasar ruangan menuju kelas 12 IPA 1 dimana aku akan menyerahkan formulir itu ke kakak kelasku.
Ya, formulir itu sudah aku isi.
" FORMULIR CALON PASKIBRA SMA PINUS"
Setibanya di ruang kelas itu, aku menyadari kakak kelasku berada di depan kelas duduk bersama teman – temannya.
Dengan sigap dan tertunduk aku menyerahkan formulir itu lalu bergegas pergi dari kerumunan yang tidak membuatku nyaman.
Ekskul itu memang sangat populer disekolah, berbagai penghargaan bergengsi sudah di raih oleh mereka.
Agak gila memang seorang pemalu sepertiku mengambil kegiatan sekolah yang mengharuskanku untuk percaya diri.
Namun, memang itu tujuanku agar bisa menjadi wanita yang confident.
"Oke Ica, kamu sudah berhasil kamu pasti bisa melewati tahap selanjutnya." Gumamku
Aku kembali berjalan menuju kelasku, tepatnya kelas 10 IPA 3. Kelas yang berada tepat di bagian inti sekolah yang bisa dibilang paling luas untuk kota ini.
Kelas yang sangat asri karena dikelilingi pohon pinus dan ditengah tanah lapang berselimut rumput tebal ada pohon beringin besar dengan kursi kayu mengelilinginya.
Setelah sampai di depan kelas aku mendengar ada sayup suara memanggil namaku.
"Ica Pendek!!" teriak lelaki tinggi kurus yang berada di depan kelas 10 IPA 6 yang berada 3 blok dari kelasku.
Aku menoleh kesumber suara dan menghela nafas malas sambil menatap orang yang kini sudah berada di depanku. "Apa, Uli?" jawabku.
Wajahnya cemberut, ia memang tidak suka aku memanggilnya dengan nama itu. Tapi aku nyaman dengan panggilan itu walaupun ia tak suka.
" Heh pendek, can you stop called me Uli ?" ucapnya dengan nada datar.
" Uliku sayang, bisa gak lu juga jangan panggil gue pendek. Gue punya nama ya." Balasku tak mau kalah.
Ia terkekeh. "Sorry Ica KAMELIA." Sambil menekankan kalimat "KAMELIA" yang merupakan nama belakangku.
Aku mendengus kesal karena jujur aku tak suka dengan nama belakang yang diberikan oleh kedua orang tuaku.
Padahal banyak nama yang lebih keren tapi kenapa harus nama itu yang dipilih. Lelaki tinggi itu tertawa setelah melihat wajahku cemberut.
Aku memang pemalu jika berada di lingkungan baru dan suasana baru, namun semua akan berbeda jika aku sudah nyaman dengan orang-orang tertentu.
Sifatku akan berbeda 180 derajat dari yang terlihat.
Menyulitkan bukan? Untuk menunjukkan diri pun aku harus memilah orang terlebih dahulu. Itulah kenapa aku tidak terlalu bergaul dengan lingkungan sekitar.
"Jadi, gimana? Udah dikasih formulirnya?" Tanya Uli padaku yang duduk disampingnya. Ya, kami sekarang sedang duduk di kursi kayu tepatnya dibawah pohon beringin.
"Yah, udah dikasih. Tapi lolos enggaknya aku gak tau." Jawabku lemas, karena tidak begitu yakin akan lolos tahap awal.
" Hey, Listen. Lu mau ngerubah sifat pemalu lu kan? Itu udah kemajuan lu mau ikut paskibra. Percaya sama gue, lu pasti lolos." Ucapnya antusias
" hmm... Semoga." Singkatku membalas kalimatnya yang penuh motivasi.
Dibenakku, hal itu seperti jackpot jika memang berhasil masuk ekskul bergengsi di sekolah.
Tapi mendapat dukungan penuh oleh teman pertamaku ketika masuk SMA ini, seketika pula aku mendapatkan kepercayaan diri yang meningkat karenanya.
Satu senyuman tipis mendarat di bibirku seraya menatap lelaki yang berada di sebelahku ini dengan penuh arti.
Banyak kalimat berisik didalam otakku ketika melihatnya. Lelaki yang sangat bisa menenangkanku ketika aku ragu akan suatu hal.
Pertemuan kami sangat singkat tapi entah kenapa terasa begitu lekat di pikiran dan hatiku.
Karena jika titik lemahku tiba, satu – satunya orang yang membakar semangatku saat itu hanya dia.
Souli Mosha Bramasta, can we be more than friend?.
================================================================================
Hai semuanya, long time no see ... akhirnya setelah puluhan purnama aku balik dengan cerita baru... yang dulu gimana? udah buntu gengs.
semoga ceritaku kali ini bisa tuntas sampai tamat ya.. terus dukung aku juga dengan kasih vote dan saran serta kritikan membangun biar aku makin semangat buat ceritanya..
i hope you like it gengs..
with love
inkkim
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
Teen FictionIca adalah seorang gadis pemalu dan ceria? ia hanya menampakkan keceriaannya di depan beberapa orang saja . salah satunya Souli, lelaki pertama sekaligus teman pertamanya sejak menginjak masa SMA . Ica sudah menyukai Souli sejak pertama bertemu, nam...