Setelah mengikuti jam pelajaran terakhir, akhirnya mereka pulang dan telah sampai di apartemen baru Suhaa.
Zaki tadinya mau ikut, tetapi ia mengurungkan niat karena dihubungi oleh kekasihnya, lagipula ia harus membiarkan Suhaa dan Leya berduaan.
Dela sendiri tak masuk di jam terakhir, ia lebih memilih bolos dan tak terlalu peduli dengan yang lainnya.
Dan disinilah mereka sekarang, di sebuah kamar apartemen milik Suhaa. Ya walaupun sedikit berantakan, tetapi tak masalah.
Suhaa tidak sempat membersihkannya sebelum ke sekolah, karena ia menghabiskan malamnya sambil bermain game bersama Zaki.
"Maaf, lupa bersihin..," ujarnya kepada Leya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Tetapi sekarang sudah lumayan bersih, karena Suhaa baru saja selesai membersihkannya dan mengajak Leya ke kamar.
Suhaa beralih mengambil semua benda yang biasanya akan membuat Leya tertarik, seperti buku, gitar dan stick game.
"Mau main game, baca buku atau yang lain?" Suhaa menawarkannya agar Leya bisa melupakan hal tadi.
Leya menggeleng singkat. Ia merasa bosan dan tak tertarik sedikitpun pada benda yang ditawarkan Suhaa, bahkan buku pun ia tolak.
Suhaa menghembuskan nafas pasrah, ia beralih duduk di pinggir ranjang tepat di samping Leya yang tengah duduk di tengah-tengah ranjang.
Ia merangkul gadis itu, lalu menyalakan televisi yang ada di depan mereka.
Suhaa menyenderkan kepala Leya di bahunya dan mengelusnya sayang, "Kalau mau bobo, bobo aja."
Suhaa setia merangkul Leya yang sepertinya kelelahan menangis, dan mungkin saja akan segera tertidur. Ia juga menyalakan berita agar gadis itu semakin bosan dan menutup matanya.
Detik demi detik, menit demi menit namun Leya tak kunjung bereaksi apa-apa. Gadis itu hanya termenung dengan tatapan kosong.
Suhaa bahkan beberapa kali menatap wajah Leya untuk memastikan apakah gadis itu tertidur atau tidak.
Sekali lagi Suhaa menghembuskan napas, ia lalu beralih menghadapkan wajah Leya ke arahnya dan menatap gadis itu dengan tajam.
"Mau nangis?" Suhaa melembutkan pandangannya, "Ya udah nangis aja, tapi sampai hari ini aja nangisnya, besok nggak boleh!"
Mendengar itu membuat Leya melepaskan tameng pertahanannya. Perlahan ia menangis lalu mulai terisak dan akhirnya sesegukan karena sesak.
Suara gadis itu awalnya kecil, namun lama kelamaan suaranya keluar dan menciptakan suara gema dari tangisannya yang membuat orang lain merasa iba.
Perlahan Suhaa menyingkirkan anak rambut yang menempel disekitar wajah Leya, dan setia menghapus air mata gadis itu setiap saat.
Suhaa mengecup sudut mata Leya dan kembali mengelus pipi bulat kekasihnya.
"Janji, kalau ini terakhir lu nangis," ujarnya sambil terus menunggu Leya berhenti mengeluarkan emosi gejolaknya.
***
***
Betapa terkejutnya Agraham saat tahu Leya lah yang mengetuk pintu rumah dari luar, juga ditemani oleh Suhaa di sampingnya.Ia makin terkejut ketika melihat putrinya, putrinya tampak kacau dengan mata bengkak serta hidung yang merah.
Yang berarti Leya baru saja selesai menangis. Dengan tatapan tajam ia menatap Suhaa.
Melihat reaksi ayah dari Leya membuat Suhaa ciut, tetapi mau bagaimana lagi, ini juga kesalahannya karena membiarkan Leya menangis.
Leya sendiri menyadari itu, tetapi ia meredakan amarah Agraham dengan cara memeluk ayahnya segera.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Suhaa (END)
RomanceWARNING! (Peringatan!) Please everyone who sees this, please stop and never plagiarize/copy other people's work!!! I beg you so much! whoever it is! (Siapapun yang melihat ini, tolong berhenti dan jangan pernah menjiplak/menyalin karya orang lain...