Berbeda dari pagi yang selalu Yoobin lewati sejak tinggal bersama Winwin, hari itu dia yang membuka mata saat setitik cahaya terasa menyakiti indera penglihatan sungguh dikejutkan dengan kenyataan bahwa ada sosok lain yang ternyata semalaman tidur di sampingnya; itu Dong Sicheng.
Maka segera bangkitlah ia setelah sadar jika ada yang salah dengan situasi pagi itu, Yoobin yang langsung menjauh dari kasur tahu, ia bahkan semalam tak mabuk. Tapi sungguh, otaknya tidak bisa mengingat apapun setelah rengekan berbahasa mandarin si suami yang wajahnya kala itu dipenuhi air mata sampai membuatnya tak tahan untuk memeluk si lelaki dan...
Ah! Daripada sibuk memikirkan apa yang sama sekali ia tak ingat, mengetahui jika pakaiannya masihlah utuh tanpa kurang suatu apapun harusnya bisa membuat Yoobin merasa bersyukur, karena berarti tak ada apapun yang terjadi selama dia dan lelaki ini 'tidur bersama'; mereka hanya berbagi kasur untuk saling melepas lelah, tak lebih dari itu.
Sebuah suara yang terdengar di arah luar kamarnya, membuat perempuan ini memutus pandang dari sosok Winwin yang masih terlelap. Melihat pada pintu tertutup, sesaat setelah bunyi itu terdengar lagi, gadis ini tanpa menunggu apapun segera saja berlari keluar. Mengingat jika ada satu orang lagi yang harus ia urus; Noh Chanhee yang semalam juga sama mabuknya dengan si suami tak seharusnya dibiarkan melakukan apapun sendiri.
"Samchon--"
Teriakannya terhenti, saat mata mendapati sang Paman sudah memakai celemek miliknya. Memunggungi Yoobin, uap diiringi wangi lezat yang langsung menguar saat langkahnya membeku diambang pintu dapur menandakan jika Chanhee sungguh baik-baik saja. Memasak sesuatu yang gadis itu tebak adalah sup pereda pengar; bahkan dia yang sudah mengenal sosok pria itu seumur hidup, masih dibuat takjub dengan ketahanan adik Ibunya yang bisa berdiri tegak, bahkan sampai memasak begini setelah mabuk parah semalam...
"Oh, Yoobin-ah, duduklah..." Chanhee sepertinya sama sekali tak dibuat kaget dengan 'sapaan' panik Yoobin tadi. "Aku sudah membuat sarapan untuk kalian berdua."
Bir jenis apa yang ia minum sampai tiba-tiba saja jadi rajin begini?
"Berhenti menatapku seperti itu, katanya sambil mematikan kompor. "Kau dan Winwin terlihat sangat menikmati waktu tidur kalian, jadi rasanya aku tak tega jika--"
"Kau masuk ke kamarku?!"
Chanhee mengagkat bahu, badannya dibalik sembari menyandarkan pinggul pada pantry. "Itu tak terkunci saat aku mencoba membukanya ketika ketukanku tak juga membuatmu menyahut."
Mulutnya terbuka, dalam hati lagi-lagi Yoobin mengutuk kecerobohannya yang belakangan ini malah semakin menjadi-jadi; dari sekian banyak malam sejak ada Dong Sicheng ada di apartemennya, kenapa hanya saat mereka 'tidur bersama' begini, ia harus lupa mengunci pintu?
"Tapi kau tahu Yoobin-ah..." si Paman melanjutkan saat melihat tak ada tanda sahutan dari keponakannya. "Bisa melihat kau dan Winwin baik-baik saja dan tidur bersama dengan nyaman begitu, benar-benar membuatku lega. Maksudku, diawal kalian sungguh terlihat sama sekali tak punya harapan, jadi aku sedikit khawatir..."
Apa yang Pamannya katakan, tak lagi Bae Yoobin dengar seiring dengan pandang kosongnya; mengetahui Noh Chanhee yang biasanya lebih sering menjadi 'burung beo' sang Ayah tiba-tiba saja bisa mengungkapkan pendapatnya sendiri begini, membuat gadis itu yakin kalau apa yang pria itu katakan benar adanya dan Yoobin yang tadi sempat merutuki diri itu merasa, jika memang semua anggota keluarganya bisa selega ini setelah mendengar 'informasi' yang nanti pasti akan Paman bermulut besarnya itu sampaikan, ia rasa tak apa jadi sedikit ceroboh. Toh, mereka juga hanya tidur di ranjang sama dan tidak melakukan hal aneh seperti...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Marriage
FanfictionIa bahkan tidak mengenal siapa lelaki yang diperkenalkan ayahnya sebagai Dong Sicheng ini, tapi kenapa tiba-tiba saja Beliau bilang jika dia adalah suaminya? Dan lagi-- Bagaimana Yoobin bisa tidak mengingat apapun soal pesta pernikahan yang seharusn...