Aku suka ketenangan. Apalagi jika tenang itu kamu.
_____
Tugas matematika milik Arizona berhasil Sansekerta selesaikan sebelum bel masuk berdentang. Untung soalnya tidak banyak dan sangat mudah dikerjakan.
Menutup buku, Sansekerta heran mengapa Arizona belum juga ke kelasnya untuk mengambil barang miliknya. Melihat tidak ada tanda-tanda Arizona akan datang, Sansekerta berinisiatif mengantarkan PR tersebut ke kelas Arizona di IPS 3.
Walau Arizona suka semena-mena, tetap saja Sansekerta tidak tega jika laki-laki itu dimarahi guru sebab tidak bisa mengumpulkan tugas rumah.
Sampai di depan kelas IPS, ragu-ragu Sansekerta mengintip lewat jendela kaca. Guru belum datang dan siswa masih bercanda ria. Belum juga Sansekerta menggapai pintu, seseorang dari dalam sudah berceletuk.
"Ada si gagu, tuh."
Seisi kelas kompak menoleh pada pintu kelas yang sedikit terbuka, menampakan Sansekerta yang tertunduk kaku.
Arizona yang mengetahui tujuan Sanseketa berseru, meminta laki-laki difabel itu masuk ke dalam kelas. "Woi, cacat. Masuk."
Susah payah Sansekerta meneguk ludah. Sambil terus menunduk, ia melangkahkan kaki menghampiri Arizona di barisan bangku paling belakang.
Bisa dirasakan, semua pasang mata menghujamkan tatapannya pada Sansekerta. Seolah menunggu sesuatu yang akan terjadi.
Sansekerta menyodorkan buku dengan kedua tangan pada Arizona.
Dengan alis terangkat, Arizona menatap buku itu tanpa minat. "Maksud lo apa ngasih gue buku?"
Mata Sansekerta mengerjap polos. Bingung dengan ucapan Arizona yang jelas-jelas tengah mengerjainya.
"Jawab. Lo ngapain ngasih gue buku? Bisu lo?" hardik Arizona meninggikan suaranya.
"EMANG BISU," teman-teman sekelas Arizona kompak menyahuti lalu terbahak bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...