Chapter 1
“Diberitahukan untuk seluruh siswa Cedarwood Memorial High bahwa Queen Mary University London akan mengadakan lomba per group yang beranggotakan dua orang. Lomba ini adalah Scientific Research of Useful Natural Resources for Medical Purposes. Bagi yang berminat silahkan hubungi Mr. Adams.” suara Mr. Adam terdengar begitu nyaring di speaker sekolah. “Ikut yuk Jul?” tanya gue pada Juliet. “Ah gila juga lu. Udah tau gue gak minat sama yang gituan. Lo malah ngajak gue hahah” Cibirnya. Sahabat gue dari TK ini emang gak begitu suka science. “Your lost then,” Kata gue dengan nada becanda. Dia cuman mendengus mendengar perkataan gue. “Balik sekolah gak bisa cabut aja apa Zoy? Udah lama banget nih kita gak hang out bareng,” Ujar Julie. “Yah lo tau sendiri Jul, gak bisa. Maaf banget ya. Lo kalo mau ikut aja ke bakery, nanti kita bisa ngobrol-ngobrol di bakery.” Kemudian Julie meng-iya-kan.
Akhirnya sebelum gue pulang, gue menyempatkan untuk mendatangi Mr. Adams.
“Permisi sir,”
“Ya, ada yang bisa dibantu Ms…” balas Mr. Adams.
“Howard. Zoya Howard sir,”
“Ms. Howard,”
“Iya sir, jadi saya datang ke sini ingin bertanya tentang lomba di Queen Mary itu sir …” gue membuka topic.
“Oh begitu ya? Wah kamu siswa pertama yang datang menemui saya tentang lomba itu. Sepertinya lomba ini kurang menarik minat siswa ya,” Terdengar nada kekecewaan dari mulut Mr. Adams.
“Kamu minat?” lanjutnya lagi.
“Iya sir. Saya kebetulan ingin masuk fakultas kedokteran Queen Mary. Jadi siapa tahu kalau saya menang bisa mempermudah saya untuk masuk ke sana,”
“Baik, saya akan menunggu selama satu minggu. Jika tidak ada juga yang berminat selain kamu, terpaksa saya akan memeriksa berkas nilai murid-murid dan mengambil seorang murid yang nilainya memenuhi kriteria.”
Gue berterimakasih kepada Mr. Adams kemudian pamit karena Julie sudah menunggu di depan sekolah dengan mobil Audi miliknya. Setelah gue masuk ke dalam mobil Julie, ia langsung melesat menuju bakery milik keluarga gue.
**
“Baik biar saya ulangi, satu hot chocolate, satu honey lemon tea, satu sausage croissant dan satu key lime pie,” Kemudian pengunjung yang berada di hadapan gue pun mengangguk. “Ditunggu 10 menit ya. Terimakasih.” Ujar gue kemudian pegi ke dapur dan menyerahkan pesanan ini kepada juru masak. Karena hari ini bakery orang tua gue sangat ramai, Julie gak jadi main ke bakery karena gue pasti gak akan punya waktu buat dia. Gue merasa sedikit bersalah sih sama dia, tapi untungnya dia mengerti bahwa gue harus membantu orang tua gue.
Semenjak kebangkrutan perusahaan dad, keluarga gue membuka bakery dengan empat orang pegawai untuk membayar seluruh hutang-hutang dad dulu. Sudah sekitar dua tahun Bakerology berdiri di kawasan Notting Hill, London. Namun karena hutang yang melilit keluarga gue terbilang sangat besar nominalnya, sampai saat ini pendapatan dari bakery yang cukup terkenal di Notting Hill ini belum mampu membayarkan seluruh hutang tersebut.
“Dek, sibuk banget,” Tiba-tiba kakak sepupu gue, Liam, ada di belakang gue. “Ya ampun Bang Liam gue kaget! Iya nih syukurlah bakery lagi rame. Bantuin dong bang!” rajuk gue. Gue sama Bang Liam emang deket banget, soalnya gue itu anak pertama dan pingin banget punya kakak cowok. “Iya ini juga habis di telpon sama tante. Kebetulan shift gue di station juga udah beres. Gue ke belakang dulu nyimpen tas ya Zoy.” Bang Liam berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inbetweener (h.s.)
FanfictionInbetweeners: “A teenage Sub-Group. People who are not cool enough to be popular but are not nerdy enough to be geeks. Inbetweeners are therefore an average of the two major teenage social groups.” Apa jadinya jika seorang cewek biasa yang notabene...