9|LDR

1.7K 138 7
                                    

Langkah beriringan memasuki wilayah pesantren, tangan saling bertautan seakan tak mau jauh satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah beriringan memasuki wilayah pesantren, tangan saling bertautan seakan tak mau jauh satu sama lain. Senyuman merekah indah di wajah pasangan halal ini. Gus Lutfi dan Maira baru saja sampai di pesantren, setelah selesai honeymoon.

"Assalamualaikum," salam keduanya memasuki ndalem.

"Rumah sepi, kayaknya Abi sama Ummi lagi ngisi kajian. Kita langsung ke kamar saja ya," ucap Gus Lutfi menggandeng sang istri menuju kamar mereka, di lantai dua.

"Kalau mau istirahat, bebersih dulu, Humaira! Tapi aku saranin nanti saja istirahatnya, habis zuhur sekalian, nanggung soalnya," ujar Gus Lutfi saat sampai di kamar.

"Nunggu zuhur saja, Bi. Aku biasanya kalau tidur nanggung suka pusing pas bangun," jawab Maira menata barang yang dibawa saat honeymoon, serta beberapa oleh-oleh.

"Humaira." Gus Lutfi mendekap tubuh istrinya dari belakang. Dia menumpukkan dagunya di bahu sang istri. Nyatanya bulan madu yang dijalani benar-benar sudah meruntuhkan pondasi yang dibangun. Hati yang awalnya tepah ditutup untuk sesosok gadis, yang bahkan Gus Lutfi tak tahu di mana dan siapa gadis itu, saat ini terbuka lebar dan diisi oleh gadis yang menyandang sebagai istri sahnya.

"Bi, kenapa si? Aku belum selesai ini," keluh Maira tak bisa berkutik. Tubuh mungilnya sama sekali tak bisa bergerak di dalam dekapan tubuh kekar sang suami.

"Nanti saja, aku pengin gini dulu," jawab Gus Lutfi semakin mengeratkan dekapannya.

Maira menghela napas pasrah. Sesekali gadis itu menggeliat karena geli, di saat sang suami menggesekkan hidung ke lehernya.

"Bi, geli ih, lepasin aku," pinta Maira meronta.

"Ngga mau sayang, mau gini terus biar makin cinta," jawab Gus Lutfi menggoda.

"Terserah kamu deh, Bi." Maira pasrah membiarkan sang suami berbuat semaunya.

"Eh, Humairaku ngambek ya? Yah, maaf ya, aku usil banget. Ini sudah dilepas kok, jangan marah ya, Humaira." Gus Lutfi langsung melepas pelukannya.

"Tau ah, aku ngambek," rajuk Maira bersedekap dada.

"Ya Allah, Humaira, maafin aku ya," bujuk Gus Lutfi kelimpungan.

"Hemm," respons Maira sangat singkat.

"Humaira, maaf." Gus Lutfi menunduk layaknya anak kecil yang tengah dimarahi ibunya.

"Dih, kek anak kecil," cibir Maira melirik suaminya.

"Humaira ...." Gus Lutfi menelusup ke depan istrinya. Bibirnya dilengkungkan, manik hitamnya menatap sang istri dengan berkaca-kaca.

"Eh eh, kayak bayi gede saja," ujar Maira dengan nada meledek.

"Bayi gedenya Humaira," sahut Gus Lutfi.

"Humaira, maaf ya," imbuh Gus Lutfi memohon.

"Iya, aku maafin, tapi jangan ganggu! Awas kalau ganggu, malam ini tidur sendiri!" ancam Maira menatap garang suaminya.

Habibi&Humaira [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang