Pertanyaan Gus Lutfi sore tadi membuat Maira gelisah. Gadis itu belum siap untuk memberikan hak suaminya. Namun, Maira juga tak ingin berdosa karena menolak permintaan sang suami.
Di tengah gelapnya malam, Maira termenung di sisi ranjang. Gus Lutfi sudah terlelap pulas di sampingnya.
"Ra, kamu ngapain? Sudah malam kok ngga bobok." Gus Lutfi membuka matanya saat merasakan tak ada sang istri di dekatnya.
"Bi, aku ... aku siap," ucap Maira tercekat.
Rasa kantuk pada diri Gus Lutfi menguap begitu saja. Dia langsung mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menatap bingung gadis di depannya.
"Gimana? Siap? Apanya yang siap?" tanya Gus Lutfi dengan wajah cengo.
"Aku siap ngasih hakmu, Bi," jawab Maira memejamkan matanya.
"Masalah tadi? Sudah, jangan dipikirkan dulu. Humaira, aku sudah berjanji pada kedua orang tuaku dan orang tuamu, untuk tidak menyentuhmu lebih sebelum kamu wisuda. Jadi, aku ngga akan minta hakku sekarang. Masalah tadi, aku hanya gemas saja, Humaira, aku ngga beneran mau minta hakku," jelas Gus Lutfi menyelipkan anak rambut istrinya.
"Tapi ... Rara ngga mau dosa," lirih Maira.
"Ya Zayjaty, aku ikhlas belum mendapatkan hakku, aku rida akan hal itu," ucap Gus Lutfi menangkup wajah istrinya.
"Beneran?" tanya Maira dengan mata berkaca-kaca.
Gus Lutfi mengangguk yakin. "Iya, Rara. Masa mas bohongin kamu. Lagian nih ya, rahim kamu masih terlalu rentan untuk mengandung. Mau pakai pengaman pun belum tentu bisa mencegah kehamilan. Mas ngga mau Raranya mas ini kenapa-napa dan mas belum ada penghasilan tetap, Sayang. Masa nanti Rara hamil dan melahirkan uangnya dari Abi sama Ummi atau dari Ayah sama Bunda, kan Rara sekarang tanggung jawab mas."
"Anak punya anak," celetuk Maira.
"Anak kecil belum boleh punya anak, ya. Nanti kalau mas sudah lulus, In Syaa Allah mas belikan rumah sendiri. Setelah itu baru kita bangun rumah tangga yang sebenarnya," jelas Gus Lutfi.
"Makasih ya, Mas. Mas Fi selalu bisa ngertiin Rara, Rara sayang banget sama Mas Fi. Jangan tinggalin Rara ya," pinta Maira berhambur ke pelukan sang suami.
"In Syaa Allah, Ra, mas ngga bisa janji, karena kita ngga tahu umur kita sisa berapa, apa yang terjadi esok. Kita hanya bisa berdoa agar terus bersama," jawab Gus Lutfi.
"Maksud Rara, jangan tinggalin buat pergi sama yang lain. Kalau masalah umur, Rara juga paham," ucap Maira.
"Ngga dong, karena hati ini sudah terpikat di hati Rara, zaujaty," jawab Gus Lutfi.
Maira pun mengangkat bibirnya membentuk senyuman manis. Tanpa ragu dia memeluk Gus Lutfi dengan erat, lalu berbisik, "Rara sayang Mas Fi."
"Mas juga sayang sama Rara," balas Gus Lutfi mendaratkan kecupan lembut di kening istrinya. "Bobok lagi yuk! Besok kita jalan-jalan, kan tadi gagal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi&Humaira [HIATUS]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] [ROMANCE] ------------------------- Dipaksa pulang saat menempuh pendidikan? Itu yang dialami seorang gus muda. Muhammad Lutfi Al-Ghaffar. Sosok gus muda yang harus menghentikan pendidikan terlebih dahulu, untuk menjalani pern...