.....
Tangan Yua bergetar, perlahan maju kedepan menyusul tangan Fuwa yang tengah menampung air hujan ditelapak tangannya. Derasnya tetesan air mulai menyentuh kulit putihnya, terasa dingin.
"Benar seperti itu. Kau berhasil Yaiba" seru Fuwa menyoraki.
"B-berhasil?"
Fuwa menggenggam tangan Yua. Mereka menopang air hujan bersama-sama.
"Ayo kita buat harapan" ucap Fuwa.
"Apa kau sungguh sungguh? Hah ini konyol. Memangnya berpengaruh?" tanya Yua dengan nada meragukan.
"Mau berpengaruh atau tidak itu urusan belakangan. Asalkan kita percaya, apa salahnya?"
"Hahh, terser-" ucapannya terpotong karena saat Yua menengok ia melihat Fuwa sedang menutup matanya dengan serius. Sepertinya ia benar-benar berharap pada hujan.
'Aku harap suatu hari nanti orang disampingku ini bisa menemukan kebahagiaannya' Batin Fuwa.
Fuwa membuka sebelah matanya kemudian melirik gadis disebelahnya itu, "apa yang kau tunggu? Ayo berharap juga, jangan hanya berdiri disana sambil memandangiku"
"Yah apa boleh buat"
Yua mulai menutup matanya dan memikirkan harapan apa yang akan dia harapkan dengan tulus.
'Jika bisa berharap, aku ingin saat ini waktu berhenti. Aku tidak ingin pergi dari momen ini dan kembali ke kehidupan asliku. Aku ingin terus seperti ini. Ah tidak, lebih tepatnya aku ingin bisa terus berada disisinya seperti saat ini...
"Ah airnya mulai menipis, Yaiba sebaiknya kau pulang sekarang. Lagipula hujan sebentar lagi akan reda"
"Apa pulang sekarang? Tapi.. Aku masih ingin disini. Bisakah kita tinggal sebentar lagi saja? Masih banyak pertanyaan yang kusimpan untukmu"
"Tidak kau harus cepat pulang dan beristirahat. Besok kau harus bekerja keras kan?"
"I-iya tapi"
"Ayo aku antar kedepan jalan"
Yua tidak bisa membantah, perkataan Fuwa ada benarnya besok ia harus bekerja lebih keras karena harus berangkat ke kantor Hiden. Apalagi jaraknya yang lumayan jauh dari apartemen Yua.
--
Gerimis ringan membasahi sebuah payung transparan yang menjadi atap kedua orang itu, seolah-olah mengiringi mereka berdua. Sepanjang jalan Yua hanya diam tak berkata apapun, padahal tadinya pertanyaan demi pertanyaan telah ia pikirkan untuk ia katakan pada Fuwa, namun entah kenapa semuanya telah sirna. Mulutnya terbungkam menahan gejolak antara hati dan pikirannya.
Sampailah mereka diujung jalan dari tempat tadi, diseberang mereka terlihat jalan raya yang cukup ramai dengan mobil atau kendaraan lainnya yang berlalu lalang.
"Maaf, Yaiba. Aku hanya bisa mengantarmu sampai sini saja"
"Baiklah tak apa, sampai sini saja sudah cukup bagiku. Terimakasih"
"Hati-hati di jalan" Fuwa melambaikan tangannya.
"Tunggu sebelum aku pergi, apa aku boleh meminta nomor telepon mu? Bukan untuk apa-apa hanya saja aku ingin kita bisa bertemu lagi lain kali. Dan mungkin aku akan mentraktirmu sushi kalau kau mau" sebelum pergi, Yua melontarkan kalimat yang dari tadi mengganjal di hatinya.
"Sushi ya.. Kedengarannya enak aku sudah lama sekali tidak makan sushi"
Mendengar kata itu seketika Yua merasa senang dan raut wajahnya berubah ceria, "Bagus kalau begitu! Aku tahu kedai sushi yang paling eenakk disini. Ayo kita pergi lain ka-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Expected Rain | (Fuwa x Yua) [Alternate Universe]
FanficSetiap hujan turun ingatan ingatan itu muncul kembali memenuhi pikirannya. Ia mencoba untuk melupakan semuanya, tapi sekeras apapun ia berusaha, Yua tetaplah tidak bisa mengatasi semua itu sendirian. Sejak kecil hidup Yua selalu diselimuti akan rasa...