CHAPTER 14

11.4K 1.7K 497
                                    

" Ikhlaskan sesuatu yang sudah tidak menjadi milik kita."

🍁🍁🍁

Gus Arsyaq berlari menuju ke ruangan ICU, ia melihat maisa yang sudah terbaring lemah bahkan tidak membuka matanya, ia benar benar menyesal karna tidak memperdulikan istrinya, jika sesuatu terjadi, gys Arsyaq tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Gus Arsyaq terduduk lemas di lantai, ia tidak tau harus apa lagi sekarang.

"Ya allah, selamat kan anak anak dan istri saya ya allah, mereka masih berusia dua bulan saya ingin memeluk mereka, beri mereka kekuatan dan bsntu istri saya agar kuat ya Rabb." Lirih gus Arsyaq nengusap kasar wajahnya.

Gus Arsyaq hendak memasuki ruang inap maisa, namun umi fara kembali menelfon nya, karna anak zahra tiba tiba saja kondisinya sangat lemah.

Ia berlari ke kamar zahra bukan ke kamar istrinya.

Ceklek....

"Gak!!!! Anak saya gak mati!!!." Teriak zahra memeluk anaknya erat.

"Sayang, tolong ikhlaskan anak kamu."

"Umi diam!!!, saya tidak akan menyerahkan anak saya!!!."

Gus Arsyaq menghampiri zahra, lalu memeluknya. "Ikhlaskan sesuatu yang sudah tidak menjadi milik kita."

" Hanya dia teman saya gus, hanya diaaa, hikss."

Zahra menangis di pelukan gus Arsyaq, ia benar benar kehilangan bayinya saat ini, bahkan separuh darinya hilang.

Bruk....

Tubuh zahra terjatuh di pelukan gus Arsyaq, dengan cepat gus Arsyaq mengambil bayi itu dari pelukan zahra.

" Ya allah." Lirih gus Arsyaq menatap wajah zahra yang terlihat lemas.

Disisi lain, maisa sadar dari pingsannya, ia menatap seluruh ruangan tanpa suaminya.

Maisa tersenyum. " Maisa pikir mas disini." Lirih maisa, lalu kembali memejamkan matanya.

Ceklek...

"Assalamu'alaikum sayang." salam gus Arsyaq menghampiri maisa, lalu merapikan rambut istri nya yang sedikit kelihatan, lalu mengecup keningnya.

Maisa membuka matanya perlahan, lalu tersenyum. "Dari mana aja mas?." Tanya maisa.

Gus Arsyaq tersenyum. " Dari ruang inap zahra, kamu udah baikan? Ada yang sakit hmm?."

Deg...

Hati maisa begitu sakit, ternyata suaminya lebih mementingkan zahra dari pada istrinya, perempuan mana yang tidak sakit hati, apabila suaminya seperti itu.

"Anak zahra meninggal, baru aja." Sambung gus Arsyaq membuat air mata maisa luruh begitu saja.

Maisa hendak turun dari brankar rumah sakit, dengan cepat di tahan oleh gus Arsyaq.

"Gak boleh kemana mana!!."

"Maisa pengen liat ning zahra!!."

"M-maisa takut, m-maisa takut anak maisa kenapa kenapa, hikss."

"Jangan bicara seperti itu humairahh."

Gus Arsyaq membawa maisa kepelukannya, lalu membacakan shalawat agar istrinya tenang.

"Si kembar gak papa kan?." Tanya maisa.

Gus Arsyaq menghapus air mata maisa, lalu mencium tangannya. "Istri sama anak mas kuat, makanya mereka selamat berkat perjuangan kamu."

Maisa tersenyum lalu mengusap perutnya. "Gus?." Panggil maisa.

"Hmmm?." Jawab gus Arsyaq seraya memijit tangan maisa.

YA HABIBATI [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang