kisah ini ditulis karena tiba tiba ingin menulis
sampai mana konsistensi akan membawa cerita ini, atau selesai tengah tengah tanpa epilog,
terpenting menulis adalah kebebasan hati dan pikiran,
semoga yaa,
selesai,
KAMU SEDANG MEMBACA
lara, kopi dan kamera
Teen Fictiontersimpan lara pada selip selip aroma kopi yang tersisa, serta kamera yang hadirkan luka pada setiap potret gambar yang tersaji pada pandangan mata, ah sialnya, lagi lagi terjebak pada seseorang yang sama sekali tak pernah menaruh hati sampai sini