🌱 1. Kutukan 🌱

12.6K 749 2
                                    

"Hello future!"

"Calon ayah dari anak-anakku!"

"Makin dilihat, makin ganteng! Haven emang heaven!"

Sambutan hangat serta pujian itu sudah biasa di telinga Haven. Dengan langkah santai, laki-laki itu tersenyum dan melambai kepada para penggemarnya. Wajah tampan serta tubuh tinggi tegap membuat remaja itu tampak mencolok di tengah laut perempuan yang mengerubunginya.

Bukan hal baru lagi jika Haven berganti pasangan layaknya berganti baju. Meski begitu, sikap ramah serta kecerdasannya telah menutupi kekurangannya. Semakin hari, semakin bertambah jumlah penggemarnya di sekolah.

Di pinggir lapangan basket, seorang gadis menatap sengit pemandangan di depannya. Dalam hatinya ia mencemooh gadis-gadis yang mengelilingi Haven. Mereka tidak pernah tahu sifat asli laki-laki itu.

"Mika, kamu lagi ngapain? Ayo masuk, bentar lagi bel."

Mika menoleh dan mendapati sahabatnya, Aqilla. "Iya, ayo," jawabnya lirih.

"Kamu mikirin dia? Orang kayak begitu nggak pantes kamu pikirin." Aqilla tersenyum. Gadis berkacamata itu menggandeng tangan Mika.

"Maaf, Qilla. Waktu itu gue nggak denger kata-kata lo. Sekarang gue kena batunya." Mika melangkah dengan kepala tertunduk. Teringat kejadian semalam, amarahnya kembali. Kedua tangan Mika mengepal.

🌱🌱🌱

Pukul sembilan pagi, lapangan basket sekolah riuh oleh penonton pertandingan basket. Penyebab keramaian itu tentu saja adalah Haven. Di bawah terik matahari, laki-laki itu lihai mengontrol bola.

Setelah berhasil mencetak tiga poin, tangannya melambai ke para penonton. Tanpa ia sadari, pemain lawan berhasil merebut bola dan memasukkannya ke ring tim Haven.

"Haven goblok! Ngapain lo?! Kita jadi kalah." Seorang laki-laki menegur Haven.

"Woo! Yang iri sama Haven!"

"Jauh-jauh dari my Haven!"

"Theo cemburu!"

Wajah Theo menggelap. Dilemparnya bola basket sehingga mengenai punggung Haven. Kemudian ia keluar lapangan. Hatinya sangat kesal. Tiap hari hanya Haven yang dibahas, seakan hanya laki-laki itu yang ada di sekolah ini.

Theo mengguyur wajahnya dengan air minum. Bahkan ini tidak meredakan amarahnya. "Haven sialan!" serunya kesal.

Di sekolah ini, setiap dirinya menegur Haven yang melakukan kesalahan, para penggemarnya selalu membela dan melimpahkan kesalahan kepada Theo. Harga dirinya sebagai ketua OSIS jadi diremehkan.

"Nggak ada gunanya marah-marah. Kalo lo mau ngalahin Haven, lo harus jadi lebih baik dari dia."

"Ngomong aja lo," sahut Theo untuk Raihan.

Raihan terkekeh lalu mengambil duduk di samping Theo. "Orang-orang yang dukung Haven nggak tau sifat aslinya. Gimana kalo gini? Kita cari mantan-mantannya Haven, terus labrak bareng-bareng. Gimana?" usulnya.

Sejenak Theo terdiam. Selama hampir dua tahun Haven adalah saingannya. Theo tidak pernah bisa mengalahkannya. Ia pikir jika bisa mengetahui kelemahan Haven, ia bisa menanb. Theo mengangguk. "Bagus juga. Tapi emangnya lo tau siapa aja mantannya? Selain di sekolah ini."

The Prince's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang