35. Maaf kita temen kan?

768 68 2
                                    

Netra Lia mengeryit, menghalau sinar matahari yang membombardir dirinya di panggung, tepatnya lapangan utama DR yang terletak di tengah sekolah DR. Untung, kacamata barunya membantu agar sinar matahari tidak langsung menusuk matanya.

Tentu saja, kacamata baru dari doi sangat berguna.

"Nah, untuk selanjutnya, pemberian piala juara untuk teman kita yang berhasil mendapatkan juara di osn kemarin!! Mana tepuk tangannya."

Suara tepuk tangan ribuan siswa DR menggema memenuhi telinga Lia. DR berhasil merebut 3 juara utama yaitu dengan Salma juara 3, Faldi Juara 2 dan Lia juara 1.

Pak kepala sekolah, dengan sigap memberikan satu persatu piala dimulai dari Salma terlebih dahulu, lanjut Faldi dan kemudian Lia.

Kepala Lia mengangguk, menerima pialanya yang lumayan besar lalu menoleh depan dan tersenyum segaris karena ada guru di depannya yang akan mengabadikan momen tersebut.

Suara tepuk tangan menggema, ditambah suara teriakan heboh dari anak kelasnya, XI- mipa 1 yang mengancungkan jempol dan berteriak gila padanya membuat hati Lia bangga dan menghangat.

"UUHH LIA GAK SIA-SIA GUE NGAJARIN ELO!!" Teriak Alvin dengan percaya dirinya.

"UHH MEMBAWA NAMA BAIK MIPA 1" teriak Dean heboh dan bangga.

Dan teriakan heboh lainnya. Namun, bibir Lia berkedut saat orang yang dicarinya dari kemarin tidak terlihat dibarisan kelas.

"Refal gak masuk?"

**

"Lo gapapa?" Tanya Refal pada Sheiren yang terbaring lemah di ranjang uks.

Tadi, Sheiren tiba-tiba ambruk saat Refal lewat di barisan kelasnya sebelum upacara dimulai, membuat Refal tanpa berpikir lagi menolong Sheiren.

Membopongnya ke uks.

Bukannya dipuji karena niat baiknya menolong, malah di soraki cie-cie karena gosip mereka berdua dekat. Dasar.

Sheiren menggeleng lemah. "Kak Refal gak upacara? Bu bunga kemana?" Tanya Sheiren mencari penjaga Uks.

"Lagi bikin teh anget. Gapapa, gue khawatir aja." Ujar Refal sirat khawatir membuat Sheiren diam-diam mengulum senyum.

Refal jadi mengerjap tersadar, ia jadi merutuk kenapa harus bilang khawatir tapi emang Refal khawatir sebagai kakak kelas yang dekat dengan Sheiren.

"Ah--em, maksud gue khawatir sebagai kakel lo." Ujar Refal membuat Sheiren jadi tersentak lalu berdehem canggung.

Kepala Refal menoleh saat pintu Uks dibuka, dengan tandu yang berisi siswa pingsan. Hari senin, memang langganan nya uks penuh.

Bahkan dalam benak Refal dia khawatir kepada orang yang dibawa oleh tandu barusan, karena saking terlalu perdulinya dia pada orang lain.

Refal jadi kembali menoleh, menatap Sheiren yang mencoba tertidur dengan wajah pucat. Ia jadi meragu, apakah harus bicara sekarang? Saat Sheiren sedang sakit?

Ia jadi mendesah pelan, khawatir akan menyakiti temannya itu.

**

Sheiren menoleh saat Refal menyapanya di dalam sekolah sementara Sheiren sudah di luar gerbang sekolah.

"Udah mau pulang? Gimana, kepala lo masih pusing?" Tanya Refal membuat Sheiren menggeleng pelan.

Ia jadi tersenyum, karena Refal sangat khawatir padanya membuatnya jadi merasa spesial.

"Gue anter aja, gimana? Gak bawa motor si, tapi gue bisa minta tolong dibawain motor dulu." Ujar Refal membuat Sheiren jadi melongo, lalu tersadar.

"Eh, Kak Refal gak usah. Aku bisa pulang sendiri." Tolak Sheiren tidak ingin merepotkan.

"Gapapa, gue udah minta tolong supir di rumah buat nganterin mobil ke Cafe sana." Ujar Refal menunjuk Cafe tepat di sebrang jalan membuat Sheiren mengangkat alis.

"Kok ke Cafe?" Tanya Sheiren membuat Refal menoleh menatapnya. "Sana dulu yu, ada yang mau gue omongin."

**

"Makasih, Kak Refal." Ujar Sheiren menerima jus Alpukat dari Refal membuat Refal mengangguk sembari meminum jus jeruknya.

Refal jadi mengigit bibir pelan, ia bingung harus mulai darimana berbicara dengan Sheiren. Jika seperti ini, bukannya Sheiren bakal lebih terluka?

Tapi jika tidak begini, Sheiren akan lebih sakit nanti.

"Mau ngomongin apa Kak?" Tanya Sheiren membuat Refal jadi berdehem menatapnya.

"Maaf... Sheiren."

"Maaf buat apa Kak? Perasaan kakak gak ada salah, malah Kak Refal baik banget sama aku." Ujar Sheiren.

"Maaf gue bersikap baik sama elo." Ujar Refal menyesal membuat kening Sheiren makin mengkerut tak mengerti.

Namun Sheiren jadi mengerjap, tersadar maksud Refal membuatnya jadi diam-diam meremas rok. "Maksud Kakak apa?" Tanya Sheiren serak membuat Refal menghela napas.

"Kita temen kan, Shei?" Ujar Refal membuat netra Sheiren membelalak, tersentak.

Satu kalimat, yang sederhana dan simple namun maknanya menusuk sampai tulang.

Ia jadi menunduk, merasakan matanya memanas dengan hati sudah pecah tak karuan. Jika Refal sudah bilang begitu, maka semuanya sudah jelas.

Refal ingin menjelaskan batas diantara mereka berdua.

Sheiren jadi malu sendiri, jika Refal sudah peka bahwa dia mulai terlihat berharap lebih dari teman. Ia salah mengartikan sikap Refal selama ini.

Refal menatap Sheiren yang menunduk, tangannya terjulur ingin menepuk pundaknya namun kembali ia tarik.

"Shei, supir gue udah nungguin elo di luar. Pulang bareng dia ya, naik mobil, karena elo lagi sakit juga." Ujar Refal sembari berdiri.

"Gue duluan ya, kayaknya elo gak mau lihat gue dulu." Ujar Refal.

"Sekali lagi, maaf Shei." Ujar Refal beranjak pergi dengan Sheiren yang mulai terisak.

"Gue gak nyangka, elo bikin nangis cewek." Ujar Ailee yang sudah berada di luar Cafe membuat Refal jadi menatap kembali pada Sheiren dari luar khawatir.

"Nih!! Tatapan gini nih, yang bikin para cewek baper sama lo. Buat mereka yang tahu elo, gak akan baper karena udah tahu sikap elo." Ujar Ailee beranjak masuk Cafe menuju Sheiren, duduk di sampingnya lalu menenangkan.

Refal memang meminta tolong pada Ailee untuk menemani Sheiren. Ia jadi berbalik, hatinya ikut sakit saat ia menyakiti orang. Refal jadi meragu, apakah tindakannya hari ini benar?

Membuat batasan pada Sheiren meskipun Sheiren harus sakit hati seperti itu?

Ia jadi mengerjap, seakan tersadar perkataan Ailee barusan. Ia jadi mengernyit dengan wajah menurun sendu.

Ah jadi itu alasan sepertinya Lia tidak percaya pada perasaan Refal.

**

😶

Karena menurutku eps ini lumayan spesial jadi ingin pake judul aja 😶

Terimakasih sudah membaca

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang