Plak!
Lagi dan lagi, pipi Anna merasakan perih. Ia meringis mendapat tamparan dari Rasyid.
"Kenapa baru pulang? Ketemu sama pacar kamu itu?"
Anna tertunduk, tangannya meremas bawah bajunya. Tanpa berniat menjelaskan fakta yang sebenarnya.
Rasyid menghela napas, menatap tajam Anna. "Jawab Ayah, Anna!"
Anna menggigit bibir bawahnya, menatap sembarang arah. Ia tidak sanggup menatap Rasyid, dadanya terlalu sesak melihat wajah pria tersebut.
Tangan Rasyid terangkat, bersiap menampar Anna.
"Mas!" seru Rina begitu nyaring, menghentikan pergerakan Rasyid. Segera ia menghampiri keduanya.
Rina melihat jelas lebam di pipi Anna, matanya menatap tajam Rasyid. "Kamu apakan Anna? Kenapa pipinya lebam? Kamu menamparnya lagi?"
Rasyid diam, menatap sembarang arah. Rina menghela napas, dari gelagat yang di tunjukan Rasyid, ia sudah tahu jawabannya.
"Aku kan udah bilang, jangan pake kekerasan!" teriak Rina wajahnya merah padam.
Anna menelan salivanya dengan susah payah, melihat Rina lepas kendali.
"Aku itu suami kamu, nggak seharusnya kamu bersikap seperti itu ke aku," balas Rasyid tidak terima dengan perlakuan Rina barusan.
"Kamu sendiri yang duluan, kamu bersikap kasar ke Anna. Gimana aku nggak emosi."
Rasyid mendelik sebal "Aku ini kepala rumah tangga, aku berhak mendidik Anna dengan baik."
"Tapi nggak pake kekerasan, Mas!"
Dada Rina naik turun menahan emosi. Mata Anna mulai berkaca-kaca melihat pertengkaran tersebut.
"Ikut gue!" titah Shandy menarik lengan Anna, ia baru saja pulang dari kantor.
Shandy membawa Anna ke taman belakang rumahnya.
Brak!
"Puas lo bikin Ayah sama Bunda berantem?" bentak Shandy, mendorong tubuh Anna.
Anna meringis, mengusap lututnya yang terasa perih.
"Semua ini gara-gara lo, coba aja lo nggak pacaran sama Fenly, semuanya nggak akan kaya gini."
Anna memutar bola matanya malas, ia langsung bangkit berhadapan dengan Shandy.
"Nggak usah bawa-bawa Fenly ke masalah keluarga ini. Dia nggak tahu apa-apa. Yang harus di salahin itu lo, karena lo yang bilang ke Ayah," balas Anna tidak terima, karena Fenly terseret ke masalah keluarganya.
"Salah lo sendiri,ngapain cari masalah sama gue? Jadi gini kan?"
Mulut Anna membulat, ia begitu takjub mendengar ucapan Shandy yang terkesan egois.
"Putusin Fenly, biar masalah di rumah ini selesai," kata Shandy begitu serius.
Anna mendelik sebal. "Gue bukan lo, yang putusin orang tanpa sebab," ucap Anna menyeringai,
"gue masih punya hati."
"Halah, tinggal pake alasan Tuhan kita beda aja apa susahnya? Itu mah lo nya aja yang bucin," cibir Shandy.
"Nggak segampang itu, Bang. Selama gue di Korea, dia bertahan padahal gue gantung dia. Gue mau hargai perjuangannya."
"Tinggal tanya harganya berapa, terus bayar, nggak susah."
Plak!
Satu tamparan Anna berikan pada Shandy. Dadanya naik turun tak karuan.
"Pake otak kalau ngomong!" bentak Anna, berbalik meninggalkan Shandy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]
FanficAnnabelle kini kembali ke tanah kelahirannya, setelah 2 tahun memilih tinggal di luar negeri sendiri. Ia kira, setelah ia kembali tidak akan ada yang berubah. Tapi pikirannya salah, semua orang telah berbeda. Jika dulu ia perlakukan selayaknya rat...