Alternate ending

4.5K 795 65
                                    

"Bennnnn, ihhh ceritanya sedih banget masa" ujar seorang gadis yang sedang sibuk menyeka air mata di pelupuk mata nya
"Bagus kan tapi"
"Ya iya bagus, tapi kamu tuh udah pake nama aku di cerita kamu harusnya dibikin happy ending tauu, sebel ih masa aku ditinggal pergi siapa namanya Shania? eh itu mah nama aku, Shan... Shani!"
"Hahaha gimana sih nama soulmatenya ko lupa"
"Lagian ini si Shani Shani nih kenapa harus pergi coba, dia tuh ga tau apa sedihnya nya Gracia ditinggal sama dia. Terus ga muncul muncul lagi di mimpi Gracia, bener bener"
"Dih ngatur"
"Yaiya dong Ben!!! Dia tuh harusnya ngunjungin Gracia, dia gatau apa Gracia tuh kangen. Kenapa sih hihhhh, gengsi banget apa dia kalau ketemu Gracia lagi terus bilang kangen. Padahal di mimpi doang lohhhh. Emang si Shania Shani Shani nih duhhh, dasar emang ga peka. Sebel pokoknya ama Shania Shani nih"
"Heh kok malah bikin cerita sendiri, capek-capek aku nulis. Lagian nama dia itu Shani Indira bukan Shania Shani. Itu mah nama kamu Shania. Ada-ada aja deh"
"Yaudah biarin kan dia cuman tokoh fiksi, sama kaya Gracia. Nih Gracia yang beneran nih" ujarnya sambil menepuk dada nya sendiri.
"Kalau Gracia yang ini mah mah otw mencari soulmate hehehe. Tapi gamau yang kaya Shani, soalnya sebel sebel sebel gara-gara Gracia ditinggal sendirian selamanya. Shani nyebelin pokoknya" ujar nya lagi sambil mengacungkan novel Elegi Sandyakala, karya Feni sahabatnya yang baru saja diterbitkan ke udara.
Feni dan Gracia sedang duduk di taman sambil menikmati senja. Feni meminta Gracia menjadi yang pertama membaca novel karyanya, tidak lain dan tidak bukan karena tokoh utama dalam novel ini terinspirasi dari Gracia sendiri. Bahkan Feni meminjam nama Gracia sebagai tokoh utamanya.

Gracia, gadis cantik dengan rambut sebahu itu terus bermonolog ria sampai tidak menyadari ada orang lain yang datang berdiri di belakangnya

"Emang iya Shani nyebelin?" ujar sosok yang baru datang itu tiba-tiba.
"Ya iya nyebelin udah ninggalin Gracia sendiri, berjuang melawan kehilangan. Terus kenapa coba dia harus datang di mimpi Gracia cuman sekali, terus nyuruh Gracia buat cari bahagia dia. Jelas jelas bahagia nya Gracia itu dia sendiri. Aneh banget dasar ga jelas" ujar Shania Gracia sambil tetap membolak balik lembar novel ditangannya, tidak memperhatikan lawan bicaranya.
"Terus Shani harus ngapain dong?" balas lawan bicaranya.
"Ya gatau, hidup lagi kek, reinkarnasi kek apa gitu, mikir aja sendiri sana. Pokoknya jangan tinggalin Gracia sendiri. Sackhit hati aku tuh melihat Gracia sedih sedih gitu. Kalau aku nih ketemu sama Shani, udah aku cubitin terus pukul pukul pokoknya soalnya nyebelin", ujar Gracia kembali dengan sangat dramatis.
"Oh gitu", balas lawan bicaranya datar.

Mendengar balasan datar dan tidak excited dari lawan bicaranya Gracia akhirnya tersadar yang dari tadi dia ajak berbicara bukan Feni. Gracia berdiri lalu membalik badan dan akhirnya melihat lawan bicaranya. Sosok yang lebih tinggi dari dia, dengan rambut bergelombang panjang, alis yang tegas, dan lesung pipi yang terlihat manis saat ia tersenyum

"Nih cubit sama pukul kalau mau", ujarnya sambil menyodorkan tangannya ke depan Gracia.
"Hah?", balas Gracia—yang memang suka lama memproses sesuatu.
"Ya ini katanya kalau ketemu Shani mau cubit sama pukul dia karna dia nyebelin udah bikin Gracia sedih", balas sosok itu lagi.
"Shaniiiiiiiiii ya ampun akhirnya datang juga", sambar Feni yang sedari tadi menahan tawa melihat kebingungan Gracia"
"HAH SHANI?!?"
"Hahahaha aku belum bilang ya Ben, Shani itu juga terinspirasi dari sosok nyata. Ini dia orangnya", ujar Feni sambil menunjuk sosok gadis tinggi di depan Gracia

"Jadi masi mau cubit sama pukul aku ga?", ujar Shani sambil tersenyum melihat Gracia yang mukanya mendadak merah.
Gracia masih diam tidak membalas. Ya tentu saja karena malu dari tadi sosok yang ia baweli ternyata benar-benar ada dan sekarang berdiri di depan nya
"Hahahahaha, malu kan lo Ben dari tadi bawelin Shani".

"Beneran nih ga mau cubit aku", Shani menanyakan sekali lagi
Gracia menggeleng, lidahnya mendadak kelu
"Yaudah kalau gitu kenalan yang bener. Halo aku Shani Indira", Shani mengulurkan lengannya
"Ha.. Halo, Shania Gracia"
"Hi Gre, atau kalau kata Shani yang satunya, hi Ge", Shani tersenyum. Manis sekali karena lesung pipinya langsung tercetak dalam
"Shani, ummm maaf ya tadi aku bawel soalnya soalnya ini cerita Ben, eh Feni nyebelin banget. Aku kan maunya Gracia happy ending, udah mau sombong padahal ke orang-orang nama aku jadi tokoh utama novel. Tapi malah aku nya sad ending gituuu. Sad banget ga sihhhhh", Gracia akhirnya menemukan suaranya lagi.
"Hahahahahhahaa, kocak deh kamu. Kalau gitu gimana kalau kita bikin cerita kita sendiri yang happy ending?"
"Hah gimana-gimana"

"Hahaha bener kata Feni, kamu emang suka lama loadingnya. Harus sabar banget dong aku kalau ternyata calon bestie sama soulmate aku loadingnya lama gini"

Shani tertawa lama, dan Gracia merasa tawa Shani sangat menyenangkan untuk didengar. Juga manis untuk dilihat

Gracia hanya diam, berusaha memproses kata-kata sekaligus mengagumi Shani yang sedang tertawa. Dan Shani merasa, wajah kebingungan Gracia sangat lucu, karena dua alisnya mengkerut dan mata nya berbinar-binar

Hari itu ditengah guratan kemerahan di langit, Gracia dan Shani bertemu untuk pertama kalinya. Dan Shani yakin, kisah cerita mereka tidak akan menjadi elegi seperti Shani dan Gracia di novel Feni.

"Ayo kita bikin cerita persahabatan kita sendiri, yang berakhir bahagia seperti Serenada Sandyakala yang ditulis Gracia", kata Shani lugas diakhir dengan senyuman.

"Pokoknya aku ga mau ditinggalin sendiri, kamu ga boleh pergi-pergi kalau mau bikin cerita kita sendiri", ujar Gracia tegas dan menuntut
"Hahahahahahhaa iya iya", balas Shani sambil tertawa lepas
"Aku di sini aja kok, tidak berencana untuk pergi"

Dan perasaan hangat, seperti matahari senja, seketika menyelimuti hati Gracia setelah mendengar kalimat itu.

-end

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(not so) Elegi SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang