Juyeon tidak tahu pasti perihal apa yang terjadi sampai ia berakhir seperti ini. Lelaki itu nampak pucat dalam kondisi duduk dengan punggung yang menyender pada permukaan dinding semen yang usang. Bagaimana mungkin ia terlihat baik-baik saja, sedangkan baru beberapa hari semenjak kejadian naas merenggut nyawa orang yang disayanginya?
Faktanya, Juyeon masih belum sebegitu sehatnya, baik itu dalam faktor jasmani maupun rohaninya. Ia masih memerlukan istirahat setelah hampir beberapa hari ia tidak sadarkan diri.
Keadaannya cukup mengenaskan. Juyeon ditempatkan—atau bisa dikatakan sebagai disekap—pada sebuah bilik kosong dengan cahaya temaram cenderung redup nan berdebu.
Tidak lupa hal yang paling menyita perhatiannya saat ini adalah kondisi tangan dan kakinya yang masing-masing dibelenggu menggunakan alat pasung berbahan dasar kayu. Bahkan lehernya juga ikut dipasangi borgol besi yang terkait pada dinding di atas kepalanya.
Juyeon menggerakkan kakinya tanpa alasan. Matanya seolah mati, tidak ada cahaya terlihat pada manik sipitnya. Tidak ada yang bisa dilakukannya saat ini mengingat hanya ada sebuah nampan berisi banyak makanan dan minuman di sana. Itupun jaraknya jauh dari jangkauannya.
Sentuhan halus pada permukaan pipinya masih bisa diabaikan olehnya. Juyeon tidak peduli. Disinilah ia berakhir sekarang. Lagipula, apa yang Juyeon harapkan semisal dia diberi kesempatan untuk membebaskan diri?
Satu-satunya sosok yang dirindukannya adalah sang Ibu. Tetapi, ketika beliau sudah tidak ada, Juyeon seakan kehilangan poros hidupnya.
Rahangnya ditarik maju, mempertemukannya dengan kedua belah bibir yang menyambut. Pagutan lembut diterima tanpa balasan sama sekali. Yang bisa Juyeon lakukan hanyalah mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sementara kedua air matanya segera meluncur dengan bebasnya menuruni pipi tanpa dapat dicegah olehnya.
Tautan bibir dilepas, namun tidak lantas membuat jarak mereka terpaut menjauh. Juyeon masih bisa merasakan terpaan panasnya nafas tersebut pada permukaan pipi bayinya.
"Apa yang membuatmu menangis?" Ia bertanya kepada sang anak tiri yang tengah menangis tanpa suara. "Jangan perlihatkan wajah seperti ini lagi, itu membuat Ayah semakin ingin menyakitimu."
Sorot gelapnya menatap Sangyeon secara kosong. "Kak Younghoon," gumamnya tiba-tiba. Seolah sedang bertanya, namun dalam versi orang yang seperti hampir berada diambang kematian.
"Younghoon udah pergi, sayang." Pria itu memeluk anak tirinya dengan lembut. "Dia pergi menyusul Ibumu."
Juyeon menggelengkan kepalanya berulang kali. Menolak percaya akan jawaban Sangyeon tadi. Tangisannya kian deras.
Perlahan, ia mulai luluh akan pelukan Sangyeon dan tanpa disadari menumpu dagunya pada bahu pria itu. Segeralah ia menumpahkan semua tangisan kerasnya.
Asumsi membawanya untuk menyalahkan dirinya sendiri. Mulai dari kejadian yang menimpa sang Ibu sampai ia meregang nyawa dan Younghoon yang entah bagaimana caranya bisa ikut pergi meninggalkannya seperti sang Ibu dikemudian hari.
"Maka dari itu Juyeon, kamu harus mulai bisa menerima kenyataan kalau akhirnya, Ayah yang benar-benar akan merawatmu. Sebagaimana Ayah yang baik, saya akan memanjakanmu tanpa harus berbagi lagi dengan Younghoon."
"Mulai sekarang kamu milik Ayah—"
"Tolong ralat itu, Paman."
Yang lainnya menengahi. Juyeon tidak menyadari kedatangannya maupun Sangyeon tadi lantaran terlalu fokus pada pikirannya sendiri. Begitu menatapnya, Juyeon langsung mengenalinya. Sosok yang kemarin berada di ruang rawatnya.
Tatapan tajamnya tertuju kepada Sangyeon, "Dari awal Juyeon adalah milik saya. Anda nggak mungkin mengenalnya sebelum saya yang mengenalkannya."
Juyeon tidak tahu pasti perihal apa hubungan menyangkut mereka berdua. Keduanya memperebutkannya saat ini dan Juyeon cukup kewalahan untuk mengerti situasi yang terjadi. Ia merasa pusing dengan ini semua.
"... Kita sepakat untuk berbagi."
.
[Tbc]
.ga tau ini nyampe feelsnya apa ga. aku kehabisan playlist angst 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence +Sangju
Fanfiction#1 - sangyeon (29/10/2024) Semuanya bermula dari Sangyeon yang menikahi Eunseo. [Lee Sangyeon - Lee Juyeon]