CHAPTER 19

11.3K 1.6K 164
                                    

" Hubungan kita seperti idgham Bilaghunnah, hanya berdua, lam dan ro."

🍁🍁🍁

Amira merasa menantunya sedikit berbeda, entah mengapa wajah maisa begitu pucat seperti menahan sesuatu, amira menghampiri maisa yang sedang memejamkan matanya menahan sakit bahkan tidak sanggup berdiri.

"Kenapa maisa?." Tanya amira memegang bahu maisa.

Tangis maisa pecah lalu memeluk erat amira menyuruh nya untuk menelfon arsyaq.

"S-sakitt!!." Teriak maisa membuat amira ling lung.

Di sisi lain, arsyaq sedang melakukan meeting pertamanya namun harus di bantu oleh kahfi, karna arsyaq masih tidak terlalu mengerti.

Sedari tadi ponselnya terus saja berdering, bukan arsyaq yang menjawab telfon melainkan kahfi.

"Assalamu'alaikum ada apa uma?."

"Maisa mau melahirkan kayanya."

"I-iya abi bilang sama arsyaq sekarang, ada satpam kan dirumah? Suruh antar sama satpam saja maisanya, biar Arsyaq langsung ke rumah sakit.

Tut...

Arsyaq berlari ke ruang persalinan menemukan istrinya yang sedang menangis di pelukan uma.

" Sayang." Panggil arsyaq, lalu maisa berlari memeluk suaminya.

"M-maisa gak ma-u operasi mas." Rengek maisa.

Arsyaq mempererat pelukannya, lalu mencium kening maisa. "Gak boleh gitu, kasian dede nya, mas urus surat nya dulu ya?."

Maisa menggeleng, namun arsyaq segera pergi untuk menandatangani surat operasi.

Nahara yang baru sampai, ia menangis menatap sang putri yang sedang menahan kesakitan, bagaimana tidak? Bukan satu nyawa namun dua nyawa yang harus maisa perjuangkan Sekarang.

"Maisaa." Panggil nahara langsung memeluk putrinya, begitu juga imam.

"T-akut maa."

Imam memeluk putrinya seraya menenangkan nya. "Maisa kuat ya nak."

Ceklek....

Arsyaq kembali ke ruangan persalinan dengan dua perawat, yang akan membantu maisa berganti pakaian, namun maisa tidak mau, ia meminta arsyaq saja yang mengganti pakaiannya.

Dengan senang hati arsyaq melayani istrinya, bagaimana pun juga saat ini antara hidup dan mati ada di hadapan maisa.

"Bismillah ya sayang." Ucap gus Arsyaq mencium kening maisa.

Maisa memejamkan matanya merasakan ciuman hangat suaminya, ia benar benar takut saat ini.

Ia takut jika penyakitnya dulu kembali lagi, bahkan ia takut jika harus di operasi.

Maisa menghapus air matanya, lalu menggenggam tangan arsyaq. " M-maisa gak yakin bisa urus anak kita, misalkan maisa gak selamat tolong jaga anak anak maisa ya mas?."

Arsyaq menggeleng, lalu mencium ubun ubun istrinya. "Saya gak suka kamu bicara seperti itu."

Dokter menghampiri arsyaq, menyuruh istrinya agar sedikit rileks karna operasi nya akan di lakukan sekarang.

🍁🍁🍁

Operasi berjalan begitu lancar, maisa berhasil menyelamatkan dua nyawa, butiran bening itu jatuh di pipi maisa dan gus Arsyaq.

Suara tangisan bayi pecah di ruangan itu, membuat kedua manusia itu berciuman bahagia, bahkan menangis bahagia, arsyaq tidak henti hentinya bersujud syukur atas kelahiran putra dan putrinya.

YA HABIBATI [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang