'Terlihat tidak suka, bukan berarti membenci.'— Bagas Hintabiu.
****
10. Dinner?
"KAMU ITU PEREMPUAN, JANGAN SEPERTI LAKI LAKI. LIHAT ANAK SAYA KESAKITAN GARA GARA KAMU!" teriak Pak Didit— kepala sekolah SMA Merpati, kepada Sandra.
"Anak bapak saja yang lemah," jawab Sandra dengan santai.
Diruangan yang ber-AC tapi suasana di ruangan tersebut panas sekali, terutama Pak Didit dan Sofia— orang tua dari Aurel. Ruang kepala sekolah yang awalnya terasa sejuk kini menjadi panas. Diruangan tersebut ada orang tua Aurel, Aurel, Sandra, Viki dan Bu Karin— guru BK SMA Merpati.
"Hey! Kamu itu sudah salah, malah ngebantah, gak punya sopan santun kamu?" marah Sofia.
"Bu, Pak maaf, kita selesaikan ini dengan baik baik." ujar Bu Karin.
"Mana bisa begitu, Bu, anak saya babak belur begini! Saya mau dia keluar dari sekolah ini!" sahut Sofia capat.
"Bu, saya mohon masa—"
"Jika kalian ingin mengeluarkan saya, silahkan." sambar Sandra.
"Kak?" tidak percaya Viki.
"Yasudah keluarin saja dia, pa." ujar Sofia kepada Pak Didit.
"Tidak akan semudah itu mengeluarkan anak emas seperti Sandra, Bu." ucap Bu Karin.
"Anak emas apa yang Bu Karin maksud? Dia? Berpenampilan seperti preman, dan suka mukulin orang, anak emas? Jangan bercanda, Bu." tidak percaya Sofia.
"Tapi dia pintar, Bu. Banyak menyumbangkan piala untuk sekolahan ini. Dan saya percaya kalau bukan Aurel yang mulai dahulu, Sandra tidak mungkin memukuli Aurel." jelas Bu Karin membuat Aurel, Sofia dan Pak Didit marah.
"BU?" tidak terima Aurel.
Sandra tersenyum miring mendengar ucapan Bu Karin, sedangkan Viki dia sudah berkeringat takut terjadi apa apa dengan kakak nya. Sandra menggenggam tangan Viki dan tersenyum tipis kearah Viki, seolah tidak akan terjadi apa apa dengan dirinya.
"Ibu manyalahkan anak saya?"
"Pak Didit pasti juga sudah tau sebenarnya seperti apa, tapi bapak selalu tutup mata tentang kelakuan anak bapak. Selalu mengeluarkan korban dan mempertahankan pelaku di sekolah, seolah itu hal wajar yang selalu nak Aurel lakukan kepada siswa siswi SMA Merpati."
"Apa maksud, Bu Karin?" tanya Pak Didit yang sedang berusaha menahan amarahnya.
"Harusnya Aurel sudah di keluarin dari sekolah ini, Pak."
"Anda sadar anak siapa yang anda sebut itu, Bu Karin?"
"Saya sadar, pak."
"SAYA KEPALA SEKOLAH DI SINI, APAPUN KEPUTUSAN ADA DI TANGAN SAYA! ANDA MAU SAYA PECAT DARI SEKOLAH INI?" marah Pak Didit.
Bu Karin melihat Pak Didit, "saya lebih baik di pecat pak, dari pada saya ikut menutupi sebuah fakta."
"Oh, ber—"
"Aurel sudah membully adik saya!" sahut Sandra dengan cepat. Sandra menatap tajam Aurel, "jangan salahin saya jika saya membuat anak anda babak belur."
"TAPI KAMU TIDAK SEHARUSNYA MEMUKULI ANAK SAYA!" teriak Sofia.
"Dan tidak seharusnya, anak anda membully adik saya yang tanpa sengaja menjatuhkan makanan yang di senggol Aurel sendiri."
"Kak, udah." lerai Viki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zion : My Boyfriend is Psycho
Teen FictionDua manusia yang tidak saling mengenal satu sama lain, padahal satu sekolah selama 2 semester lamanya. Dua manusia yang sama sama cukup terkenal di sekolahnya tapi mereka tak mengenal satu lain. Tiba tiba semesta mempertemukan mereka dan mempermaink...