Bus, tempat pertama kali bertemu.

28 4 15
                                    

"Shit, aku hampir telat!" Seru gadis itu saat melihat ke jam tangannya. Hari ini hari pertama dimulainya kehidupan SMA. Dia berlari keluar Apartemennya, menuruni tangga dengan roti panggang di mulutnya.

"Sial! Baru hari pertama aja udah gini. Huft, pasti kena marah guru nih!!" Gumamnya sambil mengunyah rotinya.

Beruntung, ketika sampai di halte, busnya datang sehingga Ia tak perlu menunggu. Ia masuk bus dengan nafas yang terengah-engah, lega karena tidak ketinggalan bus.

Tidak seperti biasanya, kala itu bus sedang ramai dan tidak ada tempat duduk yang tersisa. Gadis itu pun mau tidak mau harus berdiri sampai ke tujuannya yakni sekolah. Sayang, tinggi badannya yang hanya 149 sentimeter membuatnya tidak bisa meraih pegangan tangan bus.

"Aelah tinggi amat sih pegangannya!!" Gumamnya sambil berusaha jinjit kaki agar bisa menggapai pegangan tangan itu.

"Pfft, makanya pendek amat sih lo jadi orang." Terdengar suara mengejek dari sisi kanan gadis itu. Bisa ditebak dari suaranya kalau itu adalah laki-laki. Sang gadis sedikit kesal.

"Dih gausah bacot, palingan elu tuh yang tingginya kayak tiang listrik." Ejek gadis itu balik. "Tinggi gue normal ya cebol. elo tuh yang kaga normal. Masa' iya anak SMA tingginya cuma sebahu gue." Mulailah kontes adu mulut diantara mereka, padahal sepertinya mereka belum kenalan.

"Eh sorry ya, tinggi gue tuh 150 cm. Itu termasuk tinggi normal cewek SMA, oke?? Dah gue bilang elu tuh yang ketinggian kayak tiang listrik." Balas si gadis tak mau kalah. "Adek gue masih kelas 2 SMP udah 159 senti, masa lo samaan kayak bocah?? Ahahaha, kayak bocil nyasar tau gak? Pfft." Kata lelaki itu yang membuat si gadis semakin emosi. Keluarlah sifat paling lazim yang dimiliki perempuan, yaitu 'ngambek'.

"Hilih, bodo pokoknya gue ga pendek. Titik!" Seru sang gadis kepada si lelaki. Lelaki itupun tertawa kecil, puas karena merasa memenangkan adu mulut itu. Kembali dilihatnya wajah si gadis yang tadi. Wajah dengan pipi yang gembul, sedikit kemerahan dan tentu saja cemberut karena 'ngambek'.

Sang lelaki memandang iris mata sang gadis, mata hitam dengan gradasi warna merah lekat. Sang lelaki tersenyum, terpesona dengan surai hitam dan penampilan sang gadis yang masih kesal itu.

"Cantik."

Sang gadis yang sadar kalau Ia diperhatikan pun menegur sang lelaki. "Ih, lu ngapain natap gue gitu?"

Sang lelaki terkekeh, tentu saja membuat si gadis semakin kesal. "A-apa? Ada yang lucu, hah?" Kembali dengan raut muka tsundere, sang gadis berseru kesal pada si lelaki. "Gak ada sih. Oiya, kalau dipikir-pikir... Elo lucu juga ya." Goda si lelaki sambil menahan tawa. "I-ihh, mana ada ya! Elu aja tuh yang humornya dibawah standar." kata sang gadis dengan blush di wajah putih kemerahannya.

"Pfft-"

"U-urusaii, baka!!"

Si lelaki kembali tertawa kecil, dengan sedikit blush di area matanya. Dasar Tsundere, begitu pikirnya.

"Gue Nether. Elo?" Tanya lelaki itu. Si gadis tentu saja malu-malu kucing karena ditanya seperti itu.

"Yuzuriha Yuki..." Ucapnya dengan suara lirih, karena malu tentunya.

"Ahehe, salken ya Yuzuu" Kata lelaki bernama Nether itu. "U-umm.. salken..." Lirih Yuki yang masih malu-malu.

Begitulah takdir mempertemukan mereka.
Tepat tanggal 26 Juli 2021.

Takdir yang Kejam (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang