Part 3

721 103 15
                                    


Terima kasih banget untuk yang masih mau baca dan kasih vote...

Happy Reading

Durasi sewaktu Chika makan membutuhkan waktu cukup lama. Jadi setiap Chika sarapan pagi, porsinya seperti anak bayi. Porsi kecil itu setara dengan setengah jam proses menyuap, mengunyah, menelan, minum, dan ngobrol. Sedikit saja porsinya ditambahkan, sarapan Chika tak akan habis.

"Nanti aku berangkat sama Badrun ya, Mah?"

"Tumben?"

"Kemarin dia aku ajak makan di warung. Mama lagi ngga ada. Kasian, Mah. Mamanya ngga masak," papar Chika.

"Astaga Adeeek. Kenapa ngga kamu ajak makan di rumah aja?"

"Chika males naik ke atas. Jadi makan di bawah aja," jawab Chika mengerucutkan bibirnya.

Aya menarik nafasnya, "Terus dia..." Jari tangan Aya menggesturkan tanda petik, "...'bayar' kamu pake berangkat sama anter pulang?"

"Chika ngga ngerasa dia gitu. Kepengen aja kali dia berangkat bareng. Udah lama juga ngga barengan." Chika mengedikkan bahunya.

Aya pasrah tak lagi mendebat, anaknya terkadang terlalu baik atau terlalu mudah dimanfaatkan, "Ya sudah. Bilang Badrun jangan ngebut ya?"

"Oke, Mah!" Chika menjempolkan tangan.

"Minum air putih di sekolah! Inget!" Aya mengingatkan.

"Ngokhey." Chika mencium tangan Mamanya, ia meraih tote bag berisi botol air minum dan bekal makannya lalu melangkah pergi.

Di bawah, Badrun sudah siap menunggu Chika di parkiran motor. Ia sodorkan helm ke Chika.

"Tumben?" ujar Chika, mengelus jok motor Badrun.

"Apaan?" Badrun pura - pura ngga ngerti.

"Lo cuci motor kayak ulang tahun. Setahun sekali," ledek Chika terkekeh, "...aaa..aaaah...pakein, Drun!" Chika menyodorkan kepalanya manja, minta dikaitkan tali helmnya. Pipinya menggembung. Tanda sedang kesal karena hal sepele.

"Sama Pak Kimin manja gini juga ya?" Badrun memandangi wajah cantik pemilik manik coklat yang sedang mendongak itu. Ah, pengen banget dia cubit itu pipinya yang bulat.

"Helm Pak Kimin sempit, ngga diiket juga ngga ngaruh. Helm lo kegedean, kena angin depan kepala Chika ikut terbang." Chika beralasan.

Klik

"Dah! Yuk?" ajak Badrun.

Chika lekas naik motor Badrun yang tumben keadaannya bersih dan kinclong. Sehari - hari motor itu seperti habis mengarungi medan off road. Jadi wajar Chika heran.

"Pegang bahu aja, Chik!" protes Badrun karena tangan Chika melingkar di perutnya. Helm mereka saling berbenturan karena begitu menempelnya tubuh Chika.

"Ngga mau. Chika takut." Chika menggeleng, suara helm yang saling bergesekan terdengar jelas.

"Serah dah."

Badrun menyalakan mesin motornya dan perlahan melaju meninggalkan kompleks rusun. Ia tak berani melajukan kecepatan motornya terlalu kencang.

"Drun!" teriak Chika dari atas motor.

"Apa?"

"Beroofjjbfbkdks..."

"Iya, udah. Tenang aja, Chik."

"Vdbjdklekandhalabd..."

"Belum. Ntar gue pinjem buku lo aja."

"Ururhslalakajia..."

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang