09. Ancaman

21 7 0
                                    

Hai. Selamat datang diceritanya Aleta. Cerita remaja pada umumnya.

Kalo suka jangan lupa tingglkan jejak yaaa.

Thank u

⛅ have a nice day...

Bandung 20 desember 2021.

***

Mata Fanny memerah. Mendengar ada adik kels yang berani mengatakan menyukai Gara. Sebenarnya tidak masalah, hal ini lumrah. Tapi masalahnya, Gara merespodnnya.

"Sabar Fann. Sabarrr tarikk nafassss" Amira menenangkan, dia emang sahabat dekat Fanny. Berita menyebar dengan cepat, siswa siswi saling berbisik soal Nagara yang mendatangi Aleta di Perpuastakaan.

"Gue harus kasih peringatan Mir. Lo tau kan, gimana perasaan gue ke Gara" Emosi Fanny sudah tidak bisa terkendali.

Fanny ini terbiasa dengan kehidupan yang selalu menyediakan semua keinginannya. Tidak ada satu halpun yang tidak Fanny dapatkan. Lahir dari keluarga berkecukupan, anak satu satunya dan popularitas yang tidak pernah memudar.

Jika selama ini segala sesuatu bisa Fanny dapatkan. Itu berarti termasuk Gara didalamnya. Fanny tidak suka jika Gara tidak memperdulikannya. Tapi ia lebih tidak suka jika Gara menyukai orang lain, bukan tidak mungkin Gara akan menyukai adik kelasnya itu.

"Iyapp gue tauu. Sans, istirahat kita temuinn" soal bully mebully disekolah ini emang sudah biasa. Ditambah jika urusannya dengan Fanny, semua takut. Fanny ini notabenya anak kepala sekolah, apapun yang dilakukan dia akan tetutupi dengan sempurna.

"Guee gabisa nunggu sampe istirahat. Panggil Zahra sama Salsa sekarang" Fanny harus segera menyingkirkan satu debu yang menghalangi jalannya. Jika tidak segera ini akan membahayakan.

Mira mengangguk mengerti. Dia sudah sangat kenal dengan sahabatnya ini. Walau kadang keterlaluan tapi Mirapun menikmati setiap ancaman yang keluar dari mulut Fanny. Terlbih berteman dengan Fanny banyak menguntungkan.

"Guuuudddd mowrrrninggggggg epribadiiiiiiii" Dewi menyapa, duduk diantara Ale dan Tari. Wajah Ale ditekuk. Dewi bisa merasakan atmosfer tidak mengenakan.

"Kenapa nichhhh queen of drama kitaa" Bukan bego, Dewi juga tahu jika ini ada hubungannya dengan masalah kemarin. Tapi tidak menyangka jika dampaknya akan semengerikan ini pada Aleta.

Tari menatap Dewi memperingatkan. Aleta sudah menceritakan kejadian diperpustakaan. Sekarang ia enggan melangkah, jangankan melangkah, masuk sekolah saja rasanya berat.

Dewi menatap Tari penuh tanya.

"OMG. OH MAY GADDDDD" setelah menceritakan kronologisnya, Tari mentup telinga, suara Dewi terlalu Menyakiti pendengarannya. Bahkan teman teman sekelasnya menatap Dewi dengan risih.

Sedangkan Dewi masih tercengang. Ia tahu, Bahaya sedang mengintai sahabatnya.

"Bukannya Kak Gara gaakan peduli sama hal begituann"

"Gatau guee. Maybe karna ini ada hubungannya sama Kak David. Bukannya udah gue bilang dari awal, jangan berurusan sama dua kakak kelas itu"

"Gatauu dehh guee lemes bangettt" Ale tidak bisa menerima saran apapun sekarang. Terlebih jika keluar kelas ia akan bertemu David. Ia seperti tahanan yang sedang bermain kejar kejaran.

Tadi malam ia tidak berhenti diteror oleh David. Chatt dan panggilan tidak berhenti.

Untung saja tidak seperti cerita cerita yang pernah ia baca, seenganya ia tidak mendapat teror dari Gara garis keras. Ya mereka masih mengagumi dengan batasan yang ada.

ALETA (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang