Prolog

24 10 7
                                    

Mata indah itu melirik gusar pada bangku kosong di depan. Kakinya tak henti mendorong untuk memacu papan ini berayun. Menghantarkan angin sejuk menyibakkan rambut kemilau miliknya.

Gadis itu mendengus, "Kak An gak mau banget yah di ajak main ke taman. Sibuk aja!" Keluhnya mencetuskan nama yang dari tadi muncul di pikirannya.

Tak perlu banyak hal untuk mendeskripsikan bahwa gadis kecil itu kesepian. Raut wajah serta bahu yang merosot itu sudah menjelaskan betapa ia rindu teman bermain. Di pikirannya terus terulang kata-kata 'jika saja' disertai banyak keinginan yang tak terwujud miliknya.

Gadis itu benar-benar mengharapkan teman. "Ck. Bosan" cetusnya pelan. Ia hanya bisa tertunduk lesu. Mengamati sepatunya yang mulai berdebu terkena tanah. Ia tampak tidak sadar ketika angin kencang menderu disekitarnya. Matanya sibuk menerawang saat-saat ia bermain dengan kakaknya. Seutas senyum kecil tak jarang muncul kala ia mengingat saat memaksa Kakaknya berjanji untuk selalu ada. Tidak membuangnya.
Namun senyum itu kembali kusut saat mengingat ia sendirian saat ini.
Hingga matanya menangkap benda berkilau di rerumputan. Sambil mengernyit ia mendekati benda itu perlahan dan berjongkok.
Tangan mungilnya menggapai seutas tali berliontin dengan bulu-bulu kecil ikut menggantung.

"Cantik" ucapnya begitu sadar benda itu adalah gelang yang memukau. Gadis itu mengingat dimana ia pernah melihat benda dengan simbol berjalin seperti itu.
"Sepertinya, dikamar kak Ana ada ginian." Bisiknya seraya membersihkan liontin tersebut, hingga matanya kembali bersinar.
Dengan semangat Ia memakainya di lengan kecil miliknya.
"Mungkin Kakak bakal suka"

...

DC : Wake upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang