Ding. Dong. Ding. Dong. Jam pelajaran ke tiga telah di mulai. It's time to begin the third lesson. Ding. Dong. Ding.
Suara bel khas seperti suara pemberitahuan di stasiun, menandakan jam pelajaran telah berganti. Nanon dan Ohm sudah menunggu dua jam mata pelajaran atau satu jam dua puluh menit di perpustakaan. Mereka menunggu sampai jam sosiologi selesai sebagai hukuman.
"Jam sosiologi berapa jam si?" tanya Nanon setelah bel berbunyi.
"Ga tau, dah," ujar Ohm sambil mengedikkan bahunya.
"Duh ga guna banget lo, bisanya bikin gue emosi doang emang."
"Sembarangan lo, gini-gini gue bisa bikin lo mencintai gue."
"Ya terserah."
Nanon sudah lelah menanggapi Ohm. Ia pun beranjak dari duduknya dan merapikan alat tulisnya, bersiap untuk kembali ke kelas.
"Mau kemana?"
"Kelas lah."
"Emang jam sosiologi udah kelar?"
"Udah kali. Pantau dulu aja. Takutnya nanti malah kelewat jam pelajaran yang lain. Nanti kena hukuman lagi," jelas Nanon. Ohm hanya mengangguk mengiyakan.
Dengan rasa malas Ohm mengikuti Nanon. Mereka berjalan berdampingan. Dalam perjalanan Ohm memikirkan perkataan Aom, mamanya. Keluarganya memang menaruh harapan agar Ohm dapat melanjutkan perusahaan papanya. Tapi, Ohm tidak tau apa ia mampu atau tidak. Di samping itu, ia bukanlah anak yang tertarik pada bidang bisnis. Kalau ditanya Ohm tertarik dengan apa, ia hanya tertarik akan satu hal, yaitu Nanon.
"Kayaknya gue mau ambil jurusan Ilmu Komunikasi deh," ujar Ohm ditengah perjalanan mereka. Itu membuat Nanon menghentikan langkahnya.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Ga tau juga sih. Cuman mau ikut lo aja."
Nanon menghela napasnya ketika mendengar jawaban Ohm.
"Emang lo tertarik sama apa?" tanya Nanon dengan nada serius.
"Sama lo." Jawaban Ohm membuat Nanon lagi-lagi mengehla napasnya berat. Berbicara dengan Ohm memang membuat darahnya naik.
"Bukan gitu, Ohm. Lo harus tau lo itu minat di mana. Lo juga udah harus mikirin masa depan lo," jelas Nanon.
"Lah iya, minat gue di lo, masa depan gue kan juga lo."
Deg. Siapapun yang mendapatkan kalimat itu harusnya bahagia dan merasa dicintai. Tapi, hal itu malah membuat Nanon sakit. Ia terdiam beberapa lama.
"Kenapa lo? Salting ya," ledek Ohm sambil menoel pipi tembab Nanon.
"Apa sih!" Nanon menghempaskan tangan Ohm dari pipinya.
"Gue pikir lo bakal ambil Kriminologi," ucap Nanon kembali pada topik pembicaraan mereka.
"Kenapa lo kepikiran ke situ?" tanya Ohm bingung.
"Ya, lo kan suka main detektif-detektif-an, kali aja lo tertarik juga sama jurusan itu," jelas Nanon dan itu membuat Ohm berpikir keras.
"Iya juga, ya."
"Ah, tapi Mama gue ga bakal ngizinin gue ambil jurusan kayak gitu. Dia pasti mikirnya ga kepake," ujar Ohm lagi.
"Ikutin kata hati lo aja maunya ke mana."
"Hati gue maunya ke lo, gimana dong?" ledek Ohm lagi. Memang tidak ada habisnya Ohm untuk menggoda sahabatnya itu.
"Ga usah mulai, Paw," ujar Nanon malas yang kemudian melanjutkan perjalanannya ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[OhmNanon]•FRIENDZONE
FanficNanon dan Ohm, persahabatan yang mereka bangun, harus runtuh ketika sebuah rasa bernama cinta hinggap dalam hubungan persahabatan mereka. Akankah mereka tetap menjadi sahabat? Saling mengutarakan perasaan mereka? Atau berpisah? Top Rank 🎖 #1 : thai...