Bab 38 (STAY)

155 34 27
                                    


Sehari sebelum conferensi pers Lucas Hanafi

Jayana menutup telepon dengan tergesa-gesa, kemudian perempuan itu meminta Tria menyiapkan mobil dan sopir untuknya. Tria mengikuti Ibu mertuanya pergi meninggalkan kediaman Sumanjaya sementara anggota keluarga lain masih berdebat di ruang baca.

Akhirnya mereka berhenti di kediaman Adhilaksana, situasi tegang dan ribut-ribut sudah dapat dirasakan Triad an Jayana semenjak mereka memasuki gerbang.

Buru-buru Jayana menghambur masuk ke dalam rumah dan ditemukannya Jehan sudah terkapar habis-habisan dihajar ayahnya sendiri.

"Yohan sudah ... sudah ... Jehan sudah seperti itu Yohan ..." Teriak Jayana , karena istri Yohan hanya bisa menangis ketakutan lantas meneleponnya.

"Biarin mati aja dia , anak nggak tahu diri! Kamu nggak usah ikut ikutan bela dia Jayana" Pengacara senior yang sangat berdedikasi dengan pekerjaannya itu pun mengurai kemarahannya

"Biar tante, biar Jehan mati! Harusnya waktu itu yang mati Jehan, bukan Jeffery! Iya kan itu yang bapak ibu mau! Maaf kalau Jehan masih hidup!" Kata Jehan masih lantang mengingatkan semuanya dengan tragedy di rumah ini bertahun yang lalu.

"Ayo! Pukul lagi Pak! Pukul aja! Toh nggak ada lagi yang pengen Jehan hidup, Bapak tahu kenapa Jehan sampai terobsesi sama Gendhis? Karena dia manusia satu-satunya yang ngebutuhin Jehan, But FUCK!Dia juga sudah bisa hidup tanpa Jehan, jadi apa gunanya hidup!" Kali ini kata-katanya menghancurkan perasaan semua orang.

"Jehan, Nak, bukan seperti itu ... lihat ibu kamu, lihat orang-orang yang sebenarnya membutuhkan kamu Jehan, ada, tapi ..." Jayana mencoba mendekat untuk menenangkan anak sabahatnya yang sudah dilihatnya sejak bayi itu.

"Tante nggak ngerti apa-apa!" Jehan justru menepis tangan Jayana

"JANGAN BENTAK TANTE JAYANA! Kamu udah bikin seluruh keluarga Sumanjaya jadi kacau!" Yohan bertambah emosi dan hendak menambah lagi pukulan – pukulan itu hingga seseorang menghentikannya.

"YOHAN CUKUP!!" Kata Lukas sambil menarik sahabat baiknya itu. Saat dalam perjalanan Jayana sengaja memanggilnya. Ini kali pertamanya mereka berkumpul setelah lebih dari 2 dekade mereka tidak bersama sebagai sahabat. Namun perasaan saling terikat itu selalu ada.

"Kamu nggak lihat bagaimana aku selalu pengen peluk Terry , Han!Gimana rasanya punya anak tapi nggak bisa aku bela? Sudah cukup, atau anak itu mati di tangan kamu sendiri!"

Perkataan Lucas membuat Yohan berhenti dan duduk. Jeda ini membuat istrinya memiliki kesempatan membawa Jehan ke kamar untuk diobati. Jayana dan Lucas berhasil membuat Yohan duduk dengan lebih tenang.

"AKu nggak ngerti kenapa aku bisa punya anak seperti ini, lihat kamu sama Jayana, punya anak yang bisa dibanggakan! Bahkan Terry !Dosa apa aku!" Kata ayah dua orang anak itu meratap.

Tria memutuskan keluar dan menunggu di mobil saja. Dia merasa itu urusan pribadi ibu mertuanya, dia tidak mau tahu lebih dalam.

Sementara itu Jayana mengusap punggung Yohan.

"Kami sudah tahu pelakunya bukan Jehan, tapi mantan pacarnya" Jayana ingin sedikit meringankan beban Yohan.

"Tapi Jehan tetap bersalah Na, apapun yang dilakukannya kepada Gendhis itu salah , bahkan Gendhis masih di bawah umur waktu video itu dibuat, nggak ada yang bisa menghapus hal itu, Aku bingung harus bagaimana, nggak ada yang bisa menebusnya kecuali pertanggungjawaban Jehan ... tapi aku nggak bisa kehilangan anakku lagi Na!" Kini Yohan mulai menangis meratapi kegagalannya sebagai orang tua.

"Bapak macam apa aku Na, bisa bikin anakku jadi bajingan!Aku gagal jadi orang tua!"

"Sabar... Yohan ... sabar" Jayana pun sudah kehilangan kata-kata dan mereka semua terdiam.

My Boo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang