Menunggu jemputan memang membosankan, seperti halnya Arkan, ia hanya bisa duduk dibangku taman sambil menunggu ayahnya.
"Shalom," ucap seorang gadis. Arkan menoleh dan mendapati Putri disana. Shalom? Apa itu? Arkan baru mendengarnya.
"Shalom itu ucapan salam," sambung Putri seakan ia tau apa yang ada dipikiran Arkan.
"Oh gitu, waalaikumsalam," jawab Arkan dengan senyumannya.
"Kenapa belum pulang?"
"Ayah belum jemput, kamu sendiri?"
"Ibuku kerja disitu," Putri menunjuk sebuah toko sembako yang tak jauh dari sana. Arkan mengangguk paham.
"Arkan, kenapa kamu baik banget sama aku?" ucap Putri setelah beberapa saat terdiam.
"Kata ayah, kita harus saling mencintai, menyayangi teman, terutama anak yatim," jelas Arkan.
"Ta-tapi aku ga bisa bales, Ar," jawab Putri, ia takut jika Arkan mengharapkan balasan.
"Udah dapet balasan nya kok, pahala dari Allah," ucap Arkan diikuti senyuman.
"Arkan!" Arkan memoleh dan mendapati ayah dan bundanya, dengan wajah kesal Fajri.
"Kenapa disini sih, dulu ditoko eskrim, toko buku, pindah mulu kayak kucing," celetuk Fajri.
"Lah ayah kenapa bawel banget kayak lambe turah," jawab Arkan tak mau kalah. Putri terkekeh mendengar perdebatan kecil antara Arkan dan ayahnya, ternyata Arkan tak sedingin yang ia pikirkan.
"Hai cantik siapa nama kamu?" sapa Fajri, Raya? Dia sedang ketoko untuk membeli sesuatu.
"Buaya," celetuk Arkan.
"Hey, anak ga ada akhlak," tegur Fajri.
"Ga denger," jawab Arkan.
*:..。o○ ○o。..:*
Malam kembali menyapa, Fajri dan Fenly baru saja pulang dari markas mereka masing-masing. Hanya mengecek perkembangan geng mereka setelah mereka out. Sedangkan Raya dan Kaila, asik bergelut didapur. Anis dan Alya sedang asik bermain dengan boneka mereka, sedangkan si jagoan Arkan, ntahlah anak itu kemana.
"Kak, tolong cari Arkan dong, dari lepas maghrib dia ngilang," pinta Raya. Ia memang melepaskan Arkan untuk melakukan apapun, namun ia masih tetap memperhatikan semua aktivitas putranya.
Baru saja Fajri ingin mendudukkan dirinya disofa, udah disuruh aja. Tapi ga papa, demi putranya.
"Mana sih tuh anak, ah taman," gumam Fajri. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju taman dibelakang rumahnya. Tempat favorit Arkan.
"Arkan," yang punya nama menoleh sejenak dan kembali pada aktivitasnya.
"Ngapain?"
"Liatin semut, Yah, tuh mereka lagi salaman," ucap Arkan polos. Ya karena usia Arkan belum genap 5 tahun, jadi sifatnya masih seperti itu. Walaupun terkadang sikap tak wajar selalu ia tunjukkan.
"Badan kamu panas," ucap Fajri panik saat menyentuh tangan Arkan.
"Ia panas, liat Putri sama Jeno jalan bareng," jawab Arkan.
"Hey! Masih kecil, diomelin bunda ntar," peringat Fajri.
"Ayah, kepala Arkan sakit," keluhnya. Fajri langsung menggendong putranya untuk dibawa kekamar. Suhunya juga semakin naik, Fajri dibuat panik. Raya juga demikian, saat melihat Fajri menggendong Arkan dengan tergesa-gesa menuju lantai atas.
"Arkan kenapa, kak?"
"Badannya panas banget," jawab Fajri. Raya menyentuh kening Arkan, benar saja suhu tubuh Arkan sangat tinggi.
"Bawa ke rumah sakit aja kak," pinta Raya. Fajri hanya mengangguk dan kembali menggendong Arkan.
Raya terus memeluk putranya, memeberikan kehangatan. Ia khawatir jika penyakit Arkan serius. Ia tak mau hal buruk terjadi pada putra semata wayangnya.
"Sabar ya nak," ucap Raya dengan nada khawatir.
"Sakit bun," lirih Arkan sambil sesekali menyentuh kepalanya.
"Sabar ya, kak cepetan."
"Iya, ini udah cepet Ray," jawab Fajri yang ikut dibuat khawatir.
Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah sakit.
"DOKTER, SUSTER!" teriak Fajri dari arah koridor.
"Ada apa pak?"
"Cepet bawa anak saya ke IGD," ucap Fajri sambil meletakkan Arkan dibrangkar.
"Baik pak," suara roda terdengar begitu berisik disepanjang koridor. Raya terus berdoa agar putranya baik-baik saja.
"Bapak sama ibu tunggu disini saja," ucap suster sebelum menutup ruang IGD.
"Kak, Arkan baik-baik aja kan?" tanya Raya dengan air mata yang terus mengalir.
"Dia anak yang kuat Ray," ucap Fajri menenangkan.
Beberapa saat kemudian dokter keluar dengan senyuman. Ada perasaan lega dihati Raya, sedikit. Hanya sedikit.
"Bagaimana keadaan putra Kami?"
"Alhamdulillah, pasien dalam keadaan baik-baik saja, pasien terkena demam berdarah dan kelelahan, pasien harus dirawat beberapa hari untuk pemulihan," jelas Dokter Zizah, yang menangani Arkan.
"Alhamdulillah, apakah kami boleh masuk?"
"Silahkan, saya permisi,"
Yuk sembuh yuk, banyak yang nungguin Arkan.
Boong, orang ga ada yang vote ~ Arkan
KAMU SEDANG MEMBACA
AA Davendra : End ✅ [Proses Revisi]
Novela JuvenilRexsan Series 1a Kelakuan anak usia 5 tahun yang sudah mengerti banyak tentang dunia luar. siapa lagi kalau bukan ayahnya yang mengajari. ia didik agar bisa melindungi yang lemah dan membela kebenaran, ia juga diajari beladiri sejak dini. ya walaupu...