Bab 13 - Crush Rasa Friendzone

832 75 9
                                    


️⚠️ Harsh Words+Crime Scene ⚠️

Happy reading ʕ•ε•ʔ

"Perasaan orang itu beda-beda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perasaan orang itu beda-beda."

- ARZIO BAB 13 -

Tiga orang laki-laki berparas tampan, dengan mata sipit itu kini tengah menjadi sorotan semua orang yang berlalu lalang di halaman sekolah. Siapa lagi kalau bukan A3, primadona seantero sekolah yang enggan dicap sebagai most wanted.

Ya, mereka benci menjadi perhatian. Mereka lebih suka tampil apa adanya, mereka lebih suka diperlakukan sama seperti teman-temannya yang lain. Bagi mereka, semua manusia itu sama. Tidak ada yanh lebih tinggi maupun rendah.

Tiga orang itu kini tengah duduk bersantai di bawah rimbunnya pohon di pinggir lapangan.

Azril dengan asiknya duduk bersila seraya memakan krupuk bungkus yang ia beli di kantin, sementara Arga dan Arzio menatap lurus ke lapangan.

Semilir angin bertiup menerpa wajah mereka. Waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh lewat. Hari ini langit yang terbentang di luasan angkasa tampak sangat indah. Berwarna biru muda yang berpadu dengan putihnya awan, mentari pun tidak terlalu memancarkan sinarnya ke bumantara.

Di depan sana, banyak murid laki-laki yang tengah bermain bola basket. Ada yang memakai seragam olahraga, dan ada pula yang memakai seragam putih abu.

"Tante Del sakit apa?" tanya Arga membuka topik pembicaraan.

"Kecapean." Arzio menjawab seadanya.

"Wajar si Tante Del sakit," Azril menyahuti membuat dua sahabatnya menoleh ke arahnya.

"Maksud gue, tante Del itu kan selalu kerjain pekerjaan rumah sendiri, jadi wajar tante Del bisa sakit." Azril memperjelas dengan cepat agar tidak terjadi salah paham.

"Tante Del itu selalu senyum, dia selalu berusaha buat jadi ibu yang baik buat keluarga lo. Makanya gue selalu salut sama nyokap lo, Ar," imbuh Azril.

"Terus sama nyokap lo nggak?" tanya Arga.

"Ya..., ya iyalah!"

"Wah parah lo!"

"Apasi Ga!" Azril melempari serpihan kerupuk kecil ke arah Arga.

"Sekarang gini lo lebih pilih Mak atau Bapak?" tanya Azril. Arga terdiam sejenak.

"Satu..."

"Dua..."

"Bapak atau Mak?" Arzio berbisik.

"Bapak!" sahut Arga. Azril terbelalak.

"Parahan lo, Ga! Gimana bisa lo sebut Bapak padahal selama ini lo selalu diurusin sama Mak? Arga, wah..., Mak lo pasti sakit hati banget dengernya." Azril mengompori.

ARZIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang