Menggapai Suhaa 50: Menginap

89 11 1
                                    

Karena merasa perbincangan mereka bersifat pribadi, Leya memutuskan untuk mengajak Dela ke kamar dan berbicara berdua di dalam sana.

Ia juga telah membawa beberapa camilan buatan ibunya, serta jus dan beberapa minuman instan dari kulkas untuk menemani mereka berbincang.

"Mau ngomong apa Del?" Leya membuka pembicaraan mereka sambil menyajikan camilan itu ditengah-tengah mereka.

Dela mulai menghembuskan napas. Ia harus segera bercerita, mengenai semua yang telah ia tahan-tahan selama ini.

"Karena lu udah tau sebagian dari ceritanya, gue ceritain yang belum lu tau aja yak," ujarnya sambil menatap Leya.

"Lu tau 'kan kalau ayah gue udah punya dua istri. Nggak lama lagi gue bakal dapet satu ibu baru lagi, hari ini ayah gue tunangan lagi,"

"Sebenarnya gue ke sini nggak mau make ginian, cuman ayah gue bakal curiga. Tadi gue izinnya ke kamar mandi, dan semoga aja ayah gue nggak tau kalau gue kabur ke sini,"

"Seperti yang lu tau, gue suka sama Suhaa. Tapi gue udah mulai lupain dia, gue juga bakal tunangan sih pas lulus," lanjutnya panjang lebar.

Mendengar itu membuat Leya sedikit terkejut, Dela sudah ingin menikah ternyata, apakah gadis itu kemari untuk mengundangnya?

"Gue cuma mau tunangan, belum nikah. Gue nikahnya pas S1, soalnya calon gue buru-buru," ujar Dela. Ia tahu benar apa yang dipikirkan Leya tentangnya.

"Gue kemari cuma mau lurusin semua ceritanya aja, supaya kita kedepannya nggak saling gitu-gituan lagi,"

"Dari dulu gue nggak suka sama lu, mulai dari pas lu nginep di rumah gue pertama kali. Pas gue dibanding-bandingin mama gue karena prestasi lu,"

"Gue juga nggak serius suka sama Suhaa. Gue cuma pengen lu sengsara aja, dan untuk gosip yang gue sebarin gue bakal klarifikasi lewat postingan gue nanti,"

"Gue kesini juga bukan ada maksud buat kasihan sama gue. Kalaupun gue minta maaf pun nggak ada gunanya juga, semuanya udah terjadi,"

"Soal wali kelas kita, mama tiri gue, dia lagi jalanin perawatan soal traumanya dia, lu boleh jenguk kalau mau. Lu juga boleh ke pertunangan gue kalau lu berkenan,"

"Dia punya trauma gara-gara bokap gue yang selalu mukulin dia, gue juga sering mukulin sih,"

"Yang pasti dia lagi dirawat. Dan juga untuk yang lainnya gue serahin sama lu. Itu aja sih, kalau lu ngerasa masih ada yang ngejanggal, hubungi gue, gue bakal jelasin,"

"Kalau gitu gue pulang dulu," baru saja Dela ingin berdiri dari posisi duduknya, ia mengurungkan niat ketika merasakan lengannya di lilit oleh telapak tangan Leya.

"Dela mau nginep nggak?"
***
***
Malam ini sepertinya akan sangat menyenangkan bagi mereka berdua. Bagaimana tidak, sudah lama mereka tak menginap bersama.

Saat ini mereka telah duduk berdua di depan cermin rias sambil memakai beberapa produk kecantikan sebelum tidur. Dela juga telah selesai mengganti pakaiannya dan meminjam piyama Leya.

Itu yang selalu mereka lakukan saat SMP, menginap di rumah Leya dan bertukar rahasia, begadang serta melakukan hal yang menyenangkan.

Untung saja Dela berhasil mendapat izin dari ayahnya untuk menginap, itu semua juga berkat bantuan tunangan Dela, Wisnu.

"Lu nggak apa-apa kalau kita gini Ley?"

Dela bertanya tiba-tiba, tentu saja itu membuat Leya langsung menoleh ke sampingnya. Benar, biasanya jika mereka bertengkar, mereka akan canggung dan saling cuek.

Tapi apa yang terjadi hari ini. Leya juga tak tahu persis apa yang ia lakukan, ia hanya mengikuti isi hatinya, ia harus berbaikan dengan Dela.

Lagipula tak ada gunanya jika mereka terus membenci, persahabatan mereka tak akan retak hanya karena masalah itu.

"Nggak apa-apa kok, Leya malah seneng. Lupain aja yang udah terjadi, lagian Dela juga udah berusaha jelasin," balas Leya sambil tersenyum.

Dela menghela napas, ia tak mengerti dengan Leya yang semudah itu memaafkan dirinya. Sedari dulu hingga sekarang pun Leya tetap memaafkan Dela meski bukan ia yang salah.

"Ini salah satu sifat yang bikin gue nggak suka sama lu. Lu harusnya nggak terlalu baik sama gue yang kayak gini, gue jatuhnya dikasihanin," ucapnya sembari fokus kepada pantulan wajahnya.

"Jadi Dela maunya nggak dimaafin?" Leya bertanya dengan datar, apa ia harus seperti itu, tapi kenapa?

"Bukan gitu konsepnya. Kalau orang lain yang buat lu sengsara lu jangan maafin lah, lu juga harus balas dendam," jawab Dela sedikit emosi dengan pertanyaan Leya.

"Leya gitu kok, nggak bakal maafin orang yang gangguin orang terdekat Leya. Leya bakal maafin kalau dia ngasih tau alasannya dan alasannya harus kuat beserta bukti,"

"Ngapain juga Leya maafin orang yang udah nyakitin orang terdekat Leya, 'kan nggak mungkin," lanjutnya panjang lebar.

"Ya bedanya sama gue apaan Ley, gue juga nggak bisa dimaafin gitu aja!" Leya membuat Dela gemas dengan tingkahnya. Entah apa yang terjadi pada otak jenius gadis itu.

"Ada lah, perbedaannya jauh banget malah. Udah, jangan bahas itu-itu mulu, Leya ambil mie instan dulu, terus kita baca buku, okay!"

Belum sempat menghentikan Leya, gadis itu telah pergi dari kamar menuju dapur untuk melihat air rebusan yang mereka buat tadi.

Sekarang Dela sendiri, di dalam kamar sahabatnya yang begitu dikelilingi bau dari gadis itu, sekarang apa yang harus ia lakukan?

Baru saja hendak menyusul Leya, ia terkesiap karena mendengar suara dering ponsel milik Leya. Dela dengan berani melangkah ke arah ponsel itu dan melihat siapa yang menelpon.

"Suhaa?!"
***
***
Sembari menunggu panggilannya direspon, Suhaa membersihkan lantai kamarnya dengan penyedot debu yang tersedia di apartemen itu.

Hari ini Zaki benar-benar memporak-porandakan kamarnya, semuanya dipenuhi oleh sampah lelaki sok bijak itu.

Sekarang ia malah terbaring di ranjang dengan santainya. Sementara Suhaa, sedang menjadi pembantu di rumahnya sendiri.

Ya, lagi-lagi bocah itu menginap di apartemen Suhaa, alasannya pun tak terlalu penting. Katanya kamar Suhaa memiliki AC, jadi Zaki menginap.

Suhaa semakin kesal karena Leya yang tak kunjung mengangkat panggilan darinya. Biasanya gadis itu akan langsung loncat jika ponselnya berdering.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya mereka terhubung.

"Halo?.."

Satu kata dari mulut perempuan yang sangat dikenali Suhaa mampu membuatnya melepas semua aktifitasnya.

Penyedot debu yang telah mati itu kini telah terlempar ke arah Zaki yang tadinya sibuk menonton kartun kesukaannya kini dibuat kesal.

"Kenapa hp Leya bisa sama lu?" Suhaa tampak marah, entah apa yang dilakukan gadis itu sekarang.

Zaki yang juga mendengar suara rendah itu dari mulut Suhaa langsung terperanjat. Suhaa sedang marah, tapi kenapa? Siapa yang ia ajak berbicara?

Tak mendapat jawaban, Suhaa semakin murka, entah apa yang terjadi sehingga ponsel Leya ada di tangan Dela, tidak mungkin 'kan jika gadis itu melakukan sesuatu terhadap Leya?

"Kenapa hp Leya bisa sama lu gue tanya!!?" Kali ini Suhaa tak bisa bersabar lagi, amarahnya berkobar karena tak sabaran menunggu balasan Dela.

"Ah-em.. itu, gue nginep di rumah Leya hari ini, dia lagi di dapur.. ngambil mie instan." Dela yang sudah takut sedari tadi terpaksa harus menjawab pertanyaan Suhaa dengan susah payah.

"Kasih hpnya ke Leya," ujar Suhaa masih dengan suara rendah menakutkan.

Ia harus memastikannya sendiri, jika ia belum mendengar suara Leya, ia tak akan diam saja dan akan langsung menuju ke rumah Leya.

Lagi-lagi ia tak mendapat jawaban, Dela benar-benar membuat Suhaa murka, ia terlalu bertele-tele!

"Kasih hpnya ke Leya!!" Lagi dan lagi Suhaa mengulang kalimatnya dengan bentakan yang keras.

"Ihh Suhaa jangan teriak-teriak!"
***
***

Menggapai Suhaa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang