EXTRA 1

3.2K 315 57
                                    

~🌼~

"Singkirkan tanganmu! Aku tidak peduli dia saudara tiri atau apapun, aku akan tetap melenyapkannya!" Tegasnya.

"Jeongwoo--"

"Karena dia aku kehilangan bayiku paman! Dan aku terus menyalahkan diriku atas hal itu. Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan anak karena kau tidak menikah, jadi kau tidak berhak melarangku untuk melenyapkan orang yang telah membunuh anakku!" Teriaknya dengan marah.

Jeongwoo menghempaskan cengkeraman Jisung dengan kuat hingga terlepas. Dengan langkah lebar, Jeongwoo keluar menuju garasi.

Sialnya, Jeongwoo kembali bertemu dengan Haruto disana. Pemuda itu tengah berbicara dengan Doyoung saat melihatnya hendak menaiki motor.

"Kau mau kemana? Mau ke penjara dan menemui Junkyu?" Haruto seolah bisa membaca maksut dan tujuan Jeongwoo saat ini hanya lewat raut wajah kekasihnya itu.

"Jangan hentikan aku Ruto. Kau tahu bahwa aku menderita karena kehilangan bayiku. Aku tidak mungkin tinggal diam melihat pembunuhnya masih bernafas dengan tenang meski dia ada dibalik jeruji sekalipun." Geramnya.

Haruto menghampiri Jeongwoo dan memeluknya dengan sayang. Tangannya mengusapi punggung Jeongwoo dengan lembut seraya menciumi kening Jeongwoo sesekali.

"Bukan hanya dirimu yang kehilangan Jeongwoo-ya.." terdengar helaan nafas berat dari Haruto sebelum kembali berbicara. "Apa kau tidak tahu betapa takutnya aku saat melihatmu kritis dan hampir kehilanganmu waktu itu? Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan kalian berdua." Ucapnya lirih.

"Sudah cukup aku kehilangan anakku waktu itu, aku tidak mau kalau sampai kehilangan dirimu juga." Haruto mengeratkan pelukannya dan menumpukan dagunya pada pundak Jeongwoo.

Jeongwoo terdiam. Ia menerawang kembali ketika dia mendengar kabar kehilangan janinnya saat itu.

"T-tapi bayiku.." Jeongwoo kembali terisak. Hatinya masih sakit karena kehilangan janinnya yang bahkan masih sangat kecil didalam perutnya.

Haruto membelai kepala belakang Jeongwoo dengan sayang dan menenangkan pemuda itu. "Kita masuk dulu eum?" Haruto lantas menggendong Jeongwoo ala koala dan membawanya masuk kedalam.

Jisung melihat Haruto menggendong Jeongwoo masuk kedalam kamar. Ia hanya geleng kepala melihat dua orang itu.

"Selalu saja aku yang tersakiti.. heumm.." ujarnya lalu menghela nafas berat.

---

Haruto menurunkan Jeongwoo perlahan dan mendudukkannya di sisi tempat tidur. Ia mengusap pucuk kepala Jeongwoo dengan sayang serta memberikan kecupan singkat disana.

"Jangan bertindak bodoh dan membahayakan dirimu lagi. Sungguh, rasanya seperti mau mati saja saat melihatmu dengan pisau--"

"Ruto-yaa.." sela Jeongwoo. Haruto selalu menceritakan hal yang sama mengenai hari itu padanya. Dan Jeongwoo tahu benar bagaimana takutnya Haruto, ia-pun juga sama takutnya bila harus mati saat itu.

Jeongwoo bergerak mundur dan menepuk tempat kosong didepannya lalu menyuruh Haruto ikut duduk menghadapnya. Haruto-pun langsung menurut untuk duduk. Ia meraih dua tangan Jeongwoo dan menggenggamnya sambil menatap kekasihnya itu.

"Sejujurnya aku sendiri juga takut." Jeongwoo menundukkan kepalanya. "Aku tidak mau berpisah secepat itu denganmu. Aku mencintaimu Ruto-ya.. aku-- hiks.."

Haruto langsung menarik Jeongwoo kedalam pelukannya. Ia membelai kepala belakang Jeongwoo dengan pelan. "Aku juga mencintaimu Jeongwoo-ya.. " Jeongwoo mengangguk kecil sambil terisak.

TAKE YOU TO HEAVEN | HAJEONGWOO (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang