01. Nama Gue Ryano Azzam!

93 19 7
                                    


"Sederhananya, kamu berhasil menjadi sorot perhatianku."


Aku ingat hari itu, hari dimana matahari bersinar begitu terang, dimana begitu banyak ratusan manusia sama sepertiku, mengenakan seragam baru putih abu-abu  dan berbaris mendengarkan arahan dari pak Kepsek mengenai keunggulan sekolah, serta peraturan sekolah yang akan ia pijakan selama kurang lebih 3 tahun ini.

Aku tersenyum bangga akhirnya aku berhasil memasuki sekolah yang mayoritasnya adalah anak-anak berprestasi, juga terkenal hits dengan segala bidang mereka. Bukan hanya pelajaran, tapi kita boleh mengembangkan bakat dan minat kita. Sekolah ini juga membuka kloter  tahun ajaran baru , dengan hanya menerima sekitar 200 murid, TIDAK LEBIH!

Garis bawahin.

Biasalah sekolah eksis sekaligus salah satu sekolah Favorite di kotaku.

Aku masih mesem-mesem gaje, kemudian tersenyum sumrigah kala aku melihat setiap perwakilan eskul ikut berdiri di tengah lapangan. OSIS, Komdis (Komisi pendisiplinan), Paskibraka, Peramuka, Anak literasi, Marching Band, eskuk Band, Padus,  Rohis, Renang, Basket, Voly, Futsal, taekwondo, dan masih banyak lagi.

Gila, pikirku.

Oh iya mengambil eskul PMR kayanya tujuanku,  karna cita-citaku menjadi seorang tenaga medis yang dapat menolong orang banyak—

“Aw!”

Yah, hari itu gak sepenuhnya hari yang indah.

Aku menatap sosok gadis berwajah sengak, sepertinya ia adalah kakak kelasku. Ia berdiri tepat di sampingnku menatapku tajam seakan aku akan ditelannya hidup-hidup.

“Kita ada masalah apa yah kak?” kataku spontan menirukan beberapa kalimat yang viral di media sosial.

“Anjir nih orang, eh lo gak tahu kita-kita ini siapa?!” tanyanya sedikit membentak membuat beberapa orang yang berada di barisan dekatku menoleh, dan jadi mengabaikan pidato Pak Kepsek diatas podium.

Aku menatap tiga orang gadis dengan tali kuning dan orange yang diikat pada lengannya.

Aku kembali menatap wajah mengerikan kakak kelasku, yang membuatku agak meneguk ludah kasar dan menggeleng sambil melirik teman-teman sekelasku berharap ada yang menolongku saat itu.

“Engga kak…” Jawabku mencicit takut menunduk membuatku semakin merasa terintimidasi karna tubuhku yang sangat pendek, dan si kakak kelas bertubuh jakung idealis.

“Hahaha! Baru aja jadi anak baru udah urak-urakan penampilannya!” sindir sang Kakak kelas buat aku hanya menunduk.

“Mana dasi sama topi lo?! Mentang-mentang bukan hari senin ,lo jadi sesukanya aja gak pakai atribut sekolah gak lengkap.” omelan itu berhasil membuatku tersentak jadi memegang kepalaku yang sama sekali tidak menggunakan topi.

Aku refleks menatap sekitarku nanar, dimana sebagian besar mereka memakai atribut yang sangat lengkap. Ah sial!, bahkan dasi saja aku lupa untuk memakainya.

“Lo ikut kita!” katanya tajam menarik tanganku membuatku harus pasrah keluar barisan, menatap memelas seakan meminta pertolongan kepada teman kelasku, yang sialannya hari itu banyak yang gak peduli.

AAAH!! KENAPA GUE HARUS GAK KENAL SALAH SATU TEMAN SEKELAS GUE SIH?!!— aku merutuki diriku yang terlalu sibuk menganggumi sekolah ini, sampai lupa bersosialisasi.


♡♡♡


"Nama lo siapa?” tanya kakak kelas yang tadi mengomeliku, mengumpulkan sekitar 6 murid yang hari ini lupa memakai atribut sekolah yang lengkap.

Dan kami saat ini berdiri di dalam ruangan yang cukup besar, dimana ada meja panjang dan kursi di sekelilingnya persis seperti meja rapat, juga beberapa meja dan lemari-lemari berisi berkas-berkas dan kulkas kecil berisi minuman, juga harum ruangan ini sangat khas adalah wangi jeruk.

Dan aku baru sadar ini adalah ruang PD alias Penegak Disiplin dibawah asuhan Pak Retno dan Miss, Becca dua  guru Bk yang terkenal cukup mengerikan dan tegas juga disiplin, membuat banyaknya murid di sekolah ini sedikit yang bermasalah.

“Aira Azzara Rukmana, MIPA-4,” kataku menunduk lalu melirik sekitarku yang sepertinya sama sepertiku.

Takut. Yah, aku merasa takut.

Kakak kelas itu menuliskan namaku di buku hitam, kemudian berjalan mengabsen nama kami satu-satu.

Hingga satu suara berhasil membuat orang-orang di ruangan ini menoleh.

“Nama gue Ryano Azzam!” katanya lantang namun membuat kami berlima para murid yang bermasalah di ruangan ini, spontan  menoleh dengan mengernyit, lantas dengan seenaknya melabeli bahwa cowok nama Ryanto Azzam itu adalah anak yang paling bermasalah diantara kami semua.

“Songong banget cara lo ngomong?! Tahu sopan santu enggak?!!” bentak Kakak senior laki-laki yang dari tadi duduk di kursi hanya mengawasi kami semua.

Sontak kami semua menunduk kecuali anak bermasalah itu.

“Peraturan itu ada buat di langgar, termasuk sopan santun! benar enggak?!” jawabnya sengak menantang tanpa takut buat Kakak kelas itu tertawa.

Untungnya pagi ini yang bertugas hanya 2 orang, kalau tidak mungkin yah u knowlah— tewas kita semua gara-gara satu murid!

"Heh, bego!" Kakak komdis tampak maju kini menatap miris Ryano yang tanpa takut balas menatapnya.

“Peraturan itu ada karna banyaknya manusia gak bermoral, yang suka menyepelekan hal kecil kaya elo!” lanjut sang Kakak yang menyatat nama kami tadi cukup lantang, menekankan beberapa kalimatnya. Karna baginya slogan ‘Peraturan ada buat di langgar’ adalah slogan kuno yang berasal dari pemikiran-pemikiran pendek orang-orang beritak udang.

“Dan elo! Hanya orang-orang bodoh yang meneruskan slogan murahan kaya gitu! Cih, muka elo oke sih! Tapi sayang kita anak Komdis gak bakalan terbuai sama tampang ganteng ataupun cantik seluruh murid di sekolah ini—Karna kami semua dituntut untuk bersikap adil tanpa membedakan apapun! Jadi mau lo ganteng atau anak penjabat sekalipun, lo sama dimata kami semua! Salah yah salah!”

Jujur disini aku ingin sekali bertepuk tangan berseru heboh. Ternyata aku gak salah masuk sekolah, dimana di tempat ini aku menemukan orang-orang cerdas dan berani juga disiplin seperti ini, yang bisa membungkam orang-orang bermulut besar hanya sekali serang.

Pemuda bermata tajam sekaligus berahang keras itu spontan menarik ujung bibirnya tersenyum, membuatku penasaran kalimat apa yang akan dilontarkannya.

“Maaf kak!”

Sialan!—aku pikir dia bakalan membalas ucapan sang Kakak-kakak Komdis seperti bad boy-bad boy di novel-novel.






Halo semuanya💚 Makasih udah baca chapter pertama cerita ini dan dukung cerita ini ^^💚 dan makasih juga buat para readers yang tahu cara menghargai para penulis amatiran seperti saya dengan Vote dan comment di cerita ini mengenai saran atau apresiasi kalian, karna dua hal itu sangat  berharga buat cerita ini juga penulisnya💚

Happy weekend💚

Is Still Just?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang