Rutinitas sebagai mahasiswa baru FISIP membuat new, gun dan krist sering menghabiskan waktunya di perpus, baik perpus fakultas ataupun perpus pusat.
"Capek ih bukunya gak ada mulu, nih gue curiga anak-anak kampus pada demen makan buku apa ya"
"Ya tandanya minat literasi mereka tinggi"
"Tapi gue jadi bosen ih kita bolak-balik gini, bakso deh kuy"
New memberi ide untuk kembali ke fakultas mereka, menikmati bakso gerobak pak amin.
"Lo traktir?"
"Enak aja, bayar sendiri lo pada"
Ketiganya mengangguk setuju, lagipula lapar adalah hal yang paling mereka benci. Mereka setengah berlari menuju fisip. Maklum saat itu matahari sedang tepat berada di atas kepala, belum lagi perut new sudah berbunyi sejak di perpus tadi.
_
Mereka bertiga telah duduk di salah satu bangku yang berada di ujung, tidak terlalu terlihat presensinya. Maklum, sindrom mahasiswa baru masih melekat, mereka masih sedikit jaim kalo makan diliatin.
Ketiganya bersorak kegirangan ketika bakso yang mereka tunggu telah datang. Bersamaan dengan datangnya seseorang yang mampu membuat siapapun melongo dibuatnya.
"Sorry, krist? Dan new kan?"
Detik berikutnya new sudah siap membalik mangkuk bakso didepannya, karena ternyata yang menyapanya adalah cowok ganteng. Sedangkan gun melihat dalam diam, sekaligus sebal kok dirinya tidak di sapa juga.
"Bang tay? Eh bang arm, bang off, makan bang"
New nge-freeze menatap cowok ganteng didepannya. Sekaligus memuji krist, bisa-bisanya dia santai ketemu tiga cogan.
"B-bba-bakso kak"
Tay tertawa yang diikuti oleh arm dan off melihat wajah new yang seolah salah tingkah.
"Makan aja makan nyuw, biar cepet gede"
Arm menyuruh sembari mengusap bahu new pelan dan singkat,sedangkan New makin mesem-mesem denger arm nyuruh dia makan.
"Oh ini yang kalian sebut beruang?"
Semuanya menoleh pada seseorang yang new yakini pasti namanya off.
"bener kata alice, lo lucu juga ya dek"
Pokoknya jangan liat wajah new yang kini sudah merah semerah bumbu balado abang ciki-ciki.
"Terus yang ini si kecil siapa namanya? Lo-"
"Gun kak"
Belum sempat off melanjutkan, gun sudah memotong dan menyambar tangan off untuk berjabat tangan. Gak bisa sellow kalo ada cogan. Off hanya tertawa canggung dan sedikit kaget digas seperti itu. Padahal biasanya off yang nge gas.
Lagi-lagi arm, off dan tay hanya menggeleng gemas melihat adik tingkat yang ngekos bareng arm itu.
"Bang arm tumben nih ke fisip? Lagi mau pertemuan raja-raja tiap fakultas ya?"
"Bukan kit, nungguin alice nih, udah janjian kita"
New, gun, krist hanya ber-oh ria.
"Duduk dulu kak, gak pegel berdiri terus? Atau mau makan bakso juga?"
"Gak, makan aja, udah makan tadi"
Tay duduk didepan new, diam-diam memperhatikan adik tingkat yang sering alice ceritakan. Sesekali menimpali off atau arm yang berbicara, namun fokusnya tetap pada orang yang ada di hadapannya.
Tay dibuat membelalak kaget ketika new tiba-tiba menelan bulat bakso kecil-kecil yang ada di depannya, membatin -buseeet cakep-cakep makannya beringas juga, tapi tetep gemesin sih.
Sementara gun yang tidak sengaja memperhatikan new meringis, bisa-bisanya didepan cowok yang ditaksir kelakuan bodornya gak ditahan, jaim dikit kek wik.
Masih dengan agendanya memperhatikan new yang kini berganti secara diam-diam, tay melihat bagaimana cara new makan, bahkan tay baru tahu bahwa si gemes didepannya ini suka sekali dengan pedas. Terlihat bagaimana dia makan tapi sambil ngomong dan tangannya tidak berhenti menyendokkan sambal ke mangkuknya.
"Kak udah lama temenan sama bang arm... ADUH TOLONG ES MANA ES PEDES BANGET SIH"
Tay terkekeh pelan melihat tingkah new yang mengibas-ngibaskan tangannya. Melihat bagaimana peluh new yang kini sudah membanjiri wajahnya, dan bibirnya yang semakin memerah karena sambel. Tay mengalihkan pandangannya, mengajak arm dan off untuk segera pergi dari sana dengan alibi menyusul alice. Tay tidak ingin lebih lama disana, bisa bahaya karena pikirannya sudah menjelajah kemana-mana.
_
Seperti biasa, maba HI (new, gun dan krist) tengah menghabiskan malamnya di Kamar Krist, gantian.
"Eh kit, tadi pas ada gengnya kak arm di kantin, lo bilang pertemuan raja-raja fakultas tuh siapa aja sih rajanya?"
"Hooh kepo gue, gue taunya cuma kak arm rajanya FEB, kak Sehun rajanya FISIP, trus siapa dah sisanya?"
"Nih ya gue kasih tau sesuai yang gue tau aja, kalo teknik tuh ada bang tay, hukum ada bang jum atau yah bang off lah, feb ada bang arm, di kita ada bang sehun, IT ada bang minho, fkip ada siapa dah gue lupa"
Krist mencoba mengingat-ingat siapa saja yang menyandang gelar raja alias ganteng alias ambassador alias pinter di setiap fakultas.
"Eh btw, gue baru tau loh ada gelar-gelar beginian, apa karna kita maba ya gun? Eh tapi kit kan juga maba. Lo kok tau banyak?"
"Ho'oh bener, kok gue sama new ketinggalan sih info cowok ganteng begini"
"Hzzzz, gue kan ikutan magang BEM, yang kayak beginian udah jadi makanan gue tiap hari"
"Ohh pantes gun, kita kupu-kupu, makanya ketinggalan chanel cowok ganteng"
Gun hanya manggut-manggut dan mendengarkan krist kembali bercerita
"Nih ya, banyak banget seangkatan kita yang ikut magang BEM biar bisa ketemu sama mereka ini"
"Emang ketemu? Kan beda fakultas"
"Ya kalo ada acara yang ngelibatin BEM pusat pasti semua BEM fakultas diundang"
Lagi-lagi new dan gun hanya ber-oh saja.
"Pantesan nih anak udah kenal kak tay duluan, nyuri start lo ya"
"Yeee enak aja, bang tay emang ganteng, tapi sorry bukan tipe gue"
"Tcih, bagus deh, gue juga gamau saingan sama sahabat sendiri"
"Lagian kalo kalian berdua saingan atau enggak, emang bang tay bakal milih salah satu diantara lo berdua?"
New menggebuk gun dengan bantal.
"GUUUUN LO SEKALI-KALI DUKUNG KEK, MATAHIN SEMANGAT GUE AJA LO!!!!"
new berteriak sambil terus memukul gun dengan bantal, sedangkan krist hanya tertawa.
Tidak lama terdengar suara gunsmile yang berteriak dari bawah
"WOY KRUCIL!! RIBUT AMAT LO DIATAS, REBUTAN APAAN SIH"
Ketiganya sontak diam, saling berpandangan dan kemudian tertawa bersama. Tidak lupa agenda gosipin cowok ganteng dari tiap fakultas.
Tanpa mereka sadari, dari obrolan sederhana setiap malam, atau dari gerutuan karena lelah perkuliahan. Ada untaian tali persahabatan yang semakin erat, semakin mengakar dan semakin kuat. Ketiganya seolah melebur dari yang hanya tetangga kamar kos, berubah menjadi sahabat karib, layaknya saudara.
.
.
.
.