— 19 Januari 2019
TERDIAM hanya dalam hitungan detik ketika bulu kuduknya merinding, Jian tersadar dari ringkuk lututnya dengan air matanya yang masih menetes di pipinya. Irisnya mengedar pandang tak menatap laki-laki dihadapannya yang tengah memegang bahu seolah menenangkan Jian.
'Kak Jieun?' batinnya agak gemetar.
"Jian? Ji?" Panggilnya tepat membuat pemilik nama menatapnya langsung dengan iris kebingungan. Pun merogoh saku kemudian dan mengeluarkan sebuah amplop putih tebal yang tentu bisa ditebak isinya oleh Jian. "Aku memiliki uang untuk mu melanjutkan kehidupanmu. Jika ini masih kurang—" jedanya kembali merogoh saku jas. "Aku ada untukmu, hubungi nomor telepon yang ada di kartu itu, katakan namamu atau kirim nomor rekening mu melalui pesan..."
Tangan lentiknya mengambil kartu tersebut, ia mengerjapkan Irisnya berulang kali setelah membaca nama si pemilik, Kim Taehyung. "Kau siapanya kakak ku?"
Taehyung tersenyum sembari mengusap ujung kepala Jian, ia memegang bahunya dan bangkit, bersamaan dengan iris Jian yang mengikuti gerakkan Taehyung dihadapannya. "Kau bisa anggap aku kakak keduamu—" menghela nafas kemudian sembari menoleh ke arah foto sang mendiang Lee Jieun. "Aku bisa dikatakan penjahat bagi kehidupan kakakmu selama ia hidup sampai ajal menjemputnya..."
"Penjahat?" Sua Jian menatap Taehyung dan bangkit dengan iris tegas seakan paham dengan ucapannya. "Maksudmu, kau yang menusuk kakakku kak?!"
......
— 23 Desember 2020, POV
Berjalan beriringan di dekat jembatan sungai Han, Jungkook menghentikan langkahnya dan menunjuk ke arah sungai tersebut dengan wajah imutnya. "Apa kau mati disini? Putus asa lalu bunuh diri?" Tebaknya asal membuatku tersenyum sudut karena perkataannya.
"Apa aku arwah serendah itu sampai kau mengatakan aku bunuh diri di sungai Han yang aku sukai pemandangannya?" Tanyaku kembali membuatnya berhidik dan berbalik menatap sungai Han.
"Bisa saja kan.."
"Apa kau tak pernah mendengar mitos bahwa arwah akan terus berada ditempat terakhirnya saat ia terbunuh?" Tanyaku membuatnya kembali berhidik remeh.
"Tidak, aku tidak tau. Tapi jika kau berkata begitu, berarti kau mati dibunuh dan tidak bunuh diri, begitu?"
Sama dengan pemandangan yang ia tatap, aku menolehnya dan tersenyum tipis. "Kau pintar ya bocah.." pujiku membuatnya terkekeh.
"Jeon Jungkook memang pintar— jangan memanggilku bocah, panggil aku Jungkook atau oppa, jika kau lebih muda.." tegasnya menatapku dengan wajah polos.
Senyumku tersudut. "Jungkook-ssi?—" Jungkook menoleh dengan iris penasaran. "Kurasa kau dianggap gila karena mereka tidak bisa melihatku.." tolehnya langsung mengedar pandang sekeliling yang tengah berbicara berbisik tentang keanehannya.
"Ah! Tidak! Aku harus loncat dari sungai Han untuk menyelamatkan gadis itu!" Pekiknya membuatku terkekeh.
"Dia bocah berotot gila.."
Spontan para makhluk yang mendengar jeritannya lekas menghampirinya dan menahan lengan Jungkook yang kurasa; laki- laki itu hanya pura-pura karena takut dibilang gila. "Kenapa kau tidak lari saja bodoh?" Kataku yang membuatnya berdehem namun tak menoleh. Pun, ia menunduk berterimakasih kepada seorang wanita paruh baya yang menghentikan aksi aktingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F I R S T D A T E ✓
FanficDengan surai tersisir rapi sekaligus jas hitam berkemeja putih, irisku takjub melihat seorang gadis bergaun mewah yang duduk di sebuah kursi nenek tengah membaca buku. - Jeon Jungkook. (END - (¿) CHP.) FORMAL / INFORMAL SHIPPER!!