Aku membuka mataku karena terganggu akan sinar matahari yang masuk di sela-sela korden kamarku.
Pagi ini ku awali kegiatan membereskan rumah karena baru tadi malam aku pindah kemari dan tidak sempat untuk membersihkan ataupun beres-beres.
Untuk yang ketiga kalinya aku pindah rumah, dikarenakan ingin menjalani suasana yang berbeda juga karena ingin mengindari ayahku. Aku tidak ingin bertemu dengannya lebih tepatnya.
Ia bukanlah sosok ayah, ia adalah sosok iblis yang berwujud manusia, aku takut untuk satu atap dengannya. Jika aku satu atap tidak mungkin aku bisa tidur nyenyak tiap malamnya.
Perbuatannya yang jauh dari kata keji atau termasuk perbuatan kotor, tiap malam ia pasti akan menyelinap kedalam kamarku, melecehkan aku yang sedang tertidur tapi sebelum ia bertindak lebih jauh aku terbangun karena ulahnya dan saat itu juga aku akan pergi keluar dengan tangis yang tak terbendung.
Selama dua bulan ini aku selalu bekerja mati-matian untuk mengumpulkan uang dan menyewa sebuah rumah kecil yang jauh dari tempat yang dulu, walaupun demikian sang iblis akan tetap menemukan keberadaanku. Jadi aku harus mengumpulkan uang lagi untuk menyewa rumah lagi.
Tokk tokk tokk
"Permisi"
Aku memberhentikan acara menyapuku, berjalan menuju pintu depan yang di ketuk dengan susulan suara sang pelaku.
"Iya? Ada yang bisa aku bantu?" Tanyaku saat membuka pintu yang kini dihadapanku berdiri sosok ibu rumah tangga yang tersenyum hangat.
"Ah ini sebagai ucapan selamat datang, ibu ingin memberi bingkisan kecil." Balasnya seraya menyodorkan bingkisan yang ia maksud.
"Ah terima kasih banyak, tante tidak ingin masuk dulu? Ah tapi di dalam masih berantakan."
"Tidak usah nak, aku hanya ingin mengantarkan ini saja, dan jangan memanggilku 'tante' panggil ibu saja seperti penghuni lainnya." Ucapnya tanpa melunturkan senyumnya.
"Baik ibu, sekali lagi terima kasih atas bingkisannya, lain waktu aku akan mampir kerumah ibu." Balasku yang di sambut usapan halus di pipi kananku.
"Kalau begitu ibu pulang dulu ya, semoga betah di sini." Pamitnya yang ku balas anggukan dan melihat sosoknya perlahan menjauh, setelahnya aku kembali masuk untuk melanjutkan aktivitas yang tertunda tadi.
Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore dan aku baru saja selesai mandi karena tadi berkeringat setelah merapikan rumah sewa ini.
Aku yang telah berniat untuk pergi mencari pekerjaan di sekitar sini untuk mengumpulkan uang, berjaga-jaga jika bajingan itu akan menemukan tempat tinggalku yang sekarang.
Semoga ini hari keberuntunganku agar mendapat pekerjaan yang menerima anak lulusan sma.
Di karenakan biaya yang kurang memadai aku hanya bersekolah hingga sma saja, lagipula aku harus mengumpulkan uang untuk menyewa rumah lain agar terhindar dari bajingan itu. Jadi tidak ada waktu untukku melanjutkan kuliah.
"Permisi, apa benar tempat ini membutuhkan seorang karyawan?" Tanyaku pada kasir di salah satu cafe yang menempelkan perekrutan karyawan.
"Ah kau ingin melamar kerja disini? Tunggu sebentar ya, pemilik cafe sedang menemui tamunya jadi kau tunggu sebentar saja." Balas sang kasir yang langsung ku balas anggukan kepala dan memilih untuk duduk di salah satu kursi disini untuk menunggu.
"Permisi, kau yang tadi ingin melamar kerja bukan? Pemilik cafe menyuruhku untuk memanggilmu, kau masuk saja di pintu berwarna hitam di ruang sebelah penitipan barang karyawan." Ucap sang kasir tadi setelah sekitar lima menit berlalu aku duduk.
Aku mengikuti intruksinya, dikarenakan cafe yang semakin ramai ia tidak bisa mengantarkanku.
Tokk tokk tokk
Aku mengetuk pintu berwarna hitam yang tadi dikatakan oleh sang kasir, jantungku berdegup kencang saat mendengar sautan dari dalam sana.
"Masuklah."
Dengan perlahan ku buka pintu itu dan masuk kedalam ruangan didalamnya. Kupikir ruangan ini sempit karena berada di dalam cafe ternyata ruangan ini cukup luas bahkan ada satu set sofa dan juga rak buku.
"Ah kau yang ingin melamar kerja?" Tanya laki-laki yang tengah duduk di salah satu sofa, melihatku yang telah masuk kadalam ruangannya.
"Ah iya, saya datang kemari untuk melamar kerja menjadi karyawan di cafe milik anda." Ucapku setelah menunduk sopan.
"Ah baiklah duduklah disini." Aku menuruti ucapannya dan duduk di hadapan pemuda lain di ruangan ini.
"hey bung kau tidak ingin pergi?" Ucap sang pemilik cafe dengan tangan yang menepuk lengan pemuda dihadapanku.
"Reyhan aku disini saja, malas untuk pergi." Balasnya.
"Huh baiklah, jadi nona-"
"Anda bisa memanggil saya Natha." Aku memotong ucapannya yang membuatnya menganggukkan kepalanya.
"Ah baiklah Natha, saya Reyhan pemilik cafe ini dan di hadapanmu ini Harsa teman saya. Jadi kau ingin melamar di sini apakah sudah punya pengalaman bekerja sebelumnya?"
Aku mengangguk sebelum membalas ucapannya, "Ah saya sudah memiliki pengamalan kerja saat di kota saya yang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe || Heeseung
Fanfiction"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku." "I'm here with you forever." Warn! (16+)