This is a story about Saka and Amora.
Taehyung as Saka
OC as Amora
Enjoy guys...ga tau aku updatenya malem. Ini hanya sebatas keisenganku di malam hari.
================================Mata Amora mengerjap beberap kali guna mengurangi volume air mata yang sejak tadi berkubang. Membuat pengelihatannya kabur dan berbayang.
Sudah lebih dari 1 jam dia duduk di kursi minimart pinggir jalan dengan udara yang begitu dingin. Beberapa kali pula dia harus mengeratkan jaket kulit yang dipakai, namun masih belum bisa menangkal dingin yang menusuk.
Tapi semua itu belum seberapa dibanding sikap Arga, kekasihnya. Hal itu pula yang membuat Amora tampak begitu terpukul dan sedih beberapa hari belakangan. Hingga puncaknya malam itu di mana Arga menghempas tangannya dengan kasar dan meninggalkan Amora sendirian di tepi jalan.
Apakah Arga tidak punya rasa lagi untuknya setelah sekian tahun mereka bersama? Apakah rasa itu sudah memudar begitu saja?
Jika dipikir lagi, sungguh banyak yang Amora berikan dan korbankan dalam hubungan mereka. Waktu juga perasaan. Tapi sepertinya Arga tidak melihat itu semua. Terkesan pria itu hanya menuntut kepada Amora tanpa memberikan sesuatu yang wanita itu inginkan.
Iya, Amora meminta sebuah pernikahan. Setelah sekian lama sebuah hubungan dijalani, tidak salah jika seorang wanita bermimpi memakai gaun pernikahan. Tidak salah jika wanita mengidamkan sebuah keluarga kecil yang bahagia. Tidak saah jika wanita mengharapkan sebuah kepastian dari hubungan mereka. Tidak salah.
Hanya saja dari pihak pria yang belum siap mewujudkan semua itu. Belum dan sepertinya akan sulit ketika sikap Arga mulai berubah pada Amora. Pria yang Amora kenal baik hati dan romantis, kini berubah menjadi pria dingin dan pendiam.
Amora kembali menjatuhkan bulir air mata kala mengingat semua perlakuan Arga kepadanya. Tidak disangka, tangan yang dia genggam hangat dulu, kini berubah dingin. apakah ada orang lain dibalik semua itu?
Amora menggeleng cepat. Dia tidak ingin memikirkan hal buruk yang bisa merusak suasana hatinya. Dia hanya harus menunggu kedatangan seseorang yang sekiranya bisa mengembalikan mood yang sudah berantakan menjadi lebih baik lagi.
Kembali Amora menatap layar di ponselnya yang menunjukkan pukul 10 malam. Ingin menghubungi juga rasanya tidak enak karena seseorang yang dia harapkan datang itu sedang mempunyai urusan yang sangat penting.
Tapi ternyata pikirannya itu salah, saat Amora meletakkan ponselnya di atas meja, seseorang meletakkan sekaleng bir di sebelah ponselnya. Orang itu pun menggeser kursi dan duduk di sebelah Amora dengan tenang.
Seketika Amora menoleh ke samping dan mendapati Saka, sahabatnya, sedang membuka kaleng bir miliknya dengan santai. Walau pun begitu, wajah pria itu tidak bisa dikatakan santai, karena ada raut tegang pada dahinya.
"Minumlah dulu," katanya sembari meneguk bir yang memenuhi mulutnya.
Amora hanya menatap pria itu dalam diam. Selama ini dia sudah banyak menyusahkan Saka di kala dirinya sedang ada masalah, baik itu di keluarga maupun masalah percintaan. Dan mereka selalu berakhir seperti sekarang.
Pandangan Amora kini berfokus pada kaleng bir yang diberikan oleh Saka. Menatapnya sendu seperti tidak ada tenaga yang bisa dipakai sekedar untuk mengangkat kaleng tersebut. Sebuah tarikan napas panjang terdengar dari sebelahnya, dan itu adalah Saka.
"Maaf merepotkanmu," kata Amora.
Tidak ada jawaban dari pria di sebelahnya. Hanya suara orang berlalu-lalang ke dalam mini mart 24 jam itu. Oh, jangan lupakan suara kendaraan yang sedari tadi masih memenuhi jalan.
"Kapan kau tidak pernah merepotkanku?"
Seutas senyum miris terukir di bibir Amora. mendengar keluhan halus dari sahabatnya itu, membuatnya semakin tidak enak hati. Apalagi sekarang Saka sudah sangat serius dengan pasangannya sendiri. Otomatis waktunya tidak akan bisa dibagi seperti dulu lagi.
"Benar, aku begitu sering merepotkanmu," tawa Amora dengan ketir.
Mereka berdua sejenak terdiam, memikirkan kembali perkataan masing-masing. Jika saja dulu Amora mendengarkan ucapan Saka untuk tidak terlalu jatuh cinta kepada Arga, mungkin kejadiannya tidak seperti sekarang. Mungkin saja Amora tidak selalu merepotkan Saka di kala dirinya punya masalah pelik tentang hubungannya dengan sang kekasih.
"Saka, apa aku menganggumu dengan Sena?" Ucapan itu muncul lagi dari bibir Amora. Pertanyaan yang sering dia ucapkan kala bersama dengan Saka yang harus meninggalkan Sena tiba-tiba dan menyusul Amora yang sedang terpuruk di suatu tempat.
"Kau bahkan pernah mengganggu ketika kami akan bercinta."
Tawa kecil keluar dari mulut Amora yang sudah tidak tahu lagi harus merespon seperti apa. Malu, sudah jelas malu. Tidak enak hati, apa lagi. Semua dia rasakan dan pendam sendiri tanpa sahabatnya itu tahu. Sejujurnya dia ingin pergi, tanpa merepotkan siapa pun seperti sekarang. Tapi apa daya dia masih belum berani melangkah keluar sendirian.
"Maaf membuatmu kesakitan," ledek Amora yang dihadiahi pukulan kecil di kepala oleh Saka.
Amora pun mengaduh kesakitan, walau sebenarnya tidak sakit, tapi dia berusaha membuat suasana normal kembali. Melihat Saka tadi dengan wajah kusutnya, membuat hati Amora ciut tidak karuan. Hanya candaan yang bisa dia lempar untuk membuat sahabatnya itu kembali tersenyum.
"Kau tidak tahu betapa aku menahan rasa sakit saat menyusulmu ke mall. Kau menangis terkunci di toilet wanita dan mengatakan kau ketakutan setengah mati. Lalu aku apa? aku kesakitan setengah mati."
Amora kini tertawa keras setelah dari tadi dia menahannya. Saka bercerita seperti bumi akan runtuh beberapa jam lagi. Wajah serius dan tegangnya terlihat sangat menjiwai. Keseruan dalam nada suaranya membuat Amora semakin tertawa lepas.
"Sudah kutawarkan untuk membantumu waktu itu. Berhubung kita ada di toilet, tapi kau menolaknya."
"Dasar, gila!"
Saka mengambil selebaran toko ayam goreng yang ada di atas meja lalu pria itu memukul kepala Amora tanpa ampun. Mereka berakhir saling memukul satu sama lain seperti anak kecil yang sedang merebutkan sesuatu.
Malam pun menjadi saksi di mana sekali lagi Saka berhasil mengembalikan senyum Amora yang sempat pudar. Kehangatan yang tumbuh di antara keduanya memang sulit digantikan, bahkan oleh pasangan masing-masing sekali pun. Itu semua karena persahabatan yang terjalin begitu erat semenjak mereka duduk di bangku SMA.
Walau pun begitu, Amora dan Saka tetap tahu batasan mereka sebagai sahabat, setidaknya sampai saat ini mereka masih memegang teguh nilai persahabatan yang sudah mereka jalin sejak lama.
Amora kini menenggak bir yang dibukakan oleh Saka. Karena tidak kuat membuka kaleng dengan perasaan yang masih kacau, jadi lah Amora menyerahkan kaleng itu pada Saka. Pria itu selalu melakukan hal kecil yang dia perintahkan tanpa menolak sedikit pun.
Setelah merasakan sensasi menggelitik mengalir di tenggorokannya, Amora menghembuskan napas keras menatap langit malam. Perasaannya sekarang sudah lebih baik, bahkan dia belum menceritakan keluh kesahnya kepada Saka, tapi rasanya sudah sedikit lega. Terima kasih kepada sahabat yang siaga setiap saat. Egois memang. Amora selalu bersikap egois kepada Saka yang selalu ada untuknya, tapi dia belum tentu ada untuk sahabatnya itu.
"Saka, kenapa kau selalu ada di saat aku membutuhkanmu?" tanya Amora kepada Saka tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Forever
RomanceIngin menyembuhkan patah hati, Amora justru tidak sengaja tidur dengan sahabatnya. Saka Brajawijaya adalah pria yang sudah mempunyai tunangan. Malam ketika sahabatnya, Amora, menelepon dan mengajaknya minum, dia tidak menyangka jika malm itu akan m...