︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶
Sunghoon enggan berangkat ke sekolah, yang teman-temannya tahu, pemuda berkulit cerah itu sakit usai dari pesta. Teman dekat Sunghoon bahkan tidak tahu atap rumah mana yang dihuni Sunghoon. Memusingkan, tapi guru tetap memberi keringanan karena banyak rumor beredar Sunghoon sakit sebab terlalu semangat meminum anggur sewaktu di pesta.Vinia cemberut, ia malas pergi ke sekolah. Ini hari ketiga eksistensi Sunghoon tak menyambangi jarak pandangnya. Terakhir kali mengobrol itu di depan rumahnya, Sunghoon mengantar Vinia pulang pagi-pagi. Ia diceritakan banyak hal tentang bangunan yang Sunghoon tempati.
Rumah itu sama sekali tak berhantu, sama sekali tak menyeramkan juga. Rumah itu sepenuhnya tempat bernaung yang tenteram dan nyaman. Namun, Vinia tetap di suruh bungkam, itu pertama kalinya Sunghoon mengajak Vinia ke rumahnya.
Sejak pesta lusa kemarin, Vinia merasa ada sesuatu yang janggal. Apa yang memorinya lupakan sampai ia merasa kehilangan beberapa keping momen. Sial, gara-gara anggur yang diberikan Hyera dosisnya terlalu tinggi, ia nyaris amnesia malam itu.
"Gue bingung ... Lu pulang dari pesta jam berapa? Bukannya pesta istana biasanya sampe menjelang pagi ya?" Tanya Vinia pada Hyera. Sekalipun marah, perempuan itu tak bisa meninggalkan Hyera secara mudah.
"Pestanya dibubarin jam sepuluh malem kalo ga salah, soalnya permaisuri berhasil ditemukan. Pangeran dari kerajaan Australis aja sampe disuruh pulang segera. Ah gue gatau gimana bisa permaisuri ke tangkep, dan ya pengawal-pengawal itu menurut gue ga sopan main pegang-pegang permaisuri."
"Oh tapi katanya sih permaisuri ngendap-ngendap masuk ke gerbang istana, makanya ke tangkep dan di curigai," Lanjut Hyera tanpa jeda berarti. Vinia masih pusing mendengarnya, oke garis besarnya sudah Vinia tangkap. Permaisuri kembali ke istana.
"Tapi gue denger lagi kemarin ada yang neror istana. Lu..."
"Apaan gue gak ada campur tangan!" Pungkas Vinia menghentikan tuduhan Hyera. Ia berani mati di tangan Raja bila ia melangsungkan teror-teror tersebut. Namun, nyali Vinia tak seberani Sunghoon. Pemuda itu tak di sangka-sangka, luar biasa gilanya, bahkan dosa tak menghalangi niatnya.
Tengah malam, Sunghoon bersembunyi ke semak-semak di sekitar tembok belakang istana. Mantel hitam melindungi tubuhnya terpapar dari sinar rembulan, sepatunya berusaha tak membuat keributan. Sunghoon terus melakukan aksi ini, ia berharap bisa menemukan ibundanya. Risiko siap Sunghoon terima.
Teras luar istana malam ini dijaga sangat ketat, Sunghoon bingung harus lewat ke celah mana. Ia tak sanggup bila menerobos satu persatu haris-haris yang berbaris di sana.
Denyut jantung Sunghoon berdentum keras, apa malam ini ia mundur saja? Ia harus berjabat tangan dengan kata menyerah malam ini, dari pada ia di tangkap.
"Ngapain kalian di sini?"
Sunghoon yang berada dibalik tembok mendadak menghentikan langkah, mendengar suara itu menginterupsi atensi membuatnya berpikir. Apa pihak keluarga istana tidak ada yang mengetahui tugas pengawal di luar jam kerja?
"Menjaga istana."
Berdecak keras, pangeran Jay membubarkan haris yang terlalu banyak berjaga di sini. Itu membuatnya sedikit risi, apalagi kamarnya berada disebelah ruang penyimpanan harta istana. Sepeninggal para haris dan pangeran Jay, Sunghoon maju, lanjut menyusup ruang penyimpanan di mana tumpukan uang itu berada.
Grep
Ada tangan kekar yang bertengger dibahu Sunghoon, tubuh Sunghoon panas-dingin takut ketahuan. Belum selesai memungut uang-uang itu, jantungnya loncat dua kali lebih dulu.
"Siapa kau sebenarnya, Tuan?" Suara pangeran Jay terdengar semi berbisik. Pintu tertutup dan ia jelas bisa melihat presensi Sunghoon, laki-laki yang sempat kabur padahal kena goresan besi. Apa dia pria yang sama?
"Hei tenang ... Saya akan membantumu," Ujar pangeran Jay membantu memunguti uang-uang itu, memasukkan uang ke dalam kantung yang Sunghoon bawa. Kepalang bingung, Sunghoon membalikkan badan. Apa pangeran yang satu ini terkena penyakit siput gila?
"Kenapa Anda ingin membantu? Bukannya senang melihat rakyat menderita?" Sunghoon membuka tudung hitam yang menutup kepala pun sebagian paras tampannya. Pangeran Jay bergeming mengamati, ah dia masih seusia Jay. Demi apapun Jay sempat berpikir orang yang meneror istana umurnya berada pada kisaran tiga puluh tahun.
"Jangan memukul rata, Aku tidak seperti mereka. Lagi pun pihak istana sudah tidak menarik upeti selama dua bulan kebelakang."
"Apa?! Anda sedang bercanda? Lalu apa yang menyebabkan upeti naik dua kali lipat?" Rahang Sunghoon mengeras, ia ingin menerjang pangeran yang kini tengah mengernyit heran. Pangeran Jay sama sekali tidak tahu soal itu, tapi soal ayahnya yang tidak menarik upeti rakyat, itu sudah mutlak.
"Apa yang sebenarnya terjadi ...." Monolog Jay terdengar jelas oleh telinga Sunghoon.
"Oh coba saja Anda tanyakan pada menteri pemegang kendali anggaran istana dan hulubalangnya yang semena-mena pada rakyat. Ngomong-ngomong terima kasih atas bantuanmu, saya merasa sangat tersanjung." Sunghoon memberi salam hormat. Selanjutnya pergi dengan Jay yang mengekor, tapi tetap saja langkah Jay keduluan. Ia melihat Sunghoon berlari, langkahnya ringan sekali.
"Pangeran Jay, apa Anda melihat seseorang di sini? Sedang apa Anda di sini?" Hulubalang muncul dari arah selatan. Pandangan heran Jay merotasi menjadi tatapan tajam, oh apa ini dalang dari penarikan upeti yang tak kenal hati itu?
"Saya hanya keluar sebentar mencari angin. Oh memang ada apa? Saya tidak melihat siapapun lewat, kecuali Anda." Pangeran Jay sinis. Ia kembali ke kamarnya lagi dari pada berurusan dengan pria tua yang menurutnya menyebalkan.
︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ Sinthink ; Sunghoon
Fanfiction"Rakjel itu apa?" "Rakyat jelita." Ini memuat kisah Sunghoon yang harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan dieksekusi bila terbukti melakukan pencurian dan penggelapan uang kerajaan. Tidak ada yang mengetahui asal-usul Sunghoon, bahkan keluar...