Omongan ibu ibu

461 65 11
                                    

Pagi ini terasa begitu sejuk, lebih sejuk dari hari hari sebelumnya. Membuat hati merasa lebih tenang ketika menghirupnya. Suasana seperti ini tidak pernah ia dapatkan di kota. Sebab, kota terlalu banyak polusi. Membuat udaranya tidak begitu segar.

Sunoo tengah memegang sebuah sapu lidi, ia tentunya tengah menyapu halaman rumah. Itung itung olahraga pagi. Tubuhnya juga harus gerak kan? mau bagaimanapun juga, ia tidak sedang berada di rumah besar Ni-Ki yang segala sesuatu nya sudah di kerjakan oleh ART.

Terlihat Jay yang keluar dari kontrakan, dengan pakaian yang begitu rapih. Ah iya, Jay akan pergi ke Jakarta hari ini. Pria itu begitu rindu pada kekasih kecilnya. Sunoo tentu saja memberikan izin. Toh ia juga bisa menjaga diri.

Jay menghampirinya sambil tersenyum, pria itu mengusap pucuk kepalanya pelan. “gue balik dulu ya? gapapa kan kalo gue tinggal sendiri di sini?” tanyanya.

Sunoo mengangguk cepat, “gapapa kok! aku bisa jaga diri di sini. kamu kalo udah ketemu sama Jungwon salamin ya! aku kangen dia gitu!” ujar sunoo dengan rasa antusiasnya.

“iya, nanti gue sampein” Jay mengangguk.

“kiw kiw, pagi pagi udah berduaan aje. soswit amat, kan saya jadi iri”

Suara itu membuat keduanya menoleh pada rumah yang terletak di samping kontrakan mereka. Ya, dia Rohmah. Siapa lagi yang sangat usil jika bukan gadis itu?

Jay melambaikan tangannya, lalu meminta gadis itu untuk mendekat. Dan dengan segera, gadis itu mendekat ke arah mereka berdua. “aya naon atuh a’?” tanyanya.

“ini kan gue mau balik ke Jakarta, mau ketemu pacar. lo bisa kan jagain sunoo selama gue gada? ga lama ko, Minggu depan gue balik” ujar Jay.

Gadis itu terlihat mengangguk beberapa kali, sebelum dua ibu jarinya mengacung ke arah Jay. “siap atuh a’ , dengan senang hati saya jagain” katanya.

Jay terlihat menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Ia lalu kembali menatap sunoo yang kini juga tengah menatapnya. “yauda, gue berangkat ya? jangan lupa minum vitamin sama susunya. makannya juga harus teratur. lo harus inget apa yang di bilang Jungwon waktu itu”

“ada limapuluh juta di tempat biasa naro uang. untuk lo makan, gofood aja. jangan masak, gue takut lo kenapa napa. atau ngga, masaknya bareng Rohmah, ya kan?” Jay sekilas menatap ke arah gadis itu, gadis itu mengangguk mantap sebagai jawaban.

“sebisa mungkin, hindari hal yang bisa bikin lo bahaya. soalnya kalo lo kenapa napa lo jadi ngerepotin dia. gue juga ga akan bisa pulang dengan cepat. Jakarta cukup jauh dari sini”

“yauda gitu aja, gue berangkat dulu”

Sunoo terlihat mengangguk, usakan di Surai pink nya, sebelum akhirnya ia memasuki mobil dan pergi begitu saja meninggalkan sunoo dan juga gadis SMK itu di halaman rumah.

Sunoo benar benar sendiri setelah ini, walaupun hanya sampai Minggu depan. Semoga saja tidak ada pikiran buruk ia pikirkan selama Jay tidak ada.

“a’ sunoo, mau ikut saya sama mama ke bibi sayur ga? biar kita masak masak. biar a’sunoo makan makanan yang sehat, biar Dede bayinya juga sehat” tanya Rohmah.

Sunoo menoleh, berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk “boleh deh, tapi nanti kamu kasih tau aku bahan bahan makanan yang mau aku pake buat masak ya?”

“siapp” acungan jempol juga senyum lebar gadis itu berikan.

Sedikit cerita, gadis yang kini berada bersamanya adalah anak dari pak RT, juga pemilik kontrakan yang di tempati oleh Sunoo. Keluarganya begitu baik. Bahkan tak sesekali dua kali mengiriminya makanan.

Beberapa kali ibu mengajaknya berjalan jalan sore, katanya sambil berolahraga. Berkeliling kampung sebelum kemudian naik sebuah kereta yang berkeliling dengan bayaran lima ribu rupiah.

Ya walaupun sunoo hidup di kampung untuk saat ini, tapi rasanya begitu menyenangkan. Memang ya? banyak uang bukan berarti kamu akan hidup senang. Buktinya, ia tidak senang ketika ia hidup bersama orang tuanya yang kala itu memiliki banyak uang. Tentunya sebelum dirinya di jual, sebab hutang yang membelit.

“nah itu ibu keluar, ayo a’” ajak gadis itu.

Sunoo mengangguk sekilas, sebelum akhirnya mengikuti gadis itu untuk mendekat pada ibu nya. Tentunya setelah sunoo menaruh sapu lidi yang sejak tadi ia pegang.

Selama perjalanan menuju tempat bibi sayur, ada beberapa orang yang menyapa ibu dan di balas sapaan ramah. Bu RT yang di sapa, sunoo menjadi ikut ikutan tersenyum ramah.

Mereka akhirnya sampai, letaknya juga memang tidak terlalu jauh sih. Ramai, banyak ibu ibu yang memilah sayur dengan sesekali mengeluarkan kata kata yang memancing ghibah.

Sunoo diam diam menggeleng pelan, merasa tak habis pikir dengan ucapan ucapan para ibu ibu itu. Mereka ini datang untuk berbelanja atau untuk ghibah?

“eh Bu RT, mau belanja juga Bu?” tanya salah satu ibu ibu, dengan jilbab berwarna kuning.

“iya ni Bu Mega, kebetulan si Rohmah minta di masakin kangkung” jawab Bu RT ramah.

“omong omong Bu, itu yang rambut pink siapa? ko saya baru liat?” tanya ibu ibu yang lain, dengan wajah ingin tau.

“dia anak yang ngontrak di kontrakan saya Bu Ajeng. anaknya emang ga suka keluar rumah. jadi wajar kalo ibu ga pernah liat” lagi lagi Bu RT menjawab.

“rambutnya di warnain, kaya anak nakal ih Bu. si Rohmah jangan suruh deket deket sama dia Bu. takutnya jadi ikutan nakal” salah satu ibu ibu berbicara dengan nada sedikit berbisik.

Walaupun nadanya sedikit berbisik, tapi telinga nya mendengar apa yang di katakan ibu ibu itu. Hatinya sedikit sakit mendengar pendapat ibu ibu yang bahkan baru ia ketahui keberadaannya hari ini sudah menilainya sebegitu buruk.

Apa harus menilainya seperti itu? Sunoo ingin berteriak di depan wajah ibu itu jika ia tidak seperti apa yang ibu itu katakan. Tapi apalah daya. Ia tidak memiliki keberanian untuk melawan.

“bu Lastri, ngga semua anak yang mewarnai rambutnya itu anak yang nakal. ibu ga liat dari wajahnya? anak itu cuma anak polos. jadi, coba yu, untuk memahami lebih dulu sebelum beropini” ujar Bu RT yang sebisa mungkin memberi penjelasan sebaik mungkin.

“emang dia pindah dari mana Bu?” tanya bibi sayur.

“dari Jakarta bi”

“tuhkan! apalagi dari Jakarta. Jakarta kan pergaulannya liar bu RT. awas ya Bu, takutnya si Rohmah di apa apain sama dia” Bu Mega, kembali bersuara.

Gadis yang sejak tadi di bicarakan akhirnya tidak bisa untuk menahan amarah nya lagi. Ia mendekat ke arah ibu ibu itu. “masa sih a’sunoo begitu. itu mah bukannya anak  Bu Mega ya? saya liat kemaren ada anak perempuan yang nyariin anak ibu? terus juga saya liat perutnya buncit” ujarnya sarkas.

“ibu, jangan jadiin orang lain sebagai subject gambaran dari anak ibu sendiri. lagian masih pagi, udah ghibah aja. udah ngomongin hal basi. berenti dulu coba mulutnya, takutnya kena adzan bibir lo jadi jongos”

“eh lupa, kan emang udah jongos”

Gadis itu terlihat menarik tangan sunoo untuk pergi meninggalkan tempat itu. Sunoo sempat menoleh ke belakang, melihat bagaimana wajah ibu itu terlihat shock, sebab ucapan yang di keluarkan anak pak RT tersebut.

Pedas, dan juga menusuk.




























To be continue.

apa tandanya kalo saya
udah rajin update?
iyap, setelah kehabisan ide
saya bakal update beberapa
bulan kemudian.

Heheheh.

RENSIXIN
Cilegon, 20 Desember 2021
12.46 p.m

N O T    A     D O L  [ SunKi Or NiSun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang