5. Guilt Leading Into an Act

1K 117 77
                                    


H
A
P
P
Y
.
.
.
R
E
A
D
I
N
G

*****

Cuaca hari ini terasa mendung, hanya ada gumpalan awan-awan berwarna gelap yang dapat ditangkap oleh penglihatan Sehun, itu hampir sama dengan keadaan hatinya sekarang, murung dan bimbang. Ia merasa resah akan segalanya, dengan keputusan yang telah diambilnya.

Memang terlalu cepat jika Sehun mengatakan bahwa ia merasa tak nyaman tinggal di sini, baru sehari berlalu. Tapi, masalahnya ada pada Chanyeol, pria itu benar-benar membuatnya merasa bingung. Yang dilakukannya hanyalah pulang ke rumah, berdiam diri di kamarnya, atau ruangan lain rumahnya, dan keesokan harinya Chanyeol langsung pergi bekerja lagi.

Pria itu bahkan jarang berbicara padanya, mereka memang tidak terlalu saling mengenal, tapi tetap saja keduanya masih tinggal dalam satu atap yang sama. Chanyeol seolah menganggapnya tak ada, jika bertemu di dalam rumah pun pria itu hanya akan melewatinya saja.

Dan ketika, mereka sedang makan di meja makan pun, saat sarapan, ataupun saat makan malam. Chanyeol hanya akan diam di setiap saatnya, atau sesekali memainkan ponselnya. Entah menyadari Sehun itu ada di depannya atau tidak, akan tetapi selalu keheningan lah yang menemani sela-sela kegiatan makan keduanya.

Awalnya Sehun kira mungkin pria itu masih merasa asing dengan keberadaannya.

Tetapi, tidak, hari-hari terasa berlalu dengan sama. Rutinitas Chanyeol tetap tak berubah, kadang Sehun ingin mencoba untuk berbicara pada pria itu namun, ia selalu mengurungkan niatnya saat teringat bahwa mungkin Chanyeol memang tidak terlalu ingin berada di dekatnya.

Hanya itu kesimpulan yang bisa ia dapatkan untuk sekarang, tapi apa salah jika Sehun berharap bahwa setidaknya Chanyeol bisa memperlakukannya dengan lebih baik?

Setidaknya dengan tidak terlalu mengabaikan keberadaannya seperti ini, harapannya itu terkabul setelah beberapa hari kemudian. Tapi, tebak hal apa yang dibicarakan Chanyeol padanya?

Saat ini, ia sedang memperhatikan pria yang berdiri di depan pintu kamarnya itu. Ini sudah malam, dan ia merasa sedikit heran kenapa Chanyeol datang untuk menghampirinya di waktu seperti ini.

"Sedang apa kau?" tanya pria itu padanya, dan entah perasaan Sehun saja atau apa. Tapi, Chanyeol terlihat sedikit aneh. Sekilas ia dapat mencium bau alkohol yang menguar dari tubuh pria itu.

Apa Chanyeol sedang mabuk?

"Hyung baik-baik saja?" akhirnya dengan ragu, Sehun mencoba untuk menanggapi pria itu.

"Pertanyaan macam apa itu, apa kau buta?" Chanyeol mengucapkannya dengan pandangan sinis, tak lama setelah itu ia mengusap wajahnya sendiri dengan kasar. "Sialan, kau sama saja dengan wanita itu... membuatku frustrasi."

Sehun terdiam, ia tak tahu harus membalas apa. Tapi, yang ia tahu barusan kata-kata Chanyeol telah melukai perasaannya. Ia sedih karena mendengar suara kasar pria itu. Wanita? Ia benar-benar tak mengerti apa maksud Chanyeol sekarang.

"Kenapa kau hanya diam!" tiba-tiba Chanyeol membentaknya, mau tak mau pemuda itu langsung refleks memundurkan langkahnya sedikit ke belakang. "Bagaimana bisa ia meninggalkanku seperti ini... semuanya selalu menjadi kacau," pria itu kembali meracau dengan suara yang tidak terlalu jelas.

"S-siapa yang ingin meninggalkan, Hyung?" dengan gugup Sehun mencoba untuk menghampiri pria itu namun, baru saja ia ingin menyentuh bahu Chanyeol, tangannya langsung ditepis dengan kasar.

"Kau sama saja dengan mereka, aku benci padamu," Chanyeol menatapnya dengan dingin, membuat Sehun menjadi membeku seketika.

Gerakan tangannya terhenti, lagi-lagi ia merasa terluka oleh perkataan yang dilontarkan oleh Chanyeol. Benci padanya? Meskipun tahu bahwa mungkin pria itu tengah mabuk, tetap saja hati Sehun terasa sakit mendengarnya.

Marriage Contract | ChanHun FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang