JinV oneshot fanfic! Peringatan! Bacaan dewasa. Terdapat bagian porno.
NSFW | 3.200 words | angst | male x male sex | blowjob | suicide | bullying | loss of loved (parents) | death characters |other characters mention |
Story by :AequorealcaelumLangit semakin gelap, tak terasa sudah berjam-jam lebih ia duduk sendiri menikmati suasana malam di tanah Seoul atau lebih tepatnya di sekitaran sungai Han yang merupakan salah satu tempat terfavorite yang tak pernah sepi pengunjung.
Kim Seokjin namanya,
Pemuda yang sedang duduk menekuk lutut sembari memandangi riak air yang tenang di hadapannya. Sesekali ia mengintip dari sudut matanya pada muda mudi yang sedang asik berbagi, saling memadu kasih dengan pasangan masing-masing atau remaja-remaja yang terlihat membentuk kelompoknya sendiri bercanda tawa bersama. Pemandangan yang sanggup membuatnya menghela nafas dalam, serasa menjadi orang yang tersisih karena diantara kerumunan itu hanya ia yang duduk menyendiri, bersandar di bawah sebatang pohon -menyedihkan.
"Jadi terlahir untuk apa wajah tampanku ini , Eomma?" gumamnya sembari meluruskan kakinya.
Sebenarnya bukan tak ada yang ingin dengannya. Ayolah siapa yang bisa menolak pria berpenampilan menarik, wajah dengan ketampanan diatas rata-rata, rambut pirangnya yang melambai-lambai tertiup angin, tubuh tegap dibalut kaos putih berlapis cardigan berwarna biru ditambah jeans hitam yang membungkus pas kaki-kaki jenjangnya dan converse hitam sebagai penutup akhir penampilannya. Jika ia peka sedikit saja sebenarnya banyak pasang mata yang sedari tadi memandang tanpa berkedip padanya, hanya saja wajah datarnya seakan meminta orang-orang untuk menjaga jarak dengannya. Auranya begitu misterius dan mendominasi tapi disaat yang bersamaan juga seperti ada tembok tak kasat mata yang membuat gadis-gadis dan pemuda manis disana hanya mampu terpaku pada si tampan ini atau mereka menyebutnya 'patung hidup yang duduk di tepi sungai'.
Setelah dirasanya cukup Seokjin bangkit dari duduknya dan mulai melangkah membawa puluhan pasang mata yang menyayangkan kepergiannya.
Tak langsung meninggalkan pekarangan, ia lebih memilih berjalan-jalan sebentar sampai langkah kakinya membawanya ke sebuah tempat yang cukup sepi pengunjung. Suara gonggongan anjing yang terdengar nyaring di depan sana cukup menarik perhatiannya, tampak seorang pemuda sedang kesulitan mengumpulkan lembaran-lembaran kertas yang berceceran sambil berusaha menahan tali kekang anjing dengan satu tangan lainnya.
"Aduuh Yeontan.. tenanglah sebentar"
Tak tega melihat pemuda itu kesulitan Seokjin pun mendekat, berjongkok dan mengutip satu per satu lembaran kertas tersebut.
"Oh! Te-terimakasih.. terimakasih" pemuda berkacamata itu terlihat cukup terkejut dengan kehadirannya namun dengan cepat ia menganggukkan kepalanya berkali-kali kala dilihatnya Seokjin berbaik hati menawarkan bantuan padanya.
“Sekali lagi terimakasih.. emm.. Ahjussi..” ujarnya ragu-ragu saat Seokjin menyodorkan lembaran yang berhasil ia kumpulkan
“Ahjussi? Aku tidak setua itu” sahut Seokjin. Ia tidak terima dengan sebutan yang diberi pemuda dengan sweater hijau itu. Detik selanjutnya ia di buat terpaku pada apa yang ditatapnya.