Obrolan Sore Hari Dengan Kawan

1 0 0
                                    

Halo, selamat datang! ♡
Kritik atau sarannya untuk cerita ini boleh kamu sampaikan dipesan pribadi ya! Boleh sambil dengarkan musik yang sudah saya simpan, biar lebih menghayati bacanya.

────────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

────────────────

Mentari sedang memancarkan cahayanya, jalanan dipenuhi dengan padatnya kendaraan dan bisingnya klakson kendaraan yang tak sabar menunggu motor atau mobil yang sedang berhenti itu untuk melaju. Sabtunya kali ini akan nampak membosankan bagi Bagas karena biasanya, di pasti akan berlatih musik dengan temen-temennya, tapi kali ini mereka lebih memilih untuk rehat sejenak.

Pada akhirnya, dia sedang duduk di cafe kopi favoritnya dengan Laura duluㅡmasa lalunya dahulu sewaktu masih duduk dibangku putih abu-abu. Dengan lap top hitam yang dia diamkan, niatnya berkunjung ke sana ingin menulis cerita, tapi Haikalㅡtemannya, tiba-tiba memberi pesan menanyakan dia sedang di mana. Tak lama, Bagas terlihat melamun, raut wajahnya tampak murung. Haikal langsung menyadari perubahan rupa milik sahabatnya yang nampak berubah menjadi mendung sembari melamun, setelah tidak terlalu sampai di sana.

"Ada apa, Bro? Banyak pikiran?" tanya Haikal, tak ada sahutan dari si tujuan pertanyaan basa-basi itu. "Yaelah, mikirin apaan sih? Fokus banget? Skripsian bukan? Woi! Kesal banget gue enggak ada respon," lanjutnya. Sembari memukul pelan meja agar terdengar oleh Bagas.

"Eh, apaan sih? Berisik amat! Pulang aja sana, berisik banget lu!" jawabnya dengan nyolot.

"Ye, suruh siapa ga nyaut pertanyaan gue. Lagian lo lagi mikirin apaan sih? Dia lagi?" tanya Haikal, tanpa basa-basi, langsung tepat pada sasaran topiknya.

"Nah, lo pasti udah bisa nebak sendiri kan siapa dia yang lo maksud? Yaudah, jawabannya benar," ujar pemuda itu, terdiam lagi.

"Masih berusaha move on? Eh, maksud gue, masih enggak bisa move on? Udah hampir tiga tahun semenjak lo putus sama Laura, mantan lo itu. Sampai sekarang masih enggak bisa move on?" tanya Haikal dengan keheranan.

"Ya, lo tau itu," jawabnya singkat, sembari menyeruput kopi yang masih lumayan penuh di mejanya dan raut wajahnya yang sedikit angkuh.

"Kenapa sih? Kok enggak ada usaha banget untuk move on?"

"Bukan enggak ada usaha, cuman memang belum mau aja. Alasannya masih sama kayak terakhir kali lo nanya," jawabnya.

Haikal menyantap kue yang ada di mejanya, lalu kembali berujar setelah menelan makanannya. "Astaga? Masih sayang sama dia, Gas? Kalau lo sampai masih enggak bisa move on, kenapa waktu dulu kepikiran untuk putus?"

"Waktu itu kita bertengkar, dia capek sama gue, gue juga capek sama dia. Kita sering banget selisih paham, dan gue rasa waktu itu emang harusnya gue sama dia pisah aja.  Dulu gue masih remaja awal puber, Kal, semua keputusan yang gue ambil pasti enggak terlalu banyak dipikirin," jawab Bagas dengan serius.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lingkup Kisah SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang