︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶
Mata pedang yang tajam milik pengawal mengawasi leher Vinia dan Sunghoon. Mereka berdua tertangkap, ternyata banyak pengawal yang menjaga disegala sisi. Tudung mantel yang Sunghoon kenakan ditarik paksa, begitu juga dengan Vinia yang nekat ikut membantu Sunghoon mencari beberapa saksi yang bisa dibawa ke istana. Mereka mendapatkannya, tapi sayang sekali keduanya juga harus tertangkap basah.
Vinia hampir menangis, lengannya bagai diremuk tanpa ampun. Sunghoon menyaksikannya, sialan mereka berbuat semena-mena terhadap perempuan. Pemuda itu berontak, ia lanjut menendang satu persatu pengawal kerajaan. Vinia justru ditarik oleh pengawal lain---dijadikan sandera.
"Hei! Lepaskan dia! Aku yang menjadi incaran kalian!" Kedua alis hitam Sunghoon beradu, ia melayangkan tatapan tajam. Masih dengan napas menderu, ia berdiri kuat dua meter didepan Vinia yang napasnya mulai tercekat. Tidak boleh ada yang menyakiti Vinia.
"Kau juga harus ikut! Hei cepat bawa mereka!"
Sunghoon pasrah dari pada mereka semakin semena-mena, tenaganya pun hampir habis. Dalam hati mereka terus berdoa semoga mereka baik-baik saja. Namun, hukuman didepan mata, bahkan hukuman yang Sunghoon dapatkan akan semakin berat karena mencoba kabur. Sementara Vinia, ia akan mendapat sepuluh cambukan keras dibadannya.
Sunghoon harap-harap cemas. Ia berharap dalam keheningan supaya hukuman yang ia terima batal begitu saja. Kira-kira apa Tuhan mendengarkan pintanya? Sunghoon melirik Vinia, memberikan tatapan paling teduh yang pemuda itu miliki. Sadar tidak sadar, Sunghoon merasa sedih dengan tertangkapnya mereka. Lalu, setelah ini apalagi yang akan terjadi?
Gerbang belakang istana yang megah terbuka, kedua insan itu terus diseret dan diancam selama perjalanan menuju kemari. Raja belum memutuskan hukuman, tapi hulubalang sudah bersiap ditempat melakukan eksekusi. Badan Vinia gemetar semua, ini pertama kalinya. Kalau ia mati, pasti ayahnya yang pertama kali melihat tubuhnya terkapar tak berdaya penuh bekas cambuk. Kemudian ibunya yang datang buru-buru dari arah dapur istana. Membayangkannya saja hati Vinia sudah hancur.
Sunghoon melirik Vinia yang tertunduk, perempuan dengan surai panjang itu sepertinya sedang tersedu dalam keheningan. Tangan mereka diikat kebelakang dengan tali besar kasar, demi apapun perihnya bukan main kala bergesekan dengan kulit.
"Hai, brengsek mana mungkin kau tega mencambuk perempuan. Dia masih dibawah umur!" Sunghoon bersuara lantang, berharap orang di dalam istana mendengar lalu keluar untuk menunda hukuman dadakan. Sunghoon tahu prosedur eksekusi harus di hadiri Raja atau salah satu abdi tertinggi Raja. Mendecih pelan, Sunghoon malah dapat cambukan keras pertama dipunggungnya.
Itu berhasil membuat Vinia kembali menjatuhkan air mata, mendengar teriakan histeris Sunghoon saja sudah terasa sakit bagi Vinia. Hulubalang semakin bermain dengan Sunghoon, ia terus melempar tali bertekstur kasar itu--mengadunya dengan punggung Sunghoon yang dilapis kaus hitam tipis. Panas dan perih mengaduk kulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ Sinthink ; Sunghoon
Fanfiction"Rakjel itu apa?" "Rakyat jelita." Ini memuat kisah Sunghoon yang harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan dieksekusi bila terbukti melakukan pencurian dan penggelapan uang kerajaan. Tidak ada yang mengetahui asal-usul Sunghoon, bahkan keluar...