Hari itu... dicelah cahaya yang menyelinap malu-malu dan hujan menyisakan bualannya.
Sihir dalam pandangan netranya menghancurkan jiwaku yang ikut terkutuk dalam kekuatannya. Tapi seperti biasa, lagi-lagi membiarkannya membuang muka. Kali ini, objek pandanganku bukanlah omong kosong biasa. Ia punya tawa yang sementara dan tidak bisa ku tandai dalam wujud bayang yang nyata. Beberapa kali Ia bersua dan setiap kali dari itu aku menjatuhkan hati padanya. Tapi tolong... aku takut, bagaimana jika kali ini akan berakhir sama? Seperti tebu yang menjadi debu pada akhirnya.
Aku ingin menjadi wujud yang lebih lama dari selamanya, yang bahkan waktupun kalah akan tugasnya.
Berada dalam kegelapan aku tidak memerlukan mentari, karena aku menjadi atom yang begitu menyusut di tiap kenangan hitam. Objekku bukanlah mentari, karena mentari tidak akan menunduk saat bertarung dengan rembulan. Namun secara bijaksana Ia memilih tenggelam.
Kau lebih tepatnya adalah lentera, satu-satunya yang ku tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Kedua Belas
PoetryBasa-basi tentangmu yang tidak akan mungkin jadi bagian dariku.