Dengung Kosong

3 0 0
                                    

Ini bukanlah bagian dari Detak ke-12, ini hanyalah laluan yang tiba-tiba berdengung di kekosonganku. Maka dari itu, ku beri nama... Dengung Kosong.
.
.
.

Aku disini, masih menanti dalam waktu yang kupinta untuk berhenti. Dalam semua yang lalu dan aku menjadi abu yang terkubur dalam kerinduan yang bertamu.
Ini bukanlah fatamorgana, nyaring suaramu masih bergema di kekosonganku yang pilu.
Imajinasi keberadaanmu masih menjadi hantu yang paling ku tunggu.

Lantas, kepada siapa aku mengadu?
Pemilik rindu ini sudah meninggalkanku bersama bayang-bayang semu.
Tangan yang hampir berdebu ini memanggil pemiliknya. Katanya "Semua sudah terekam sebagai jejak rekayasa belaka."
Padahal tidak seperti itu.

Ah sudahlah... sepertinya sahabatku adalah rindu yang tak kunjung temu dan kristal yang sudah membeku.

Lihatlah sayang, mereka semua menertawakanku. Mereka bilang aku bodoh yang buntu. Tapi aku tau meskipun dengung itu begitu bisu, tetap memiliki suaranya tersendiri untukku.

Lagi, aku kembali menginjak. Kamu terukir sebagai nama yang bermasa. Padahal dulu kamu adalah tawa paling sederhana yang berharga.

"Aku mencintaimu." Kataku padamu. Diam. Senyap. Tidak kutemukan jawaban dan tidak akan pernah. Satu hal yang ku tahu, bahwa aku tidak perlu menunggu jawaban semu. Udara di seluruh penjuru bumi ini akan selalu melemparku pada jawaban yang sama.

Jawaban yang hanya menjadi teka-teki tersulit dari semesta.

Detak Kedua BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang