Menjadi bagian dari degup dadaku, itu kamu, selalu kamu.
Aku bukankah Dewi penyuka basa-basi. Aku lebih menyukai, "Tepat, katakan apapun kali ini."
Tapi aku pengkhianat, kedatanganmu merusak melodi syairku, kau membakarnya sesukamu. Kau menambahkan nada sumbang yang mengganggu.Dalam setiap tekanan empedu, aku menunggu. Menanti kalimat sapa yang ternyata adalah Halu.
Jadi aku kembali menjadi penipu yang seakan ingin menempamu, padahal kamu adalah semua yang ku mau.Aku selalu mencari pisau untuk membunuh semuanya, karena kamu bukanlah ciptaan yang memiliki rasa, meskipun diatas pesona yang membinasa.
Kamu tetaplah makhluk Tuhan yang ku nanti untuk sebuah kabar sialan yang tidak meyakinkan. Tentu saja aku hanya manusia yang tidak tahu caranya bersuara. Diatas itu semua, aku percaya kekuatan do'a yang luar biasa.
Kini kamu bukan lagi orang baik yang aku temui diatas perahu waktu itu. Kamu adalah orang yang mengambil separuh kewarasanku. Bahkan kali ini 19 Desember aku masih menanti omong kosongmu. Kenapa? Karena aku masih menjadi pengecut yang tidak akan terbayar jika melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Kedua Belas
PoesíaBasa-basi tentangmu yang tidak akan mungkin jadi bagian dariku.